Profil Dedy Mandarsyah, Kepala BPJN di Kasus Penganiayaan Dokter Koas

- Dedy Mandarsyah, Kepala BPJN Kalimantan Barat, namanya tersangkut kasus penganiayaan dokter koas di Palembang
- Kariernya di lingkungan Kementerian PUPR dimulai pada 2016 dan tercatat memiliki kenaikan harta sebesar 150% dari Rp3,6 miliar menjadi Rp9,4 miliar
- Putrinya tidak puas dengan pembagian jadwal jaga dokter koas dan permasalahan tersebut berujung pada tindakan kekerasan oleh sopir keluarga Dedy Mandarsyah
Jakarta, IDN Times - Dedy Mandarsyah, seorang pejabat di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kini menjadi sorotan publik setelah namanya tersangkut kasus penganiayaan seorang dokter koas di Palembang. Pria yang menjabat sebagai Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat ini namanya terseret dalam insiden pemukulan yang viral di media sosial.
Kasus bermula dari sebuah video 12 detik yang memperlihatkan seorang dokter koas dipukuli oleh pria berbaju merah, yang ternyata merupakan sopir keluarga Dedy Mandarsyah. Peristiwa tersebut diduga terkait dengan persoalan pembagian jadwal kepaniteraan klinik (koas) selama periode Natal dan Tahun Baru.
1. Profil Dedy Mandarsyah, perjalanan karier

Dedy Mandarsyah memulai kariernya di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan jejak profesional yang mengesankan. Pada Desember 2016, ia pertama kali tercatat sebagai Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II di Provinsi Riau.
Perjalanan kariernya berlanjut dengan pencapaian signifikan ketika ia dipercaya menjadi Kepala Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatra Selatan pada 2019. Selanjutnya, Dedy Mandarsyah menduduki posisi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) hingga Desember 2022, sebelum akhirnya diangkat menjadi Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat.
2. Jejak harta kekayaan

Dilihat dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), harta Dedy Mandarsyah tercatat naik signifikan. Pada awal 2016, total kekayaannya tercatat sebesar Rp3,6 miliar, namun hingga akhir 2023, jumlah tersebut membengkak menjadi Rp9,4 miliar. Kenaikan hampir 150 persen ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup spektakuler selama tujuh tahun terakhir.
Komposisi kekayaan Dedy Mandarsyah tersebar dalam berbagai instrumen aset. Tercatat, ia memiliki tanah dan bangunan di Jakarta Selatan senilai Rp750 juta, satu unit mobil Honda CRV hasil hadiah seharga Rp450 juta, dan pos kas serta setara kas yang paling signifikan, yakni mencapai Rp6,7 miliar. Selain itu, ia juga memiliki surat berharga senilai Rp670 juta dan harta bergerak lainnya sebesar Rp830 juta, yang secara keseluruhan menggambarkan portofolio kekayaan yang beragam.
3. Hubungan keluarga dengan pemicu keributan

Dedy Mandarsyah dan istrinya, Sri Meilina, adalah orang tua dari Lady Aurellia Pramesti. Menurut informasi yang beredar, dalam kasus penganiayaan dokter koas, Lady merasa tidak puas dengan pembagian jadwal jaga dokter koas di rumah sakit yang diatur oleh Luthfi, seorang dokter koas sekaligus ketua stase mahasiswa kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.
Kronologi peristiwa menunjukkan bahwa Lady telah berkali-kali mempermasalahkan jadwal jaga yang dinilainya tidak adil. Bahkan, diduga Lady telah mengadukan persoalan tersebut kepada orang tuanya. Menanggapi hal ini, Sri Meilina selaku ibunda Lady mengambil inisiatif untuk menemui Luthfi guna membahas jadwal yang menjadi sumber ketidakpuasan putrinya. Sayangnya, pertemuan tersebut berujung pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sopir keluarga Dedy Mandarsyah terhadap Luthfi, yang kemudian viral di media sosial.