Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Letda Darius Bayani, Rambo TNI yang Dapat Bintang Sakti

Letnan Dua (Purn) Darius Bayani
Letnan Dua (Purn) Darius Bayani yang diberi bintang kehormatan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 10 Agustus 2025 lalu. (Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)
Intinya sih...
  • Bayani pimpin Tim Kasuari untuk bebaskan sandera
  • Bayani berhasil yakinkan Prabowo soal lokasi penyanderaan
  • Prabowo berhasil bebaskan sandera meski tiga orang tidak selamat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sosok Letnan Dua (Purn) Darius Bayani menjadi sorotan pada 10 Agustus 2025 di Batujajar, Bandung. Sebab, ketika Presiden Prabowo Subianto memberikan tanda kehormatan Bintang Sakti, pundak Darius sempat ditinju mantan Menteri Pertahanan itu.

Darius diberi tanda kehormatan Bintang Sakti lantaran jasa-jasanya dalam operasi pembebasan sandera WNI dan WNA Mapenduma, Papua, pada 1996. Ketika itu, OPM (Organisasi Papua Merdeka) atau Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) menyandera 26 anggota Ekspedisi Lorentz'95.

GPK pimpinan Kelly Kwalik membawa sandera ke Mapenduma, sekitar 160 km barat daya Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, kini menjadi Provinsi Papua Pegunungan. Peran Bayani bahkan ditulis secara khusus oleh Prabowo di akun media sosialnya pada 2023.

Karena kemampuannya menyusup ke kamp gerilya musuh sendirian tanpa senjata, maka Bayani dijuluki Prabowo sebagai 'rambo' TNI.

"Jika ada rambo di TNI, saya kira Bayani bisa memenuhi syarat untuk menjadi Rambo," demikian tulis Prabowo di akun Facebook-nya dua tahun lalu.

1. Bayani pimpin Tim Kasuari untuk bebaskan sandera

Peltu Bayani (kanan) bersama Prabowo Subianto
Peltu Bayani (kanan) bersama Prabowo Subianto saat masih muda. (Tangkapan layar Facebook Prabowo)

Prabowo mengisahkan ketika itu ada 26 warga asing yang disandera GPK. Ia kemudian membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri dari pasukan Kopassus dan personel Kodam Cendrawasih. Mereka semua merupakan putra daerah, Prabowo memberi nama grup itu tim Kasuari.

"Tim Kasuari dipimpin langsung oleh Bayani. Tugas mereka adalah masuk ke daerah yang paling sulit," kata dia.

Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan ketika peristiwa Mapenduma 1996, TNI tidak memiliki satelit, drone atau pesawat pengintai yang baik. Sehingga, sulit mendapatkan data intelijen yang mutakhir atau real time intelligence.

"Bahkan, kami tak memiliki peta topografi dengan skala 1:50.000. Yang ada hanya satu peta bagan yang dibuat dengan tangan. Peta inilah yang akhirnya kami perbanyak," tuturnya.

2. Bayani berhasil yakinkan Prabowo soal lokasi penyanderaan

Ilustrasi Peta Papua
Ilustrasi Peta Papua. (IDN Times/Sukma Shakti)

Menjelang operasi dimulai, Prabowo mengaku diberi tahu peninjau dari Inggris. Mereka menyampaikan mereka telah berhasil menyelundupkan satu alat yakni beacon. Alat itu dititipkan lewat obat-obatan, makanan dan pakaian yang didistribusikan Palang Merah Internasional (PMI) untuk sandera. Dari beacon itu, kata Prabowo, bisa ditemukan lokasi pasti puluhan warga asing yang disandera.

"Palang Merah Internasional kembali dengan helikopter yang saya pinjamkan. Lalu, mereka memberikan titik koordinat lokasi pasti sasaran kepada saya. Setelah kami cek, titik sasaran berada di suatu gunung yang tinggi dan bisa terlihat dari posko saya. Namun, keberadaan titik tersebut di luar dari enam sasaran yang diberikan oleh tim intelijen saya," katanya.

Prabowo tidak langsung mempercayai sinyal yang dipancarkan beacon. Ia kemudian meminta masukan kepada Bayani. Ia menepis informasi yang disampaikan pakar Inggris mengenai posisi sandera.

"Dengan logat khas Papua, dia mengatakan 'Bapak, jangankan Kelly Kwalik, monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ. Bapak, bagaimana sekian puluh orang berada di atas tanpa air?" kata Bayani kala itu.

Prabowo akhirnya menyerang enam titik sesuai hasil kajian tim intelijennya. Ia juga mengandalkan analisa dari Bayani.

3. Prabowo berhasil bebaskan sandera meski tiga orang tidak selamat

Prabowo
Presiden Prabowo Subianto ketika melantik Mayjen TNI Kristomei Sianturi sebagai Pangdam XXI/Radin Inten. (Dokumentasi Puspen TNI)

Dengan informasi dan analisis dari Letnan Dua (Purn) Darius Bayani, Prabowo dan tim Kasuari akhirnya berhasil membebaskan sandera. Meskipun, ia mengakui ada jatuh korban dari pihak TNI dan sandera.

"Dari 26 sandera, tiga orang dibunuh oleh penyandera. Sisanya lepas, termasuk semua orang asing," kata Prabowo.

Prabowo menilai Operasi Mapenduma berhasil dilaksanakan. Bahkan, keberhasilan itu mengangkat wibawa TNI, pemerintah pusat dan Indonesia.

"Saya merasa sangat bangga atas keberhasilan ini. Namun, sekarang saya sadar bahwa keberhasilan itu juga karena adanya keberanian dan ketegasan seorang bintara," tutur dia.

Prabowo juga bersyukur karena naluri dan instingnya benar dengan mengikuti analisis anak buah. Selain itu, Prabowo tidak terintimidasi untuk terlalu mengandalkan teknologi barat yang canggih.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us