Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aljazair Desak Prancis Minta Maaf atas Penjajahan

ilustrasi bendera Aljazair
ilustrasi bendera Aljazair (unsplash.com/tomarquize)
Intinya sih...
  • Prancis diminta untuk meminta maaf secara resmi atas penjajahan di Aljazair
  • Hukum kolonisasi disebut sebagai tindakan tidak bersahabat oleh Prancis
  • Aljazair akhirnya bersedia membebaskan penulis novel Boualem Sansal setelah adanya pendekatan langsung dari Presiden Jerman
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Parlemen Aljazair memutuskan untuk menetapkan kolonisasi Prancis sebagai tindak kriminalitas. Keputusan ini dilandasi tanggung jawab Prancis atas tindakan buruk terhadap penduduk negara Afrika Utara itu di masa lalu. 

“Rancangan Undang-Undang (RUU) Kolonisasi ini menetapkan bahwa Prancis memiliki tanggung jawab atas kolonisasi di masa lalu Aljazair dan sejumlah tragedi di Aljazair yang dilakukannya,” tutur Juru Bicara Parlemen Aljazair, Brahim Boughali, dikutip dari APA News, Kamis (25/12/2025).

Beberapa tahun terakhir, hubungan Prancis dan Aljazair terus memanas. Perseteruan terakhir kedua negara disebabkan oleh penahanan seorang penulis novel, Boualem Sansal saat tiba di Bandara Aljir. 

1. Desak Prancis minta maaf secara resmi kepada Aljazair

Boughali mengatakan bahwa RUU ini adalah sebuah tindakan untuk mendukung kedaulatan Aljazair. Lewat RUU ini, terdapat pesan bahwa ingatan imbas luka dari masa kolonisasi Prancis di Aljazair tidak dapat dilupakan begitu saja. 

Dilansir RFI, kolonisasi Prancis di Aljazair sudah berlangsung dari 1830 hingga 1962. Masalah kolonisasi Prancis ini menjadi sumber ketegangan kedua negara selama bertahun-tahun, terutama setelah Perang Kemerdekaan Aljazair pada 1954-1962. 

Aljazair menyebut bahwa perang kemerdekaan itu telah membunuh 1,5 juta orang di negaranya. Sedangkan sejarawan Prancis mengatakan jumlah korban tewas jauh lebih rendah, sekitar 500 ribu orang dan 400 ribu di antaranya adalah warga Aljazair. 

2. Prancis sebut hukum kolonisasi sebagai tindakan tidak bersahabat dari Aljazair

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Pascal Confavreux mengatakan bahwa langkah Aljazair tidak bersahabat. Namun, kedua negara ingin melanjutkan dialog untuk mengatasi masalah sejarah penjajahan masa lalu. 

“Prancis tidak ingin mengomentari politik dalam negeri Aljazair. Namun, kami menyesalkan langkah ini. Sebab Presiden Prancis, Emmanuel Macron sudah bekerja untuk menyelesaikan masalah kolonisasi dan membentuk komisi gabungan sejarawan Prancis dan Aljazair,” ungkapnya. 

Pada 2021, Macron sudah mengakui penjajahan Prancis di Aljazair adalah kejahatan kemanusiaan. Sayangnya, Macron tidak menawarkan permintaan maaf secara formal kepada Aljazair. 

3. Aljazair akhirnya bersedia bebaskan Sansal

Pada November, Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune memberikan ampunan kepada penulis berkebangsaan Prancis-Aljazair, Boualem Sansal. Keputusan ini setelah adanya pendekatan langsung dari Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier. 

Dilansir BBC, penulis tersebut sudah tiba di Jerman dan langsung dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Sansal diketahui sudah ditahan di Aljazair selama sekitar 1 tahun dan divonis penjara 5 tahun atas kesalahan merusak persatuan nasional. 

Penulis novel tersebut selama ini kerap mengkritik pemerintah Aljazair yang menganut otoritarianisme dan Islamisme. Hukuman penjara kepada Sansal memanaskan hubungan diplomatik antara Prancis dan Aljazair usai pengakuan Paris terhadap Sahara Barat sebagai milik Maroko. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Harvey Moeis dan Johnny Plate Dapat Remisi Natal, Hukuman Berkurang 1 Bulan

27 Des 2025, 14:37 WIBNews