Rob Sebastian: Indonesia Punya Banyak Bakat Setara Hollywood

Jakarta, IDN Times - Teknologi dan dunia hiburan merupakan satu kombinasi yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan teknologi pula yang menyebabkan industri ini semakin mengasyikan dan lebih kompetitif.
Kalau sebelumnya kalian hanya bisa menyaksikan film di video VHS dan DVD, maka kini trendnya sudah bergeser dengan menontonnya secara live stream di dunia maya. Dengan keberadaan teknologi pula, maka lahir media sosial. Alat itu dipandang sebagai salah satu mekanisme yang jitu untuk melakukan kampanye dan membentuk brand.
Hal itu yang disampaikan oleh Managing Partner XIX Entertainment, Rob Sebastian, yang ditemui IDN Times secara khusus di acara ICON 2018. Acara yang digelar oleh GDP Ventures itu merupakan seminar satu hari di mana publik bisa belajar, dan mencari strategi baru di dunia ekonomi digital.
Di tahun ketiga penyelenggaraannya, ICON 2018 yang digelar pada pertengahan November lalu menghadirkan berbagai pembicara berkualitas. Rob salah satunya.
Sebelum akhirnya terlibat di perusahaan yang dibentuk oleh Simon Fuller, XIX Entertainment, Rob juga sempat bekerja cukup lama di Time Warner Bross. Saat ini, Rob tengah terlibat dengan proyek baru yakni pembentukan kelompok vokal yang datang dari 14 negara berbeda yang diberi nama "Now United".
"Now United merupakan grup vokal dengan musik pop dengan anggota yang muda dan memiliki semangat. Mereka datang dari 14 negara berbeda," kata Rob di area Jakarta Pusat, Selasa (13/11) lalu.
Ia pun menilai Indonesia memiliki peluang untuk menembus dunia hiburan internasional yang banyak disebut publik berkiblat ke Hollywood, Amerika Serikat. Simak bincang-bincang IDN Times dengan Rob berikut:
1. Bisakah Anda menceritakan apa itu XIX Entertainment?

Tentu, itu adalah sebuah perusahaan entertainment dan didirikan oleh Simon Fuller. Simon seperti yang Anda ketahui adalah orang yang menciptakan program seperti American Idol, You Think You Can Dance, dan banyak lagi program hiburan lainnya. Fokusnya untuk membangun properti intelektual di dunia hiburan dan brand yang dikenal luas oleh publik.
2. Berdasarkan pemaparan Anda tadi, bisakah dijelaskan bagaimana teknologi berpengaruh terhadap dunia hiburan?
Saya pikir, teknologi akan selalu berdampak terhadap industri. Ketika kita masih menggunakan video VHS di rumah, DVD, dan video game console. Tetapi, di periode ini benar-benar sangat menarik bagi dunia hiburan secara umum, ketika segala hal sudah mulai berkembang dan berubah dalam kehidupan sehari-hari.
Sangat menarik karena saat ini ada pembuat konten, pemimpin industri, memiliki bakat (di dunia ini). Ini merupakan dunia yang benar-benar asyik.
3. Dan itu sedang trend saat ini, kan?
Ya, dan dengan teknologi, saya pikir yang memungkinkan semua hal itu, dengan data hingga bagaimana publik mengonsumsi konten, publik membayar untuk konten dan itu semua akan menjadi menarik.
4. Bagaimana menurut Anda industri hiburan di Indonesia? Apakah memiliki kualitas talent seperti di Hollywood?
Ya, saya yakin 100 persen. Saya tidak tahu bisnis dunia hiburan di Indonesia. Tapi, saya dapat katakan hampir di semua negara memiliki bakat. Temuan menarik yakni bagaimana membina bakat-bakat itu dan menempatkan mereka di sebuah platform agar mereka bisa berkembang.
Jadi, saya dapat mengatakan dengan pasti, ada begitu banyak bakat yang mengagumkan di sini di Indonesia, di bidang musik, akting, tulisan, penyutradaraan, dan lain-lain.
5. Apakah Anda sudah sempat bertemu dengan mereka (aktor atau aktris) di sini?
Saya bertemu beberapa, perspektifnya menarik, tampilan yang inovatif, dan secara kultur memiliki kisahnya sendiri. Mungkin Anda juga sudah mendengar, saya sesungguhnya termasuk penggemar musik dangdut.
6. Apa komentar Anda mengenai musik dangdut?

Ya, dan semua orang selalu berkomentar, musik itu banyak didengar di desa-desa. Tetapi menurut saya, itu begitu unik dan bisa berbicara kepada saya.
7. Di mana Anda mendengarnya? Dari internet atau dari kolega Anda yang ada di Indonesia?
Tidak, bukan dari internet. Saya mendengarnya dari kolega saya di Indonesia. Kami bermitra dengan GDP Ventures. Saya tidak bisa mengingat siapa di dalam tim kami (yang bicara hal itu). Saya rasa itu Martin yang bilang: "kamu harus mendengarkan musik ini". Dan saya langsung mendengarkannya dan terbawa dengan iramanya lalu mulai menyukainya.
Kemudian, saya mulai mencarinya di dunia maya dan videonya. Semuanya dinyanyikan dalam "Bahasa", jadi saya tidak mengerti (lagunya). Jadi, mungkin kalau diremix akan lebih keren.
8. Menurut Anda, musik dangdut punya peluang besar untuk jadi pusat perhatian di panggung internasional?
Saya tidak tahu soal peluang itu, karena musik bukan keahlian saya. Tapi, saya tahu secara personal, saya benar-benar terhanyut dengan musiknya. Ketika saya mengatakan itu di panggung, itu pernyataan yang jujur dan saya memang menikmatinya (musik dangdut).
9. Apa kisah di balik proyek baru bernama Now United?
Simon berbicara mengenai hal ini di Bali. Inti dari proyek itu sesungguhnya menyatukan dunia melalui lagu dan tarian. Now United merupakan grup vokal dengan musik pop dengan anggota yang muda dan memiliki semangat.
Mereka berasal dari 14 negara yang berbeda. Masing-masing anggota berasal dari negara berbeda, kemudian mereka bertemu untuk merayakan perbedaan mereka.
10. Bagaimana proses pemilihan masing-masing anggota hingga terbentuk ke dalam satu grup?
Simon yang pada akhirnya memilih mereka dan dia benar-benar mencari ke masing-masing negara. Jadi, dia dan timnya berkeliling ke seluruh dunia dan menggelar audisi lokal.
Lalu, ada beberapa kandidat yang dibawa ke Los Angeles. Di Los Angeles, beberapa grup berkompetisi hingga terpilih 14 anggota.
11. Lalu, apa perbedaan Now United dengan kelompok vokal lainnya, selain mereka berasal dari masing-masing negara yang berbeda?

Justru itu perbedaan yang besar. Jadi, kelompok semacam ini belum pernah dibentuk sebelumnya, sehingga latar belakang mereka turut berpengaruh ke musik yang ditulis. Mereka mendapatkan warna dari berbagai negara.
Perbedaan besar lainnya yaitu, visi Simon Fuller selalu menyerahkan grup itu kepada fans. Jadi, fans lah yang akan menentukan siapa yang akan bertahan selanjutnya. Apakah perwakilan dari negara nantinya bisa ikut, atau menjadi bagian resmi dari kelompok musik itu.
Jadi, brand semacam ini yang dikendalikan oleh fans, belum pernah dilakukan sebelumnya di dunia hiburan.
12. Jadi, akan ada peluang ada kelompok vokal lainnya yang bisa dibentuk oleh para penggemar semacam Now United?
Selalu ada satu kelompok resmi. Tetapi, kalau fans ingin menciptakan kelompok Now United di Brasil, atau di Eropa, Afrika, ya bisa-bisa saja.
Mereka bisa menggunakan lagu-lagu kami atau mempelajari koreografi resmi kami. Peluang itu terbuka lebar.
13. Menurut Anda, Indonesia berpeluang untuk bisa lolos dan bergabung dengan Now United? Apakah sudah ada audisi yang dibuka di Indonesia?
Iya (Indonesia berpeluang). Belum. Tapi, kami bisa bermitra dengan Indonesia dan mencari talent terbaik.
Saya tidak bisa mengatakan kapan audisi akan dilakukan, tapi kami pastikan Indonesia adalah negara yang penting bagi kami dan Simon yakin ini merupakan negara yang memiliki budaya yang beragam.
14. Anda juga sempat membantu aktris asal Kanada Shay Mitchell dalam peluncuran produk tasnya menggunakan kekuatan media sosial, bagaimana itu bisa terjadi?
Ada trend besar yang saat ini sedang terjadi, di mana sosok selebriti dan influencer yang menjadi selebriti. Mereka pasti menyukai sesuatu dan jika apa yang mereka sukai otentik, mereka pasti akan meluncurkan beberapa produk atau bisnis, seperti Kylie Jenner, semua anggota keluarga Kadarshian yang memiliki beberapa produk. Rihanna memiliki produk kecantikan sendiri yang diberi nama Fenty Beauty.
Kebetulan Shay menyukai plesiran. Ketika dia bepergian, dia mencoba mencari tahu apa yang ia sukai dan yang ia butuhkan. Salah satunya adalah tas. Itu sangat otentik dengan karakternya dan apa yang ia lakukan saat ini.
Dari sana, dia ikut mendesain beberapa tas dan meluncurkannya.
15. Dalam pandangan Anda, apakah selebriti benar-benar menampilkan sosok mereka apa adanya di media sosial?
Mari kita kilas balik sebelum ada Instagram, seperti Vin Diesel di Facebook, mereka benar-benar otentik (asli). Apa yang Anda lihat di media sosial memang benar-benar mereka apa adanya.
Saya kira para penggemar juga bisa mengetahui mana yang benar-benar nyata dan palsu. Apakah itu dilakukan oleh publisis atau bukan, khususnya ketika itu dilihat oleh audience dari anak-anak muda, generasi millennials dan Z, mereka benar cermat. Jadi, mereka bisa membedakan kalau apa yang mereka lihat hanya dibuat-buat.
Tapi, di sisi lain, saya ingin berpikir lebih positif, bahwa mereka menampilkan diri mereka yang sesungguhnya.
16. Apakah Anda juga pengguna media sosial?

Saya akan menjawab itu dengan dua cara: iya, saya sangat familiar dengan media sosial dan saya tidak menyukai diri saya ada di media sosial.
17. Mengapa?
Saya pikir secara umum, saya tergolong orang yang tertutup, saya berasal dari generasi sebelumnya dan setiap kali teringat Facebook, mengingatkan saya untuk selalu bekerja.
Saya memilih untuk membagi momen-momen tertentu dengan teman-teman terdekat saja.
18. Sebagai mantan CEO dari sebuah perusahaan film, televisi dan game, bagaimana Anda melihat industri ini dalam beberapa tahun mendatang?
Saya pikir, ini merupakan waktu yang menggembirakan bagi dunia hiburan dengan adanya kemajuan teknologi, dan pemain baru yang masuk ke dalam pasar ini: Netflix, Amazon, Apple akan membuat perubahan besar.
Google dan Facebook yang mengalokasikan jutaan dollar untuk membuat program yang baru, jadi saya pikir bagi content creator, orang-orang yang suka menciptakan sesuatu dan menulis cerita atau musik, maka tahun-tahun ini adalah waktu yang menarik serta dinamis.
Karena ada begitu banyak outlets saat ini. Off the top networks saat ini tengah berkembang. Disney pun baru saja mengumumkan peluncuran Disney + yang merupakan kompetitor dari Netflix. Jadi, mereka menarik semua konten mereka di Netflix, menyerahkan masalah distribusi ke pihak lain dan Anda hanya bisa menyaksikannya di Disney +. Itu baru saja diumumkan pekan lalu.
Kompetisi memang sangat ketat, tetapi itu kabar baik bagi orang-orang yang gemar membuat konten, karena ada begitu banyak platform untuk mendistribusikannya.