Singgung Angka Pengangguran, Prabowo Waspadai Ancaman AI dan Robot

- Presiden Prabowo menyampaikan penurunan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menjadi 4,76 persen, terendah sejak krisis 1998.
- Prabowo mengingatkan pemerintah agar tidak cepat puas dengan capaian tersebut karena angka 4,76 persen dari total populasi Indonesia masih besar.
- Ia juga waspadai perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotik yang dapat mengurangi jumlah pekerjaan manusia dalam industri.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berhasil turun ke angka 4,76 persen. Dia menyebut angka tersebut merupakan yang terendah sejak krisis 1998.
Hal itu disampaikan Prabowo saat memberikan pengantar dalam Sidang Kabinet Paripurna pada Senin (20/10/2025), tepat setahun pemerintahannya.
"Tingkat pengangguran terbuka juga turun ke angka 4,76 persen. Ini adalah terendah sejak krisis 1998," kata Prabowo.
Meski demikian, dia mengingatkan agar pemerintahan tidak cepat puas dengan capaian ini. Menurutnya, angka 4,76 persen dari total populasi Indonesia masih terbilang besar. Nasib masyarakat yang sangat membutuhkan pekerjaan harus menjadi perhatian bersama.
"Sekali lagi, kita tidak boleh puas arena 4,76 persen dari 287 juta orang itu angka yang cukup besar. Dan bagi mereka yang perlu pekerjaan segera, ini sesuatu yang harus kita pikirkan bersama," ujarnya.
Prabowo melanjutkan, pemerintah memahami betul keresahan yang dialami para pencari kerja. Namun, dia menjelaskan tantangan tersebut juga menjadi masalah dunia.
"Apalagi dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, terjadi disrupsi dalam produksi dan industri. Ini harus kita perhitungkan," paparnya.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan. Kemunculan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) disebut dapat membuat riset dan penelitian menjadi luar biasa cepat.
"Munculnya artificial intelligence, kecerdasan buatan, membuat sekarang faktor riset, faktor penelitian lebih cepat sekali, luar biasa. Dan mungkin tidak membutuhkan terlalu banyak pekerjaan di bidang itu," ungkapnya.
Selain AI, perkembangan robotik juga menjadi catatan penting. Dia mencontohkan sebuah pabrik mobil Volkswagen di Jerman yang sebelumnya bisa menyerap 5.000 hingga 6.000 pekerja, kini operasinya cukup dijalankan oleh puluhan orang.
"Di pabrik Volkswagen yang biasa menggunakan 5.000-6.000 pekerja, sekarang hanya dengan 30 orang, sisanya robot. Ini harus kita catat," tambahnya.