Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terjadi 95 Demo Omnibus Law di Indonesia, 169 orang Jadi Tersangka

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menolah pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Demonstrasi tersebut berakhir ricuh (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menolah pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Demonstrasi tersebut berakhir ricuh (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Jakarta, IDN Times - Kadiv Humas Polr Irjen Pol Argo Yuwono mengungkapkan, ada 95 aksi tolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) atau Omnibus Law di seluruh provinsi di Indonesia, pada Kamis 8 Oktober 2020 lalu. Dalam aksi yang berakhir ricuh itu, polisi menetapkan 169 orang tersangka.

"Dari 169 itu 98 orang ditahan, karena ancaman pidananya di atas 5 tahun. Sedangkan 71 orang lainnya tidak ditahan, karena ancaman ada 1 tahun, ada 2 tahun. Tidak dilakukan penahanan, tapi tetap diproses," ungkap Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (12/10/2020).

1. Dari 169 tersangka, 54 di antaranya berada di Jakarta

Pos Polisi dekat Patung Kuda, Jakarta, dibakar massa aksi unjuk rasa tolak omnibus law, Kamis (8/10/2020 (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Pos Polisi dekat Patung Kuda, Jakarta, dibakar massa aksi unjuk rasa tolak omnibus law, Kamis (8/10/2020 (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Argo menjelaskan, aksi yang berakhir ricuh itu menimbulkan korban baik orang maupun benda. Dia mencontohkan, ada anggota Polrestabes Surabaya yang dilempari batu oleh massa.

"Dan juga ada anggota dilempar batu di Polrestabes Semarang. Ini adalah Polwan, anggota perempuan loh, dilempar batu sampai luka," ucap Argo.

Kemudian, ada kendaraan milik Polri di Gresik yang dirusak oleh massa anarkis. Selain itu, pos polisi di sekitar Patung Kuda, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, juga dibakar.

Berikut rincian jumlah perusuh di beberapa wilayah di Indonesia

  1. Sumatra Utara: 32 orang ditangkap dan ditahan
  2. Jambi: 5 tersangka, tidak ditahan
  3. Sumatra Selatan: 6 tersangka dan ditahan
  4. Lampung: 4 tersangka dan ditahan
  5. Banten: 14 tersangka, ditahan satu
  6. Polda Metro Jaya: 54 tersangka, ditahan 28
  7. Jawa Barat: 14 tersangka, ditahan empat
  8. Jawa Tengah: 5 tersangka dan ditahan
  9. Jawa Timur: 15 tersangka, ditahan empat
  10. Daerah Istimewa Yogyakarta: 4 tersangka dan ditahan
  11. Kalimantan Barat: 5 tersangka, ditahan dua
  12. Kalimantan Selatan: 1 tersangka dan ditahan
  13. Sulawesi Selatan: 6 tersangka dan ditahan
  14. Sulawesi Tengah: 3 tersangka, ditahan satu

2. Polisi tidak akan berikan penangguhan penahanan kepada para tersangka

Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Argo Yuwono (Dok. Humas Polri)
Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Argo Yuwono (Dok. Humas Polri)

Argo melanjutkan, status dari para tersangka itu di antaranya mahasiswa 29 orang, pelajar 83, masyarakat tujuh, buruh tujuh, pengangguran 10, dan lain-lain 30 orang.

"Ada juga ibu rumah tangga di Sumatra Utara ditahan," kata Argo.

Sementara, 5.918 orang yang sempat diamankan itu, berasal dari berbagai kalangan. Di antaranya 796 kelompok anarko, masyarakat umum 601, pelajar 1.548, mahasiswa 443, pengangguran 55, buruh 484, dan lain-lain.

"Kemudian sesuai perintah undang-undang, perintah Bapak Kapolri Jenderal Idham Azis, pelaku diproses dan tidak dilakukan penangguhan penahanan. Diproses lanjut sampai ke pengadilan," tegas Jenderal bintang dua ini.

3. Puncak demonstrasi UU Cipta Kerja di berbagai daerah

Mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (08/10/2020) (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)
Mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (08/10/2020) (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Diketahui, demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja berlangsung di berbagai daerah sejak 6 hingga 8 Oktober 2020. Aksi diikuti berbagai elemen masyarakat mulai dari buruh, mahasiswa, pelajar, aktivis, dan masyarakat sipil.

Puncak demonstrasi terjadi pada Kamis, 8 Oktober 2020, di mana hampir semua daerah terjadi unjuk rasa yang berlangsung ricuh. Bentrokan terjadi antara massa demonstran dan polisi. Sejumlah demonstran yang dianggap sebagai perusuh ditangkap aparat.

Share
Topics
Editorial Team
Axel Joshua Harianja
EditorAxel Joshua Harianja
Follow Us