Tetesan Air Mata Yusuf Mansur untuk Generasi Muda Usai Ulama 'Diplototi' Kader Golkar!

Dalam sebuah acara debat di televisi nasional, beberapa kader partai dan perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) didatangkan sebagai tamu untuk membahas masalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap menggunakan Al-Quran dalam politik.
Penggunaan itu dianggap sebagai penghinaan terhadap Al-Quran. Iya memang pada akhirnya, Ahok sudah meminta maaf. Uniknya, televisi nasional ini masih memperdebatkan hal ini. Hadirlah dua kubu, yakni #TimAhokBenar dan #TimAhokSalah. Dua tagar itu cukup untuk menggambarkan kondisi acara ini.
Debat kusir, sudah biasa, pasti terjadi dalam acara ini. Namun, saat sesi #TimAhokBenar yang diwakili oleh kader partai Golkar Nusron Wahid berbicara, dirinya dianggap terlalu 'menekan dan menghina' ulama MUI.
Mata melotot dan nada tinggi yang digunakan oleh Nusron justru membuat beberapa pihak menganggap dirinya berlebihan. Terutama yang 'diserang' adalah seorang ulama dari MUI. Pihak yang paling 'terluka' adalah seorang Ustadz kondang, Yusuf Mansur. Ustadz Yusuf menganggap bahwa tindakan tersebut harusnya tidak dilakukan oleh Nusron
Tangisan dan pesan Ustadz Yusuf Mansur pada generasi muda.
Kepada adik-adik yang ada di Indonesia. Para remaja. Jangan ya, jangan ditiru, melotot ke ulama. Jangan ditiru. Sesalah-salahnya ulama itu sebenar-benarnya kita. Jangan ditiru, suka maki-maki orang jangan ditiru. Yang suka bilang orang bodoh, goblok, jangan ditiru. Jangan ditiru ya nak, jangan.
Dalam video satu menit itu juga Ustadz Yusuf menambahkan kalau dirinya memiliki banyak kesalahan. Generasi muda ada baiknya meniru pada ustadz yang berkelakukan positif. Pada akhirnya memang tidak orang yang selalu bersikap positif, pasti ada keburukan. Namun, Ustadz Yusuf ingatkan para generasi muda untuk tetap mengikuti yang benar.

Nusron dan matanya yang melotot.

Secara garis besar, Nusron mengatakan kalau terkadang pemahaman dan penafsiran orang berbeda-beda. Menurutnya juga tidak ada manusia yang benar-benar tahu tentang kitab suci Al-Quran ini.
Umat Islam itu memang biasa ramai, ramainya umat Islam itu selalu disebabkan oleh dua hal, kalau gak salah paham, pahamnya salah. Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apa pun itu bebas tafsir bebas makna. Yang namanya Al-Quran, yang paling tahu Al-Quran itu sendiri adalah Allah SWT dan Rasul-Nya. Bukan MUI, bukan Ahmad Dhani bukan Daniel Simanjuntak. Juga bukan saya. Kebenaran datangnya dari Allah SWT. Itu ilmu tafsir."
Benar atau salah adalah hal relatif. Pandangan dan cara kita mengintepretasi suatu hal pun berbeda-beda. Pada akhirnya, menyerang seseorang dengan SARA di Indonesia sudah harusnya tidak terjadi. Setuju?