Amnesty Internasional: Tembak Mati Jambret Memperburuk Citra Indonesia

Wisatawan yang ingin lihat Asian Games bisa cemas dan takut

Jakarta, IDN Times- Polda Metro Jaya telah menembak mati 12 pelaku tindak pidana kejahatan jalanan, seperti begal atau jambret, dalam Operasi Kewilayahan Mandiri sejak 3 Juli 2018 lalu. Dari total 1953 pelaku yang diamankan, polisi juga menembak 41 orang di bagian kaki.

Perang terhadap jambret dan begal merupakan instruksi langsung dari Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian sebagai upaya meningkatkan keamanan jelang Asian Games 2018. 

Menanggapi hal itu, Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid mengingatkan kepada pihak berwajib agar tindakan tegas terukur merupakan cara terakhir bila pelaku tidak bisa diamankan atau melakukan perlawanan. 

"Penggunaan senjata api oleh aparat polisi memang diperbolehkan dalam keadaan tertentu. Penggunaan ini juga diatur dalam kode etik penegak hukum sedunia, termasuk undang-undang Polri. Tapi, sesuai dengan pasal 5 ayat (1) Perkap 1/2009, sebelum melakukan penembakan, aparat harus mengingatkan secara lisan, penggunaan senjata tumpul, gas air mata terlebih dahulu. Setelah upaya itu gagal barulah senjata api digunakan," terang Usman kepada IDN Times, Kamis (19/7).

Pertanyaan yang menarik adalah bagaimana sikap polisi terhadap pelaku kejahatan jalanan ini mempengaruhi citra Indonesia di mata dunia? Apalagi, dalam hitungan hari Indonesia akan kedatangan wisatawan asing dari Asia untuk memeriahkan Asian Games 2018. Hmm kira-kira bagaimana ya jadinya? Yuk simak ulasannya. 

1. Cara ini berpotensi untuk menimbulkan kecemasan publik

Amnesty Internasional: Tembak Mati Jambret Memperburuk Citra IndonesiaIDN Times/Istimewa

Usman melanjutkan, pertimbangan yang matang harus diambil sebelum timah panas menghujani para pelaku. Karena, menurut alumni Universitas Trisakti itu, cara ini bisa menimbulkan kekhawatiran kepada masyarakat umum.

"Kalau caranya seperti ini terus, maka yang tercipta adalah rasa ketakutan, bukan rasa aman," terangnya. Hal itu menjadi penekanan bagi masyarakat Asia yang nantinya akan mendatangi Indonesia ketika perhelatan olahraga terbesar se-Asia berlangsung. 

Baca juga: [INFOGRAFIS] Waspada, Marak Penjambretan di Jakarta!

2. Citra Indonesia bisa semakin memburuk

Amnesty Internasional: Tembak Mati Jambret Memperburuk Citra IndonesiaIDN Times/Istimewa

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), citra Indonesia dipertaruhkan dalam hal ini. Usman tidak memungkiri bila banyak negara melakukan hal serupa untuk menjamin keamanan. Namun citra negara yang menerapkan kebijakan ini dinilai kurang baik di mata dunia. 

"Kalau di mata pemerintahan negara seperti Filipina dan Brasil, mungkin (kebijakan tembak begal/jambret) tidak memperburuk citra negara, karena memang mereka menerapkan praktik ini, bahkan lebih keras. Filipina misalnya dalam berantas narkoba dan Brasil dalam mengamankan pagelaran olahraga internasional. Tapi perlu diingat, kedua negara itu buruk citranya di mata negara lain pada umumnya," terangnya. 

3. Perlu adanya lembaga independen untuk menyelidiki kebijakan ini

Amnesty Internasional: Tembak Mati Jambret Memperburuk Citra IndonesiaIDN Times/Sukma Shakti

Guna menjamin bahwa penembakan terhadap pelaku kejahatan jalanan bukanlah tindakan 'asal main tembak' semata, Usman menyarankan kepada pemerintah supaya membentuk lembaga independen sebagai pengawas kebijakan ini. 

"Tentu sangat perlu (penyelidikan). Komnas HAM perlu ambil peran, Kompolnas dan Ombudsman juga mungkin menerima keluhan masyarakat yang keluarganya terkena dampak. Perlu kerjasama antar tiga lembaga itu. Di luar pengawasan badan independen, perlu ada peran DPR Komisi 3 untuk mengawasi dan mengontrol agar semakin sedikit penyimpangan terjadi," tutupnya. 

Kalau kalian guys, sepakat gak dengan cara tembak mati begal dan jambret?

Baca juga: Polda Metro Tangkap 1.953 Penjambret, 11 di Antaranya Ditembak Mati

Topik:

  • Sugeng Wahyudi

Berita Terkini Lainnya