Suriah-Mesir Perbaiki Hubungan, Negara Arab Kembali Bersatu?

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah, Faisal Mekdad, bertemu dengan Menlu Mesir, Sameh Shoukry, dalam kunjungannya ke Kairo pada Sabtu (1/4/2023). Kunjungan pejabat tinggi Damaskus itu merupakan yang pertama sejak perang saudara di negara itu pecah lebih dari satu dekade lalu.
Mengutip VOA, Shoukry menyambut baik kesempatan untuk melanjutkan dialog antara kedua negara. Dia menekankan pentingnya melanjutkan koordinasi dan konsultasi untuk mengedepankan hubungan timbal balik, menjaga persatuan Suriah, dan mengembalikan negara itu ke lingkungan Arab.
1. Hubungan mulai melunak sejak Mesir beri dukungan gempa ke Suriah

Dalam dialognya, Mekdad berterima kasih kepada Shoukry karena telah mengambil langkah pertama untuk memecah kebekuan hubungan kedua negara, dengan mengunjungi dan memberikan bantuan kepada Suriah setelah gempa yang mengguncang pada Februari lalu.
Pada saat itu, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, menelepon Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk memberikan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal tersebut diikuti kunjungan Shoukry ke Damaskus untuk bertemu Assad pada 27 Februari.
Tidak seperti beberapa negara Arab lainnya, Kairo tidak pernah sepenuhnya memutuskan hubungan dengan Damaskus setelah perang, tetapi hubungan keduanya telah menurun sejak saat itu.
2. Perdamaian Mesir-Suriah jadi sinyal kuat Damaskus kembali ke lingkungan Arab
Pertemuan kedua menlu menjadi sinyal bagi pemulihan hubungan diplomatik kedua negara, menyusul langkah serupa baru-baru ini yang dilakukan Arab Saudi dan Iran. Hal tersebut menandai normalisasi yang akan datang di antara negara-negara Arab dan Damaskus.
Mengutip The Straits Times, Suriah secara politik telah diisolasi di kawasan, sejak meletusnya perang. Negara itu juga dikeluarkan dari Liga Arab yang berbasis di Kairo pada 2011 atas tindakan kerasnya terhadap demonstrasi pro-demokrasi.
Ketua Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, Joshua Landis, mengatakan bahwa Suriah perlahan-lahan diintegrasikan kembali ke lingkungan Arabnya. Menurutnya, langkah yang dilakukan Kairo penting untuk menyambut Damaskus kembali ke pelukan sesama negara Arab.
Landis menekankan, pemerintah negara-negara Arab sedang mencoba menegosiasikan beberapa konsesi dari rezim Assad, dimulai dengan menindak perdagangan Captagon (penyelundupan narkoba), membatasi pengaruh Iran di Suriah, dan menjamin kembalinya para pengungsi negara itu dengan aman.
3. Ancaman sanksi AS menjadi hambatan Suriah untuk berdamai dengan negara-negara Arab
Seorang dosen ilmu politik di Universitas Paris, Khattar Abou Diab, mengatakan bahwa terdapat batasan pemulihan hubungan antara negara-negara Arab dengan Suriah. Dia khawatir dengan ancaman sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi hambatan yang tidak kecil.
Dia menegaskan, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Arab Saudi dibayang-bayangi sanksi AS atas setiap transaksi yang dilakukannya dengan Suriah dan al-Assad. Perbaikan hubungan yang dilakukan Suriah-Mesir juga tak lepas dari karaguan akan kemarahan AS.