Bangga! Pemuda Indonesia Jadi Penasihat Muda Sekjen PBB untuk Iklim

- 2025 adalah tahun penting bagi gerakan iklim, dengan Zagy Berian menjadi bagian dari Youth Advisory Group on Climate Change PBB.
- Zagy Berian membawa suara Asia Tenggara ke forum dunia, dengan pengalaman lokal dan keterlibatan global dalam gerakan energi terbarukan.
- Zagy Berian memimpin inisiatif energi bersih untuk pertanian berkelanjutan di Pati, Jawa Tengah, sebagai bagian dari kolaborasi lintas negara dan generasi.
Jakarta, IDN Times – Untuk pertama kalinya, seorang sociopreneur asal Indonesia akan bergabung di lingkaran penasihat muda Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk perubahan iklim.
Dia adalah Zagy Berian, pendiri Society of Renewable Energy (SRE), yang kini resmi menjadi bagian dari Youth Advisory Group on Climate Change bentukan Sekjen PBB António Guterres.
Tak hanya menjadi wakil tunggal Asia Tenggara, Zagy juga akan duduk bersama 13 tokoh muda dari berbagai belahan dunia untuk memberi masukan strategis bagi PBB dalam mempercepat aksi global menghadapi krisis iklim.
Dikutip keterangan pers PBB di Indonesia, pengumuman ini disampaikan pada Hari Internasional Pemuda, Senin (12/8/2025).
1. Momen penting di tengah tantangan iklim global

Tahun ini bukan tahun biasa bagi gerakan iklim. 2025 menandai 10 tahun Paris Agreement, sekaligus batas waktu bagi negara-negara menyampaikan nationally determined contributions (NDC) terbaru yang sesuai dengan target menahan pemanasan global di angka 1,5 derajat Celcius.
Di saat yang sama, tren global menunjukkan penyempitan ruang gerak sipil dan keterbatasan pendanaan yang mengancam aktivis muda. Kondisi ini membuat Sekjen PBB memutuskan memperluas keanggotaan Youth Advisory Group dari 7 menjadi 14 orang.
“Advokasi tanpa kenal takut dari anak muda telah menjadi pendorong utama dalam perjuangan melawan krisis iklim. Perlu lebih banyak ruang bagi suara muda di meja perundingan,” kata Guterres.
Kelompok ini akan memberikan masukan praktis, perspektif beragam, dan rekomendasi konkret untuk mendukung kerja PBB dalam mempercepat aksi iklim yang adil dan inklusif.
2. Wakil Asia Tenggara yang bawa suara lokal ke forum dunia

Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, mulai dari kenaikan permukaan laut yang mengancam komunitas pesisir, hingga cuaca ekstrem yang mengganggu ketahanan pangan.
Sebagai wakil kawasan ini, Zagy membawa pengalaman lokal dan keterlibatan global.
Ia memimpin SRE yang menggerakkan jaringan luas pemuda di Indonesia untuk berkiprah di bidang energi terbarukan. Selain itu, ia menjabat Regional Facilitator Youth Climate Justice Fund di Asia Selatan, yang mendukung gerakan keadilan iklim di tingkat akar rumput.
Rekam jejak internasionalnya mencakup kontribusi pada G20 Energy Transition Working Group bersama Kementerian ESDM RI, keterlibatan di B20 Task Force on Energy, Sustainability, and Climate, serta posisi sebagai Chief Southeast Asia Youth Forum on Energy di bawah ASEAN.
3. Inisiatif energi bersih untuk pertanian berkelanjutan

Bagi Zagy, posisi ini bukan sekadar penghargaan, tapi peluang untuk mendorong kolaborasi lintas negara dan lintas generasi. “Bagi saya, ini berarti mendorong aksi iklim yang luar biasa melalui kolaborasi, sambil memastikan setiap suara didengar dalam membentuk masa depan global yang lebih adil dan berkelanjutan,” ujarnya.
Salah satu inisiatif penting yang ia jalankan ada di Pati, Jawa Tengah, di mana ia menggandeng petani lokal untuk mengintegrasikan solusi energi bersih ke praktik pertanian berkelanjutan. Program ini tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani.
Kerja Zagy di forum ini akan menjadi momentum penting bagi suara pemuda Indonesia di panggung internasional. Lebih dari sekadar peran simbolis, kontribusinya diharapkan menghubungkan solusi lokal dengan kebijakan global demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.