China-Rusia Patroli Udara Bersama, Korsel-Jepang Kerahkan Jet Tempur!

Jakarta, IDN Times - China dan Rusia menggelar patroli udara bersama di atas Laut Jepang dan Laut China Timur pada Selasa (6/6/2023). Korea Selatan (Korsel) dan Jepang merespons hal tersebut dengan mengerahkan jet tempur miliknya.
Kementerian Pertahanan China mengatakan, operasi gabungan itu merupakan yang keenam kalinya dilakukan di bawah rencana kerja sama tahunan militer kedua negara sejak 2019. Langkah itu merupakan bentuk perluasan hubungan bilateral Beijing-Moskow yang terancam atas tindakan Amerika Serikat (AS) dan sekutu militernya.
Seoul mengatakan pihaknya mendeteksi empat pesawat militer milik Rusia dan empat milik China dalam patroli tersebut. Namun, pihaknya tidak mengungkapkan terkait jenis pesawat yang terlibat.
1. Korsel dan Jepang kerahkan jet tempur

Militer Korsel mengerahkan jet tempur, setelah mendeteksi pesawat militer China-Rusia memasuki zona identifikasi pertahanan udara (KADIZ) di selatan dan timur semenanjung Korea tanpa pemberitahuan.
Pihaknya mengatakan langkah itu dilakukan sebagai persiapan jika terjadi keadaan darurat. Meski demikian, Seoul mengatakan pesawat kedua negara yang melintas itu tidak melanggar batas wilayah udara Korsel.
Mengutip Reuters, KADIZ adalah zona identifikasi pertahanan udara di mana tidak ada aturan internasional yang mengatur. Namun, setiap pesawat asing yang mengambil langkah khusus di zona itu harus mengidentifikasi dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan aturan yang diterapkan di wilayah udara suatu negara.
Sementara itu, pengerahan jet tempur juga dilakukan Jepang setelah pihaknya memverifikasi bahwa dua pesawat Rusia bergabung dengan dua pesawat China di atas Laut Jepang. Mereka terbang bersama ke arah Laut China Timur.
2. Korsel layangkan protes keras

Pada Rabu (7/6/2023), Kementerian Pertahanan Korsel melayangkan protes keras kepada China dan Rusia atas masuknya pesawat tempur mereka ke KADIZ tanpa pemberitahuan. Direktur Jenderal kebijakan internasional, Lee Seung-beom, mengatakan kepada Kedutaan Besar kedua negara di Seoul, pihaknya sangat menyayangkan insiden tersebut.
Kementerian meminta Beijing dan Moskow agar mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah terulangnya peristiwa tersebut. Pihaknya mengingatkan bahwa kejadian semacam itu dapat menimbulkan ketegangan regional.
"Kementerian Pertahanan menyatakan penyesalan kepada kedua negara atas penerbangan ke daerah sensitif yang dekat dengan ruang udara kita," bunyi pernyataan Kementerian, dikutip Yonhap.
3. Ketegangan AS-China bikin situasi di kawasan semakin memanas

Patroli China-Rusia dilakukan beberapa hari setelah AS dan sekutu Asia-Pasifiknya menyoroti invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya sikap asertif Beijing di kawasan dalam pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura.
Dilansir SCMP, pertemuan itu bertepatan dengan bentrokan kapal Washington-Beijing pada Sabtu lalu di Selat Taiwan. Hal itu turut meningkatkan ketegangan kedua negara. AS menuduh kapal China melakukan manuver berbahaya dengan melintas di depan kapalnya. Sementara rival Barat itu menyebut operasi AS sebagai tindakan provokatif dan hegemonik.
"Kapal dan pesawat militer AS telah melakukan perjalanan ribuan mil untuk memprovokasi China di depan pintunya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.
"Bersikeras melakukan pengintaian dekat dan melenturkan ototnya di dekat perairan teritorial dan wilayah udara China tidak melindungi kebebasan navigasi, tetapi mempromosikan hegemoni navigasi dan merupakan provokasi militer yang terang-terangan," sambungnya.
Gedung Putih mengatakan insiden di Selat Taiwan dapat mencerminkan peningkatan agresivitas militer Beijing yang dapat meningkatkan risiko fatal.