Direktur RS Gaza Ditahan di Israel, Kondisi Tak Manusiawi

- Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza, dan tahanan Palestina lainnya menghadapi perlakuan tidak manusiawi dari penjara Israel.
- Tahanan dari Gaza dipukuli secara brutal saat perayaan Idulfitri awal bulan ini, kelaparan meningkat, penyiksaan meningkat, isolasi dari dunia luar meningkat.
- Abu Safiya ditangkap oleh tentara Israel pada Desember 2024 dan diperkirakan akan tetap dalam tahanan administratif setidaknya hingga September atau Oktober 2025.
Jakarta, IDN Times - Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza, beserta tahanan Palestina lainnya yang berada di penjara Israel terus menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi. Siksaan yang mereka terima bahkan meningkat setiap harinya.
Dalam wawancara dengan Alaraby TV, pengacara Abu Safiya, Gheed Kassem, mengatakan bahwa dirinya telah mengunjungi dokter tersebut tiga kali, dan setiap kunjungan menjadi lebih sulit daripada yang sebelumnya.
“Sejujurnya, apa yang saya dengar darinya sangat mengejutkan, sampai pada titik di mana saya bahkan tidak tahu apakah saya berhak mengungkapkannya kepada media,” kata Kassem. Ia mengungkapkan bahwa para tahanan dari Gaza dipukuli secara brutal saat perayaan Idulfitri awal bulan ini.
“Situasinya semakin meningkat, kelaparan meningkat, penyiksaan meningkat, isolasi dari dunia luar meningkat, ancaman meningkat, dan tidak ada seorang pun yang dapat menentukan batas eskalasi ini," tambah pengacara itu, dikutip dari Middle East Eye.
1. Martabat para tahanan diinjak-injak
Hussam Abu Safiya bukan satu-satunya tahanan tidak bersalah yang menghadapi perlakuan buruk seperti itu. Seluruh tim medis, bahkan pasien-pasien yang ditangkap dari rumah sakit di Gaza, juga mengalami penderitaan serupa.
Kassem mengatakan, tindakan seperti menginjak wajah, penghinaan, dan memaksa tahanan meminum air limbah merupakan bentuk penyiksaan yang masih tergolong ringan. Adapun para tahanan dipaksa terlibat dalam tindakan-tindakan yang secara moral akan dikecam oleh komunitas internasional.
“Martabat mereka diinjak-injak setiap hari, setiap menit. Perlakuan terhadap mereka sungguh sangat mengerikan,” ujarnya.
Dalam kasus Abu Safiya, Kassem mengungkapkan bahwa kepalanya sempat dibenturkan ke tiang logam beberapa hari lalu.
2. Abu Safiya ditahan tanpa ada dakwaan
Abu Safiya, yang berusia 51 tahun, ditangkap oleh tentara Israel saat penyerbuan Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara pada Desember 2024. Ia dibawa ke kamp penahanan militer Sde Teiman di Gurun Negev, sebelum kemudian dipindahkan ke Penjara Ofer, yang terletak dekat Ramallah.
Otoritas Israel mengategorikan Abu Safiya sebagai “kombatan tidak sah”, yang berarti tidak ada dakwaan resmi yang diajukan terhadapnya. Ia diperkirakan akan tetap berada dalam tahanan administratif setidaknya hingga September atau Oktober 2025
“Terlepas dari kejadian-kejadian mengerikan yang terjadi di dalam penjara, para tenaga medis, termasuk Dokter Hussam Abu Safiya, hingga kini tetap memikirkan kondisi rumah sakit di Jalur Gaza. Hingga detik ini, hal yang terus ia tanyakan adalah bagaimana situasi rumah sakit di tengah genosida yang sedang terjadi di Gaza," kata Kassem.
3. Hampir 10 ribu warga Palestina berada di penjara Israel saat ini
Addameer, kelompok pembela hak-hak tahanan Palestina, menyatakan bahwa hampir 10 ribu warga Palestina saat ini berada di penjara Israel, termasuk sekitar 400 anak-anak dan 27 perempuan. Sekitar 40 persen laki-laki Palestina diperkirakan pernah ditahan oleh Israel setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Kelompok ini juga mencatat bahwa hampir 3.500 orang ditahan di bawah status penahanan administratif, yaitu dipenjara tanpa dakwaan resmi atau akses terhadap proses hukum.
Sejak dimulainya serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang kemudian memicu perang di Gaza, jumlah tahanan politik Palestina meningkat dua kali lipat, yaitu dari dari 5.250 menjadi hampir 10 ribu. Selama gencatan senjata terbaru awal tahun ini, Israel membebaskan 739 warga Palestina dari Gaza dan 652 orang dari Tepi Barat yang diduduki, dilansir dari Al Jazeera.