Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ditekan AS, Irak Bakal Batasi Aktivitas Houthi 

bendera Irak (pexels.com/Engin Akyurt)
bendera Irak (pexels.com/Engin Akyurt)
Intinya sih...
  • Irak memutuskan bakal membatasi aktivitas Houthi. 
  • Houthi di Irak diduga melakukan penyelundupan senjata dan bahan bakar ke Yaman.
  • Houthi mengancam serangan terhadap pangkalan AS dari Irak sebagai pembalasan. 
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Irak dilaporkan berupaya membatasi aktivitas nonsipil yang dilakukan oleh kelompok Houthi di negaranya. Aktivitas mereka akan dibatasi hanya pada bidang media dan budaya.

Langkah ini diambil ketika Amerika Serikat (AS) melancarkan gelombang serangan terhadap Houthi di Yaman setelah kelompok itu kembali melakukan blokade terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah.

Irak, yang sebelumnya mendukung kehadiran pasukan Houthi sebagai bagian dari 'Poros Perlawanan' Iran, kini mulai berusaha menjauhkan diri dari kelompok tersebut.

1. Houthi disebut manfaatkan wilayah Irak untuk dukungan logistik

Sejak 2018, kelompok Houthi telah mengoperasikan sebuah kantor di kawasan elit Jadriya, Baghad, yang diawasi oleh Abu Idris Al-Sharafi bersama dengan para pemimpin kelompok lainnya yang tinggal di Irak. Kantor ini memfasilitasi koordinasi dengan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak dan faksi-faksi pro-Iran lainnya.

Menurut Carnegie Endowment for International Peace (CEIP), Houthi memanfaatkan wilayah Irak untuk dukungan logistik, termasuk penyelundupan senjata dan bahan bakar bersubsidi ke Yaman, yang sering kali melanggar embargo internasional, dilansir dari Middle East Monitor.

Pada Agustus 2024, kelompok tersbeut melaporkan bahwa salah satu komandannya, Hussein Abdullah Mastour, tewas dalam serangan udara AS di Jurf al-Sakhar di bagian selatan Baghdad. Lokasi tersebut merupakan milik kelompok Kataib Hizbullah Irak, yang dikenal dekat dengan Iran.

2. Houthi dianggap jadi beban politik

Seorang sumber politik di Baghdad mengatakan bahwa di tengah tantangan regional saat ini dan ancaman eskalasi AS terhadap Iran, pemerintah Irak merasa bahwa kehadiran Houthi di negara tersebut menjadi beban politik.

"Banyak kegiatan mereka – terutama yang berhubungan dengan politik dan media – telah dihentikan, namun perwakilan gerakan tersebut masih tetap berada di Irak," ujarnya, dikutip dari The New Arab.

Abdulrahman Al-Jazaeri, anggota koalisi Negara Hukum yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki, mengatakan bahwa tekanan internasional diarahkan pada Irak dengan tujuan menutup kantor Houthi dan menghentikan kegiatan mereka di dalam negeri.

“Hal ini mendorong pemerintah untuk memberikan jaminan kepada pihak-pihak regional dan internasional bahwa tidak ada aktivitas Houthi nonsipil yang diizinkan di wilayah Irak. Semua aktivitas tersebut dipantau dan diawasi, dan dibatasi hanya pada aktivitas sipil, media, dan budaya saja,” tambahnya.

AS diperkirakan khawatir bahwa Houthi akan menyerang pangkalan AS dari Irak sebagai pembalasan atas serangan brutal Washington terhadap kelompok tersebut, yang telah menewaskan sedikitnya 62 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

3. Houthi kembali serang kapal AS di Laut Merah

Pada Rabu (2/4/2025), Houthi menyatakan telah menargetkan kapal induk USS Harry Truman dan kapal perang pengawalnya di Laut Merah bagian utara. Mereka menyebut serangan ini sebagai serangan ketiga dalam 24 jam terakhir yang menggunakan rudal dan drone.

“Operasi angkatan bersenjata akan terus meningkat terhadap musuh Amerika dengan menargetkan kapal perangnya di wilayah operasi yang dinyatakan,” kata juru bicara militer kelompok itu, Yahya Saree, dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir dari Anadolu.

Ia juga menambahkan bahwa mereka tidak akan menghentikan operasi militer terhadap Israel, termasuk melarang kapal-kapalnya berlayar di Laut Merah sampai agresi militer dan blokade Israel terhadap di Gaza dihentikan.

Sejak November 2023, Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang melewati Laut Merah dan sekitarnya sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, yang menghadapi perang genosida Israel. Kelompok itu sempat menghentikan serangannya ketika Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata pada Januari 2025, namun kembali melanjutkan serangan setelah Tel Aviv memblokir semua bantuan ke Gaza pada 2 Maret.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us