Gaza Membara, 160 Warga Palestina dan 40 Warga Israel Tewas
Jakarta, IDN Times - Otoritas kesehatan Palestina mengatakan, setidaknya 160 warga Palestina tewas akibat serangan Israel. Sementara, 40 orang Israel tewas akibat serangan Hamas, hari ini.
Hamas membombardir Israel dengan lima ribu roket pada Sabtu pagi. Serangan Hamas ini pun dianggap sebagai perang terbuka oleh Israel.
Dilansir Al Jazeera, Sabtu (7/10/2023), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, Israel siap berperang dan Hamas mengatakan bahwa aksi ini adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri pendudukan Israel selama bertahun-tahun.
1. Ribuan orang terluka
Sementara itu, Israel mengklaim bahwa sekitar 750 warganya terluka dan Palestina menyebut 1.000 warganya terluka akibat aksi saling serang kedua belah pihak ini.
Hingga saat ini, dilaporkan perang masih berkobar di Jalur Gaza. Warga pun diminta untuk tidak meninggalkan tempat tinggal mereka sementara waktu.
Di Tel Aviv, jalanan dan tempat-tempat umum disebut sudah kosong dan sepi. Beberapa acara hiburan pun dilaporkan dibatalkan secara mendadak.
2. RS Indonesia terkena sasaran roket Israel
Di Gaza utara, Rumah Sakit Indonesia terkena sasaran roket Israel dalam perang antara Hamas dan Israel yang meletus pagi hari tadi, waktu setempat.
Berdasarkan keterangan yang diterima IDN Times, satu staf MER-C bernama Abu Romzi, dinyatakan tewas terkena serangan tersebut.
"Kami sedang berada di wisma dr. Joserizal Jurnalis, tiba-tiba terdengar ledakan yang kuat sekali. Ternyata tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh dekat sekali dengan lokasi kami, dan menghancurkan mobil operasional MER-C yang berada di depan Wisma dr. Joserizal Jurnalis,” kata seorang relawan MER-C, Farid.
Abu Romzi yang merupakan warga Palestina, diketahui sudah bertugas di Jalur Gaza sejak 2011.
3. RS Indonesia minta perbatasan Gaza segera dibuka
Sementara itu, Sarbini meminta agar perbatasan Gaza segera dibuka untuk masuknya bantuan internasional ke Jalur Gaza.
"Kami memerinta Pemerintah Indonesia dapat segera mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan sidang darurat terkait hal ini," ucap Sarbini.
