Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Iran Bantah Terlibat Rencana Pembunuhan Donald Trump

Ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/mostafa meraji)
Ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/mostafa meraji)
Intinya sih...
  • Menteri Luar Negeri Iran membantah keterlibatan dalam rencana pembunuhan Donald Trump yang dituduhkan AS.
  • Iran menegaskan tidak memiliki niatan memiliki senjata nuklir dan membutuhkan kepercayaan dari kedua belah pihak.
  • Terdapat tuduhan bahwa dua warga AS ditangkap karena membantu Iran mengawasi target lain, serta ancaman balasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani pada 2020.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Iran membantah keras tuduhan keterlibatan dalam rencana pembunuhan Donald Trump. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi menyampaikan bantahan pada Sabtu (10/11/2024). Pernyataan ini muncul sehari setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mengumumkan tuduhan plot pembunuhan yang diperintahkan Garda Revolusi Iran (IRGC).

"Kini sebuah skenario baru dibuat-buat. Oleh karena pembunuh hanya khayalan, penulis didatangkan untuk membuat naskah komedi murahan," tulis Araqchi dalam unggahan di platform X, dikutip dari Reuters.

Tuduhan AS menyebut Farhad Shakeri (51), warga negara Afghanistan yang tinggal di Iran, ditugaskan untuk membunuh Trump. Presiden terpilih AS itu baru saja memenangkan pemilihan pada Selasa lalu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei menyebut tuduhan tersebut sebagai konspirasi yang dibuat Israel untuk memperumit hubungan AS-Iran.

1. Iran serukan pentingnya bangun kepercayaan dengan AS

Melansir Iran International, Kementerian Luar Negeri Iran melalui unggahan di platform X pada Sabtu (10/11) menyatakan tuduhan tersebut tidak berdasar. Iran mengingatkan tuduhan serupa pernah muncul sebelumnya dan terbukti salah.

"Rakyat Amerika telah membuat keputusan mereka. Iran akan menghormati hak rakyat Amerika untuk memilih presiden pilihan mereka. Jalan ke depan juga merupakan pilihan. Itu dimulai dengan rasa hormat," kata Araqchi.

Iran juga menegaskan tidak berniat memiliki senjata nuklir. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam dan pertimbangan keamanan negara tersebut. Menurut Iran, membangun kepercayaan diperlukan dari kedua belah pihak dan bukan jalan satu arah.

Melansir Times of Israel, analis Iran menyatakan, ada kemungkinan perbaikan hubungan antara Teheran dan Washington di era Trump. Namun, kemungkinan hal ini dilakukan tanpa memulihkan hubungan diplomatik.

"Iran akan mengambil langkah sesuai kepentingannya. Negosiasi dengan Washington bisa dilakukan jika AS berhenti mengancam keamanan Iran," ujar analis Teheran, Saeed Laylaz.

2. Garda Iran beri waktu 7 hari untuk membunuh Trump

Menurut dokumen pengadilan yang dikutip CNN, pejabat Iran meminta Shakeri pada September untuk fokus mengawasi dan akhirnya membunuh Trump. Garda Revolusi Iran memberi Shakeri tenggat waktu tujuh hari pada 7 Oktober untuk menyusun rencana pembunuhan.

Jika gagal dalam tenggat tersebut, Garda Iran akan menunggu hingga pemilihan presiden usai karena yakin Trump akan kalah. Jaksa Agung AS, Merrick Garland menyebut Iran sebagai ancaman serius bagi keamanan nasional AS.

Baru-baru ini, dua warga AS, Carlisle Rivera dan Jonathan Loadholt, ditangkap di New York karena membantu Iran mengawasi target lain. Keduanya telah menjalani sidang perdana pada Kamis (9/11) dan akan ditahan hingga proses pengadilan selesai.

3. Iran juga dituduh rencanakan serangan ke turis Israel di Sri Lanka

AS telah berulang kali menyatakan kekhawatiran Iran akan membalas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani pada 2020. Pembalasan tersebut diduga akan dilakukan dengan mencoba membunuh Trump.Pasalnya, Trump adalah orang yang memerintahkan serangan terhadap Soleimani.

Komandan Garda Iran untuk urusan ruang angkasa, Amirali Hajizadeh, mengancam akan membalas dendam saat diwawancara televisi pada Februari 2023. Dia menyebut Trump, mantan Menlu AS, Mike Pompeo, dan mantan Panglima Militer AS, Kenneth McKenzie sebagai target utama. Semua pejabat AS yang terlibat pembunuhan Soleimani juga masuk dalam daftar sasaran.

Shakeri bertemu pejabat senior Garda Iran saat bekerja di bisnis minyak dan bahan bakar. Pejabat tersebut lalu merekrut Shakeri untuk memata-matai beberapa orang di AS setelah mengetahui dia pernah tinggal di New York.

Selain Trump, Garda Iran juga menugaskan Shakeri untuk merencanakan serangan ke turis Israel di Sri Lanka. Shakeri juga diminta mengawasi dan membunuh dua pengusaha Yahudi di New York. Para tersangka menetapkan nilai 100 ribu dolar AS (Rp1,5 miliar) untuk aksi tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us