Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Akan Jadikan Rafah sebagai Zona Penyangga Permanen

Perbatasan Rafah (Gigi Ibrahim, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Perbatasan Rafah (Gigi Ibrahim, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times – Kota Rafah di Gaza selatan terancam diubah menjadi zona penyangga oleh militer Israel. Zona penyangga yang sedang dibangun mencakup 75 kilometer persegi atau sekitar seperlima dari luas Jalur Gaza.

Wilayah tersebut sebelumnya dihuni sekitar 200 ribu warga Palestina, namun kini hampir seluruhnya kosong akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.

Kawasan ini membentang dari Koridor Philadelphi di selatan hingga Jalur Morag di utara, memisahkan Gaza dari perbatasan Mesir. Menurut Haaretz, pembentukan zona ini akan mengubah Gaza menjadi kawasan yang dikepung oleh wilayah Israel. Langkah ini dinilai sebagai strategi jangka panjang untuk menekan Hamas.

Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari militer Israel mengenai rencana perluasan zona penyangga ke wilayah Rafah. Namun, pengerahan pasukan dan pembongkaran bangunan di sekitar Jalur Morag menunjukkan bahwa proses ini sudah berlangsung.

1. Israel targetkan pengosongan total wilayah Rafah

Pemandangan udara Rafah pada 2012. (Freedom's Falcon, Public domain, via Wikimedia Commons)
Pemandangan udara Rafah pada 2012. (Freedom's Falcon, Public domain, via Wikimedia Commons)

Israel disebut sedang mempertimbangkan dua opsi ekstrem untuk Rafah: menjadikannya zona terlarang bagi warga sipil atau menghancurkan seluruh bangunannya hingga kota itu terhapus dari peta. 

“Belum diputuskan apakah seluruh wilayah akan dijadikan zona penyangga yang tertutup bagi warga sipil, seperti yang telah dilakukan di bagian lain perbatasan, atau akan sepenuhnya dibersihkan dan semua bangunan dihancurkan, sehingga kota Rafah benar-benar terhapus,” tulis Haaretz, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (10/4/2025).

Kawasan tersebut termasuk wilayah bekas permukiman ilegal Gush Katif yang dibongkar pada 2005. Kini, lokasi itu menjadi pusat strategi militer Israel dalam memperkuat kontrol atas Gaza selatan.

2. Jalur Morag diperluas, wilayah kemanusiaan ikut tergusur

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)

Jalur Morag menjadi fokus utama operasi militer Israel di Gaza selatan. Awal April lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan telah menguasai jalur ini sepenuhnya. Padahal, sebagian wilayah tersebut sebelumnya ditetapkan sebagai zona kemanusiaan bagi warga sipil yang mengungsi.

“Ini mencakup bagian dari apa yang sebelumnya ditetapkan oleh militer Israel sebagai ‘zona kemanusiaan’, tempat para pengungsi internal Palestina diminta mencari perlindungan,” tulis Middle East Eye.

Pasukan darat dan udara Israel telah menggempur kawasan permukiman di Rafah, menewaskan hampir 1.500 orang sejak 18 Maret. Dalam prosesnya, pasukan Israel dilaporkan mengeksekusi tenaga medis dan memaksa puluhan ribu warga meninggalkan kota dengan berjalan kaki.

3. Zona pembunuhan terbentuk di sepanjang batas Gaza

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Mykhailo Volkov)
ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Mykhailo Volkov)

Sejak invasi ulang pada Oktober 2023, militer Israel menetapkan seluruh perbatasan Gaza sebagai zona penyangga militer. Laporan terbaru dari kelompok veteran Israel Breaking the Silence mengungkapkan bahwa zona tersebut telah berubah menjadi zona pembunuhan.

“Awalnya, IDF (tentara Israel) menetapkan suatu area yang dilarang untuk dilintasi. IDF menetapkan garis, dan siapa pun yang melintasinya dianggap sebagai ancaman,” ujar seorang komandan cadangan dalam laporan The Perimeter.

Zona ini membentang selebar 800-1.500 meter dan masuk hingga 1,5 kilometer ke dalam wilayah Gaza. Batas-batasnya tidak pernah diumumkan secara resmi dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung keputusan komandan di lapangan.

4. Tuntutan internasional menguat atas kekerasan berkelanjutan

Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) bersalaman saat menggelar konferensi pers bersama di East Room, Gedung Putih, Washington, D.C., pada 15 Februari 2017. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) bersalaman saat menggelar konferensi pers bersama di East Room, Gedung Putih, Washington, D.C., pada 15 Februari 2017. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)

Serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 50.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan terbaru juga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang sempat tercapai pada Januari.

Pemerintah Israel diduga sedang berupaya menjalankan rencana lama Presiden AS, Donald Trump, untuk memindahkan paksa warga Palestina dari Gaza. Langkah ini menambah tekanan internasional terhadap Israel, yang dinilai melanggar hukum kemanusiaan internasional secara sistematis.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional.

Rencana pengosongan Rafah dan pembentukan zona penyangga permanen menambah daftar panjang kebijakan represif Israel di Gaza. Dunia internasional kini menghadapi ujian moral dan hukum untuk mencegah hilangnya kota-kota Palestina secara sistematis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us

Latest in News

See More

Ini 21 Poin Proposal Perdamaian Gaza yang Diajukan Trump

01 Okt 2025, 05:09 WIBNews