Israel Klaim Bunuh 40 Anggota Hamas di Terowongan Rafah

- Israel berupaya bongkar terowongan di Rafah timur
- Operasi ini bertujuan melumpuhkan jaringan bawah tanah Hamas dan telah mengeliminasi lebih dari 40 anggota Hamas.
- Ratusan pejuang Hamas masih terjebak di dalam terowongan
Jakarta, IDN Times - Militer Israel, pada Senin (1/12/2025), mengklaim telah menewaskan lebih dari 40 anggota Hamas di Rafah, Jalur Gaza selatan. Serangan mematikan ini dilakukan sepanjang pekan lalu di dalam jaringan terowongan bawah tanah.
Operasi tersebut menargetkan wilayah yang saat ini masih berada di bawah kendali militer Israel. Peningkatan intensitas serangan ini dikhawatirkan dapat merusak kesepakatan gencatan senjata yang sedang berlangsung.
1. Israel berupaya bongkar terowongan di Rafah timur
Militer Israel menyatakan fokus operasi mereka selama 40 hari terakhir adalah Rafah timur. Israel bertujuan membongkar rute terowongan bawah tanah yang tersisa dan menargetkan pejuang Hamas yang bersembunyi di dalamnya.
Pasukan Israel mengklaim telah menghancurkan puluhan poros terowongan serta infrastruktur militer lainnya di area tersebut. Operasi ini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk melumpuhkan jaringan bawah tanah Hamas.
"Lebih dari 40 teroris berhasil dieliminasi di dalam terowongan selama operasi pekan lalu, selain itu puluhan poros terowongan dan situs infrastruktur teroris, baik di atas maupun di bawah tanah, telah dibongkar," sebut pernyataan militer Israel, dilansir The New Arab.
Selain itu, pasukan Israel juga menembak mati empat anggota Hamas yang mencoba muncul ke permukaan. Insiden ini terjadi di kota paling selatan Gaza tersebut pada malam hari sebelumnya.
2. Ratusan pejuang Hamas terjebak di terowongan
Laporan media Israel memperkirakan sekitar 200 pejuang Hamas masih terjebak di dalam jaringan terowongan Rafah. Wilayah ini dikenal sebagai "Zona Kuning" atau area yang diduduki oleh pasukan Israel di dalam garis perbatasan Gaza.
Negara mediator seperti Mesir, Qatar, dan Turki sedang berupaya menegosiasikan jalur aman bagi para pejuang tersebut. Namun, Israel sejauh ini menolak permintaan untuk membiarkan mereka berpindah ke wilayah yang dikuasai Palestina. Di sisi lain, Hamas menolak untuk menyerah kepada pasukan Israel.
"Pejuang kami di Rafah tidak bisa menerima opsi penyerahan diri atau senjata mereka kepada pihak pendudukan," tegas pejabat senior Hamas, Husam Badran, dilansir The Straits Times.
Hamas sendiri memiliki estimasi jumlah anggota yang berbeda dengan klaim Israel. Kelompok tersebut memperkirakan anggotanya yang terjebak di wilayah itu berkisar antara 60 hingga 80 orang.
3. Israel langgar gencatan senjata 500 kali
Insiden ini dinilai semakin merongrong kesepakatan gencatan senjata yang rapuh di Gaza. Perjanjian yang dimediasi AS tersebut sebenarnya telah berlaku secara resmi sejak 10 Oktober lalu.
Namun, pemerintah Gaza menuduh Israel telah melanggar ketentuan gencatan senjata lebih dari 500 kali. Sejak perjanjian dimulai, setidaknya 356 warga Palestina dilaporkan tewas akibat tembakan pasukan Israel.
Husam Badran menuding Israel sengaja menghambat kemajuan menuju fase kedua perjanjian damai. Fase kedua seharusnya mencakup dimulainya rekonstruksi Gaza dan pembentukan pemerintahan administrasi baru.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 70 ribu orang tewas sejak Oktober 2023. Mayoritas dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.















