Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Tetap Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza untuk Tekan Hamas  

pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Israel tetap memblokir semua bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Kebijakan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebagai strategi untuk menekan Hamas. Israel telah menghentikan pasokan makanan, bahan bakar, air, dan obat-obatan ke Gaza sejak 2 Maret 2025.

Militer Israel juga mengklaim telah mengubah 30 persen wilayah Gaza menjadi zona penyangga. Konflik berkepanjangan ini sudah menewaskan lebih dari 51 ribu warga Palestina, termasuk 1.600 korban sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret lalu. Lembaga kemanusiaan internasional memperingatkan situasi di Gaza semakin memburuk.

1. Israel tekan Hamas untuk bebaskan sandera

Israel memandang penghentian bantuan kemanusiaan sebagai instrumen untuk menekan Hamas. Saat ini, 58 sandera Israel masih ditahan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023, dengan 24 orang diyakini masih hidup.

"Israel memiliki kebijakan yang jelas, tidak ada bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza. Pemblokiran bantuan adalah salah satu tekanan utama untuk mencegah Hamas menggunakannya sebagai alat manipulasi penduduk," ujar Israel Katz, dilansir The Guardian. 

Tokoh sayap kanan Israel mendukung penuh kebijakan ini. Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional, bahkan menyatakan tidak ada akan ada satu gram makanan pun masuk ke Gaza selama sandera masih ditahan Hamas.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berulang kali menyebut tekanan militer sebagai satu-satunya cara efektif membebaskan para sandera. Sementara, Hamas tetap kekeuh menuntut penarikan pasukan Israel dari Gaza sebagai syarat pembebasan sandera. 

2. Krisis kemanusiaan semakin memburuk akibat blokade bantuan

Dokter Tanpa Batas (MSF) menggambarkan Gaza kini telah berubah menjadi kuburan massal bagi warga Palestina dan pekerja kemanusiaan. Situasi semakin memburuk karena tidak ada bantuan yang masuk selama satu setengah bulan terakhir, sementara persediaan medis, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya semakin menipis.

"Gaza kini telah menjadi kuburan massal bagi warga Palestina dan para penolong yang datang. Tidak ada tempat aman bagi warga Palestina maupun petugas kemanusiaan. Upaya bantuan kemanusiaan sangat sulit dilakukan karena situasi yang tidak aman dan pasokan penting yang terus menipis," kata Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza, dilansir Al Arabiya. 

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan bahwa Gaza menghadapi krisis kemanusiaan terburuk sejak perang dimulai. Amnesty International bahkan menyebut blokade Israel sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hukum internasional, dilansir Middle East Eye.

Sementara kondisi di Gaza kian memburuk, Israel masih melanjutkan serangan udaranya. Setidaknya 11 orang tewas dalam serangan hari Rabu (16/4/2025), 10 di antaranya di Kota Gaza. 

3. Israel berencana mendirikan sistem distribusi bantuan

ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Stanislav Vdovin)

Israel berencana mendirikan sistem distribusi bantuan sendiri di Gaza untuk mencegah bantuan jatuh ke tangan Hamas. Namun, tidak ada kejelasan kapan rencana ini akan direalisasikan.

Upaya mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat untuk memulihkan gencatan senjata terus mengalami hambatan. Sementara, Mahkamah Internasional (ICJ) akan membuka sidang tentang kewajiban kemanusiaan Israel pada 28 April mendatang.

Sidang ICJ ini akan membahas kewajiban Israel dalam menyediakan bantuan penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil Palestina. Meskipun keputusan ICJ mengikat secara hukum, pengadilan tidak memiliki cara konkret untuk menegakkannya. Israel sendiri membantah tuduhan pelanggaran hukum kemanusiaan terkait blokade bantuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us