Jurnalis Rusia Lelang Nobel untuk Bantu Pengungsi Ukraina

Jakarta, IDN Times - Seorang jurnalis asal Rusia, Dmitry Muratov pada Selasa (22/3/2022), melelang Penghargaan Nobel yang diraihnya tahun lalu. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas kepada warga Ukraina yang terdampak perang akibat serbuan tentara Rusia ke negaranya, tulis The Moscow Times.
Pada minggu lalu, seorang pembawa acara televisi milik negara Rusia, Channel One bernama Marina Ovsyannikova melakukan protes terhadap agresi yang dilakukan negaranya sendiri. Bahkan, ia mengaku malu lantaran mengabarkan berita bohong kepada rakyat Rusia selama ini.
1. Muratov serukan agar Rusia menyetop agresi ke Ukraina
Dmitry Muratov yang merupakan seorang kepala editor di kantor berita Novaya Gazeta sebelumnya sudah menginginkan agar Rusia menghentikan serangan ke Ukraina. Sebagai gantinya, ia juga menyerukan agar Ukraina bersedia mengembalikan seluruh tawanan Rusia.
Di samping itu, ia juga mendonasikan penghargaan nobel yang diraihnya untuk membantu pengungsi Ukraina yang jumlahnya terus meningkat. Pernyataan itu diungkapkan langsung dalam artikel yang dimuat dalam Novaya Gazeta.
"Novaya Gazeta dan saya memutuskan untuk mendonasikan Medali Nobel Penghargaan 2021 untuk pendanaan pengungsi Ukraina. Apa yang harus dilakukan sesegera mungkin: hentikan tembakan, pulangkan tawanan, kembalikan semua mayat tentara, adakan koridor kemanusiaan dan bantuan, bantu pengungsi" tutur Muratov, dilansir Vice News.
2. Muratov berjanji tidak akan menerima sepeser pun dana hasil lelang
Dilaporkan NPR, Muratov sudah berjanji bahwa dia tidak akan menerima dana sepeser pun dari uang dari hasil lelang penghargaan yang diraihnya. Ia juga sudah mengadakan pertemuan dalam jajaran petinggi Novaya Gazeta dan akan berdialog dengan PBB terkait masalah pendistribusian bantuan.
Pendanaan akan disumbangkan ke beberapa yayasan, termasuk yayasan kesehatan yang telah membantu jurnalis dan anak-anak yang terkena penyakit langka. Salah satu yayasan itu adalah Anna Politkovskaya Prize Foundation yang didirikan di saat pembunuhan jurnalis pada tahun 2006.
Pada Desember lalu, Muratov juga sudah mendonasikan sekitar 30 juta ruble atau setara Rp4,1 miliar, dana yang ia peroleh dari Penghargaan Nobel untuk amal dan beberapa di antaranya disumbangkan ke panti asuhan.
Penghargaan Nobel yang didapat Muratov dan Novaya Gazeta lantaran usahanya selama ini untuk melindungi kebebasan berekspresi di Rusia yang menjadi kunci utama demokrasi dan perdamaian. Ia mendapat Penghargaan Nobel bersama seorang jurnalis Filipina, Maria Ressa.
3. Novaya Gazeta tengah mendapat tekanan dari pemerintah Rusia
Dmitry Muratov dikenal sebagai salah satu pendiri Novaya Gazeta setelah pecahnya Uni Soviet di awal 1990-an. Media yang ia dirikan diketahui menjadi salah satu media independen yang kerap mengkritisi pemerintah Rusia soal kasus korupsi, kecurangan dalam pemilu, dan pelanggaran HAM.
Menjadi independen dan kerap memberikan kritik membuat media ini mendapat tekanan hebat dari pemerintah setempat. Pasalnya, sejak awal 2000-an usai berakhirnya invasi Chechnya dan Kaukasus, total sudah ada enam jurnalis Novaya Gazeta yang dibunuh.
Pemerintah Rusia sudah memutuskan untuk memperketat gerak-gerik media independen di negaranya setelah berlangsungnya invasi Ukraina. Hal itu menyusul disetujuinya kriminalisasi pelaku penyebar berita bohong menurut otoritas setempat, dilaporkan CNN.
Terkait hal itu, Novaya Gazeta mengumumkan bila pihaknya akan menghapus konten terkait perang di Ukraina dari laman dan sosial medianya. Namun, pihak media akan tetap berusaha melaporkan meski akan mendapatkan konsekuensi atas tindakannya.