Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

NATO: 15 Ribu Tentara Rusia Tewas selama Sebulan Invasi ke Ukraina

Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO (Twitter.com/Oana Lungescu)

Jakarta, IDN Times - Pada Rabu, 23 Maret 2022, genap satu bulan Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Dalam perkirakan NATO, Rusia telah kehilangan antara 7 ribu hingga 15 ribu tentara yang tewas. Selain itu, sekitar 35 ribu di antaranya hilang atau terluka.

Sejauh ini, tidak ada angka pasti yang menunjukkan secara resmi korban di pihak Rusia. NATO tidak memiliki pasukan di lapangan sehingga tidak bisa memberikan jumlah yang pasti. NATO mendapatkan informasi itu menurut pihak berwenang Ukraina, rilis media Rusia, dan sumber intelijen.

Mengenai kemungkinan akan terjadi konflik nuklir, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers menjelaskan pandangannya. Dia memberi penegasan organisasi pertahanan Atlantik Utara akan tetap membela negara anggota dari ancaman apa pun dan kapan pun.

1. Sekitar 40 ribu tentara Rusia tewas, hilang atau terluka

ilustrasi perang (Pixabay.com/jarmoluk)

Satu bulan perang Ukraina telah membuat negara itu berubah secara drastis. Di beberapa kota Ukraina, kengerian perang terlihat jelas dari video yang beredar di media sosial. Rumah dan gedung hancur, jembatan rubuh, instalasi publik rusak dan ribuan warga sipil tewas.

Tapi pihak Rusia juga mengalami banyak kerugian. Pejabat NATO yang berbicara dengan syarat anonim, dikutip dari CNBC, mengatakan sekitar 40 ribu tentara Rusia tewas, hilang atau terluka. Dari jumlah itu, antara 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia kehilangan nyawa.

Awal bulan Maret, Letnan Jenderal Scott Berrier, direktur Badan Intelijen Pertahanan AS dalam presentasi kepada parlemen menilai bahwa hingga 4.000 tentara Rusia tewas dalam perang dua minggu di Ukraina.

Pejabat Pentagon secara terbuka menyatakan tidak dapat menghitung secara pasti karena mereka tidak memiliki pasukan di lapangan. Tapi banyak indikasi yang menunjukkan moral tentara Rusia anjlok dan mengalami radang dingin.

2. Tentara Rusia mengatur posisi bertahan di sekitar ibu kota Kiev

Jika perkiraan angka yang disampaikan pejabat Pentagon mendekati ketepatan, itu merupakan kerugian yang sangat besar bagi Rusia. Sebagai perbandingan, perang Uni Soviet di Afghanistan selama 10 tahun pada 1980-an membuat negara komunis itu kehilangan 15 ribu tentara. Sedangkan perang Rusia di Ukraina baru berlangsung satu bulan.

Menurut Reuters, media Rusia yang didanai pemerintah baru-baru ini menurunkan laporan berita yang menyebutkan bahwa tentara Moskow yang tewas di Ukraina sekitar 10.000 orang. Berita itu segera dihapus dan diklarifikasi bahwa itu perbuatan peretas.

Ada sekitar 150 ribu pasukan Rusia yang sejak awal tahun telah mengepung tiga sisi perbatasan Ukraina. Sampai saat ini belum ada kota besar Ukraina yang berhasil diduduki oleh tentara Moskow.

Pejabat Rusia sendiri menolak mengungkapkan jumlah korban di pihak mereka. Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin mengatakan publikasi jumlah korban pasukannya adalah hak prerogatif Kementrian Pertahanan.

Sementara kemajuan tentara Moskow semakin terhambat karena perlawanan sengit pasukan Kiev, pejebat senior pertahanan AS menjelaskan pasukan Rusia mulai menggali dan mengatur posisi bertahan sekitar 15-20 kilometer di luar ibu kota Ukraina, katanya dikutip Associated Press

Tentara Rusia saat ini disebut fokus bertempur di Donbass sebagai upaya memotong pasukan Ukraina bergerak ke barat untuk mempertahankan kota-kota lain. Kapal Rusia juga telah beraktivitas di Laut Azov sebagai langkah mengirim pasokan pertempuran termasuk kendaraan perang.

3. Sekjen NATO tegaskan Rusia tidak akan menang jika perang nuklir terjadi

Jens Stoltenberg, Sekjen NATO (Twitter.com/Jens Stoltenberg)

Kepala perusahaan kedirgantaraan Rusia, Dmitry Rogozin, dalam siaran televisi berbicara  tentang kekuatan nuklir Rusia. Katanya "Federasi Rusia mampu secara fisik menghancurkan agresor dan kelompok agresor lain dalam hitungan menit dari jarak berapa pun."

Dia juga menjelaskan bahwa cadangan nuklir Moskow telah dirancang untuk digunakan di medan perang, termasuk senjata nuklir taktis dan rudal balistik antarbenua berkemampuan nuklir yang jauh lebih kuat.

Retorika nuklir itu telah muncul sejak akhir bulan Februari, diungkapkan oleh Presiden Vladimir Putin. Putin telah memerintahkan divisi nuklirnya dalam mode tempur.

Dilansir Reuters, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers mengatakan "Rusia harus menghentikan retorika nuklir berbahaya yang tidak bertanggungjawab ini."

Dia juga memberi penegasan, "Rusia harus memahami bahwa mereka tidak akan pernah bisa memenangkan perang nuklir." NATO telah mengatakan tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk menghindari perang penuh antara organisasi Atlantik Utara dengan Rusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us