Palang Merah Bakal Tambah Bantuan Kemanusiaan untuk Suriah

- ICRC akan tingkatkan bantuan kemanusiaan di Suriah lebih dari 100 juta dolar AS.
- Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan ungkapkan kebutuhan bantuan Suriah sebesar 4,07 miliar dolar dan baru terdanai 33,1 persen.
- Amerika Serikat setuju pelonggaran pembatasan bagi Suriah, Yordania dan Ukraina juga mengirim bantuan kemanusiaan ke Suriah.
Jakarta, IDN Times – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bakal meningkatkan bantuan kemanusiaan di Suriah hingga melebihi jumlah awal yakni 100 juta dolar AS (Rp1,6 triliun). Presiden ICRC Mirjana Spoljaric mengatakan, langkah ini diambil untuk pemenuhan kebutuhan dasar yang mendesak, seperti kesehatan, air, dan listrik.
"Program kami semula untuk Suriah tahun ini adalah 100 juta dolar, tetapi kami mungkin akan memperluasnya secara signifikan," kata Spoljaric pada Minggu (6/1/2025), dilansir Reuters.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengungkap bahwa Suriah membutuhkan bantuan sebesar 4,07 miliar dolar tahun ini. Namun hanya 33,1 persen yang telah didanai, sehingga masih kekurangan 2,73 miliar dolar.
Peningkatan bantuan ICRC diharapkan terjadi setelah akses baru ke seluruh wilayah negara tersebut pasca tergulingnya presiden Bashar al-Assad bulan lalu. Spoljaric mengatakan, negara-negara donor individu telah mengajukan peningkatan pendanaan untuk Suriah.
1. ICRC telah selesaikan beberapa proyek kemanusiaan
ICRC adalah salah satu dari sedikit organisasi internasional yang masih beroperasi di Suriah di bawah pemerintahan Assad. Organisasi ini mengerjakan proyek infrastruktur, termasuk sistem air dan listrik.
Organisasi ini terlibat dalam pekerjaan rehabilitasi untuk mempertahankan penyediaan air sebesar 40 persen hingga 50 persen dari sebelum perang. Perlindungan fasilitas air tetap penting karena beberapa di antaranya dekat dengan tempat-tempat yang masih terjadi pertempuran.
"Ada fasilitas di sebelah Danau Efrat yang khusus memenuhi persyaratan perlindungan saat ini," katanya.
Penilaian awal untuk memulai rehabilitasi segera untuk sistem kelistrikan Suriah sebagian sudah selesai. Sebagai tindak lanjut, masalah keuangan dan penyesuaian sanksi kini diperlukan.
"Suku cadang tertentu perlu diizinkan masuk karena hal itu juga menghambat pekerjaan rehabilitasi saat ini. Jadi ada dimensi politik di dalamnya," katanya.
2. AS mulai longgarkan sanksi untuk Suriah
Dilansir Middle East Monitor, Amerika Serikat (AS) pada Minggu telah menyetujui pelonggaran pembatasan bagi Suriah. Langkah ini menjadi tonggak awal untuk memudahkan Departemen Keuangan dan perusahaan untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan Suriah.
Meski begitu, sanksi belum sepenuhnya dicabut. Namun keputusan Presiden Joe Biden di akhir masa jabatannya itu menjadi pembuka jalan untuk memperbaiki kehidupan negara tersebut.
Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) telah lama meninggalkan hubungan dengan Al-Qaeda dan memeranginya, tetapi masih ditetapkan sebagai entitas teroris oleh AS. Washington ingin melihat HTS bekerja sama dalam prioritas seperti kontraterorisme dan membentuk pemerintahan yang mencakup semua warga Suriah.
3. Berbagai negara mulai salurkan bantuan kemanusiaan
Dukungan pembangunan kembali Suriah juga muncul darii berbagai negara. Pada Minggu, Yordania dikabarkan mengirim bantuan senilai 300 ton bantuan ke Suriah. Bantuan ini mencakup pasokan makanan, peralatan medis, selimut, dan bahan pemanas.
”Organisasi Amal Hashemite Yordania mengatakan bahwa konvoi bantuan tersebut dikirim atas arahan Raja Abdullah II sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mendukung rakyat Suriah,” lapor Anadolu Agency, Minggu (5/1/2025).
Ukraina pada Kamis juga mulai mengirim 500 ton pasokan gandum ke Suriah. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa langkah ini merupakan wujud dukungan Kiev untuk membantu menstabilkan situasi di negara itu pasca perang.
"Kami akan berkomunikasi dengan Eropa dan AS untuk memastikan dukungan sekuat mungkin. Stabilitas yang lebih baik di Timur Tengah berarti lebih banyak perdamaian dan perdagangan bagi semua mitra," katanya dilansir Euronews.
Presiden Ukraina mengatakan bahwa tujuan dari program "Gandum dari Ukraina" adalah untuk menawarkan dukungan dan bekerja sama dengan pemerintah Suriah baru yang dipimpin HTS di Damaskus. Program ini dibentuk pada tahun 2022 setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada awal tahun itu.