Pangkalan Militer Bolivia Dikuasai Kelompok Bersenjata

Jakarta, IDN Times - Militer Bolivia, pada Jumat (1/11/2024), mengatakan tiga pangkalan militer di Cochabamba diduduki oleh kelompok bersenjata. Kelompok tersebut bahkan menyandera sejumlah personel militer dan menyita seluruh senjata beserta amunisinya.
Situasi di Bolivia memanas imbas ketegangan antara Presiden Bolivia Luis Arce dan mantan Presiden Evo Morales. Ketegangan kian menjadi setelah Morales menduga pemerintahan Arce merencanakan pembunuhan kepadanya pekan lalu.
1. Arce sebut serangan ini sebagai pengkhianatan terhadap negara
Presiden Luis Arce menuding kelompok bersenjata tersebut terafiliasi dengan Evo Morales. Ia mengklaim serangan itu adalah bentuk pengkhianatan terhadap negara dan sukunya sendiri.
"Kami mengumumkan kepada rakyat Bolivia dan komunitas internasional bahwa kelompok bersenjata yang terafiliasi dengan Morales sudah menyerang tiga barak militer di Cochabamba. Mereka menyandera personel militer dan keluarganya," terang Arce, dilansir EFE.
Ia menyayangkan insiden ini dan menyebut bahwa resimen tersebut hanya melindungi pangkalannya. Arce menyebut personel di sana tidak ditugaskan untuk melancarkan operasi apapun yang berkaitan dengan pembubaran blokade.
Arce menambahkan bahwa mayoritas tentara dan polisi Bolivia yang ditawan berasal dari suku pribumi.
2. Polisi dan tentara gelar operasi pembersihan blokade di Cochabamba
Pada hari yang sama, polisi dan tentara sudah menggelar operasi untuk menyingkirkan blokade jalan di Parotani, Cochabamba. Petugas menggunakan buldozer untuk menyingkirkan batu dan ranting yang digunakan menutup jalan raya.
Namun, proses pembubaran ini tidak berlangsung lancar karena sejumlah pendukung Morales berusaha menghentikan operasi petugas. Mereka melemparkan batu dan sejumlah alat peledak rakitan untuk menghentikan pembersihan material untuk memblokade jalan.
Sementara itu, warga lokal mengibarkan bendera putih di depan rumah mereka dan truk tanki untuk menghindari serangan dari warga maupun polisi di tengah bentrokan antara kedua pihak.
Pada Jumat pagi, Morales sudah mengirimkan surat terbuka kepada Arce, untuk tidak memecah belah Bolivia. Ia menyebut Arce sudah bertanggung jawab atas perusakan imbas upaya penyingkiran blokade.
3. Blokade sebabkan kerugian hingga Rp26,9 triliun
Pada Rabu (30/10/2024), Arce menyerukan akhir dari blokade jalan di Cochabamba yang diinisiasi oleh pendukung Morales selama 17 hari terakhir. Ia mengklaim aksi tersebut telah merugikan negara hingga 1,7 miliar dolar AS (Rp26,9 triliun).
"Saya meminta segera dibubarkannya pemblokiran jalan dan mengembalikan normalitas di negara kami. Pemerintah akan mengimplementasikan kebijakan yang memang diperlukan jika demonstran tidak mengikuti permintaan damai dari kami," terangnya, dikutip Reuters.
Ia menambahkan, sebanyak 70 orang, termasuk 61 polisi terluka dalam bentrokan dengan demonstran dalam sepekan terakhir.
Pernyataan Arce disampaikan untuk mengurangi tensi dan mengakhiri blokade di area tengah Bolivia dalam sepekan terakhir. Ia pun menyebut pengiriman bahan pangan dan bahan bakar terganggu imbas blokade di Cochabamba.