PM Inggris Boris Johnson Lolos dari Pemakzulan, Menang Tipis!

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, pada Senin (6/6/2022), lolos dari mosi tidak percaya yang mengancamnya didepak dari kursi kekuasaan.
Mayoritas parlemen Inggris, 211 suara, mendukung Johnson tetap menjabat dan 148 suara ingin agar PM Inggris tersebut lengser.
Johnson yang diusung oleh Partai Konservatif telah mendapatkan pemberontakan dari pendukungnya. Pejabat dari partai tersebut, Graham Brady, telah menerima puluhan surat yang cukup untuk menyerukan mosi tidak percaya guna mengusir Johnson dari Downing Street.
1. Menang tapi dalam posisi yang berbahaya

Kepemimpinan Boris Johnson tercabik-cabik imbas skandal partygate. Skandal tersebut adalah pelanggaran hukum pada 2020 dan 2021, dengan mengadakan pesta di tengah pembatasan pandemik COVID-19.
Skandal telah mengecewakan banyak kalangan, bahkan termasuk dari pendukung Partai Konservatif yang setia kepada Johnson.
"Begitu Anda menghadapi mosi percaya, entah bagaimana Anda ditakdirkan. Setelah itu, burung nasar mulai berkumpul. Saya pikir dia benar-benar dalam masalah," kata Ed Costelloe, ketua kelompok Akar Rumput Konservatif yang mendukung Johnson pada 2019 dilansir Reuters.
Sebelum pengajuan mosi tidak percaya, Johnson telah diserukan untuk mengundurkan diri karena partygate. Seruan itu tidak hanya muncul dari kalangan Konservatif, tapi juga dari Partai Buruh yang oposisi.
2. Johnson yakin dengan kemenangannya
Kekuasaan Johnson berada di ujung tanduk ketika mosi tidak percaya diluncurkan. Tapi setelah kemenangan tersebut, PM Inggris itu mengatakan kemenangannya meyakinkan dan menentukan. Dia menyebutnya sebagai kabar baik.
"Saya pikir ini adalah hasil yang meyakinkan, hasil yang menentukan dan apa artinya bahwa sebagai pemerintah kita dapat bergerak dan fokus pada hal-hal yang menurut saya benar-benar penting bagi rakyat," kata Johnson dikutip dari Al Jazeera.
Lolos dari mosi tidak percaya itu telah membuat Johnson untuk kembali menegaskan bahwa dia akan bekerja untuk rakyat negara Inggris.
"Apa yang saya minati adalah memberikan sekarang untuk rakyat negara ini," katanya kepada wartawan.
3. Sebanyak 40 persen anggota parlemen Inggris menentang Johnson

Ada 359 suara diberikan. Tidak ada surat suara yang rusak dalam mosi tidak percaya. Dengan 211 mendukung Johnson dan 148 menentang, maka posisi saat ini adalah 40 persen anggota palemen Inggris menentang kepemimpinan Boris Johnson, kutip The Guardian.
Kemenangan tipis Johnson itu membuat Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh, melontarkan kritik yang pedas terhadap Konservatif.
"Partai Konservatif sekarang percaya bahwa melanggar hukum bukanlah halangan untuk membuat hukum. Partai Konservatif sekarang percaya bahwa publik Inggris tidak berhak mengharapkan politisi yang jujur," kata Starmer.
Pemimpin Konservatif lainnya yang terkenal, mantan PM Theresa May, juga pernah berhadapan dengan mosi tidak percaya pada 2018.
Dia memenangkan dengan angka yang lebih banyak dari Johnson, dengan dukungan 200 suara parlemen, yang berarti 63 persen mendukung pemerintahannya. Enam bulan usai mosi tidak percaya, Theresa May kemudian mengundurkan diri.