Prancis: Penggulingan Paksa Rezim Iran Bisa Rusak Stabilitas Timur Tengah

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Selasa (17/6/2025), memperingatkan bahwa perubahan rezim secara paksa di Iran akan berbuntut pada rusaknya stabilitas di Timur Tengah.
“Kesalahan terbesar hari ini adalah berupaya mengubah rezim di Iran dengan cara militer. Ini akan berbuntut pada kekacauan. Kami tidak akan mendukung perusakan stabilitas kawasan,” tuturnya, dilansir Politico.
Sebelum serangan Israel ke Iran, Prancis sempat mengecam Iran yang berniat membangun fasilitas nuklir baru dan meningkatkan produksi uraniumnya.
1. Peringatkan kesalahan AS dan NATO di Irak dan Libya
Macron memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti di Irak dan Libya.
“Secara kolektif apalah kita tidak melihat konsekuensi yang sudah ada di kawasan dan di mana pun itu? Apakah seseorang tidak berpikir apa yang sudah dilakukan di Irak pada 2003 adalah ide bagus? Apakah ada yang berpikir bahwa tindakan di Libya adalah ide bagus? Tidak,” ungkapnya.
Ia menyebut bahwa tidak ada satu pun negara di kawasan Timur Tengah yang menginginkan kekacauan dan instabilitas imbas perubahan rezim secara paksa.
Pernyataan ini disampaikan menyusul kekhawatiran ikut campurnya AS bergabung dengan Israel untuk melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran dan membunuh pemimpinnya.
2. Prancis dorong negosiasi untuk selesaikan konflik Israel-Iran
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot mengatakan bahwa Prancis akan mendorong negosiasi dalam penyelesaian konflik Iran-Israel. Ia menyebut, Prancis akan bekerja sama dengan Jerman dan Inggris.
“Maka dari itu, kami mendorong semua pihak untuk menahan diri dan mengakhiri serangan. Kami mendesak Iran maupun Israel untuk kembali bernegosiasi soal nuklir Iran,” terangnya, dilansir DPA International.
Ia mengingatkan bahwa Prancis, Jerman, dan Inggris sudah menemukan solusi negosiasi 10 tahun lalu dengan Iran. Ia mengklaim, negosiasi itu sukses membuat Iran mau membatasi program nuklirnya.
Barrot mengungkapkan bahwa Prancis, Jerman, dan Inggris akan mengirimkan pesan kepada Iran dan mendorongnya bernegosiasi damai tanpa syarat.
3. Prancis tidak mengirimkan senjata untuk membantu Israel
Barrot mengatakan bahwa Prancis tidak mengirimkan bantuan kepada Israel untuk mencegah serangan misil balasan Iran. Ia menilai bahwa serangan ini dilakukan oleh Israel terlebih dahulu.
“Untuk saat ini dengan melihat adanya serangan balasan Iran ke Israel. Militer Prancis tidak berniat mengirimkan persenjataan untuk membantu Israel,” ujar Barrot, dikutip Anadolu Agency.
Pernyataan ini berbeda dari ucapan Macron bahwa Prancis akan terlibat dalam operasi melindungi dan mempertahankan Israel jika Iran membalas serangan. Ia mengklaim, Prancis sudah menyiapkannya.