Jakarta, IDN Times - Presiden Korsel Yoon Suk Yeol akan mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg dan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin.
Hal itu disampaikan Seorang pejabat kepresidenan Korea Selatan (Korsel) pada Kamis (26/1/2023), dilansir kantor berita Yonhap. Pertemuan tersebut direncanakan akan berlangsung pekan depan di kantor kepresidenan di Yongsan, Seoul.
Yoon akan menegaskan kembali komitmennya untuk memperkuat solidaritas dengan masyarakat internasional guna membantu mengatasi krisis kompleks yang dihadapi dunia saat ini. Selain itu, Korsel juga mengharapkan dialog yang mendesak guna memulihkan rantai pasokan global dan peningkatan aliansi, dikutip dari KBS World.
Masalah keamanan regional dan internasional, seperti potensi uji coba rudal dan nuklir Korea Utara (Korut) dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina, diperkirakan akan menjadi beberapa agenda yang didiskusikan pada pertemuan tersebut.
Kunjungan Sekjen NATO ke Korea selatan merupakan salah satu dari dua kunjungannya ke kawasan Asia Timur. Stoltenberg direncanakan akan berada di Seoul pada 29-30 Januari 2023. Lalu, dia akan bertolak ke Jepang dan akan berada di Tokyo pada 30 Januari-1 Februari.
Nantinya selain bertemu dengan Presiden Korsel, Stoltenberg dijadwalkan akan bertemu dengan beberapa pejabat Korsel lainnya, yakni Menteri Luar Negeri Park Jin dan Menteri Pertahanan Lee Jong-sup.
Sekjen NATO tersebut juga akan memberikan sambutan di CHEY Institute (sebuah lembaga think thank Korsel) dan berpartisipasi dalam upacara peletakan bunga di Pemakaman Nasional.
Diskusi yang akan berlangsung tersebut merupakan pertemuan back-to-back antara NATO dan Korsel. Sebelumnya, Yoon menghadiri KTT NATO di Madrid, Spanyol pada Juni tahun lalu. Kunjungannya tersebut menjadikan Yoon sebagai Presiden Korea Selatan pertama yang ambil bagian dalam KTT tersebut.
Meski Seoul bukan anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, namun Korsel diundang sebagai mitra Asia-Pasifik bersama dengan Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Saat itu, Yoon menggunakan pidatonya kepada anggota NATO dan negara mitra untuk menekankan pentingnya denuklirisasi di Semenanjung Korea dan menegaskan kembali komitmen Negeri Ginseng untuk memainkan peran lebih besar dalam urusan internasional.