Profesor India Ditangkap karena Unggahan Operasi Sindoor

Jakarta, IDN Times - Ali Khan Mahmudabad, profesor ilmu politik Universitas Ashoka, ditangkap di New Delhi pada Minggu (18/5/2025). Penangkapan terjadi akibat unggahan media sosialnya terkait operasi militer India terhadap Pakistan yang bernama Operasi Sindoor.
Kasus ini bermula dari pengaduan pemimpin sayap pemuda partai berkuasa Bharatiya Janata Party (BJP). Mahmudabad dituduh merusak harmoni komunal, menghasut pemberontakan, dan menghina keyakinan agama.
Operasi Sindoor merupakan serangan balasan India terhadap sembilan kamp terduga teroris di Pakistan dan Kashmir. Operasi ini dilancarkan sebagai pembalasan atas serangan 22 April di Pahalgam yang menewaskan 26 warga sipil India.
1. Isi unggahan yang memicu kontroversi
Unggahan Mahmudabad menanggapi konferensi pers Kolonel Sofia Qureishi dan Perwira Angkatan Udara India Vyomika Singh tentang Operasi Sindoor. Profesor itu memuji tampilnya perwira Muslim sambil mengkritik perlakuan terhadap Muslim India.
"Saya senang melihat banyak pendukung sayap kanan memuji Kolonel Sofia Qureishi. Tetapi mereka juga seharusnya bersuara menuntut perlindungan bagi korban kekerasan massa, penggusuran sewenang-wenang, dan korban lain kebijakan BJP. Mereka semua adalah warga negara India," tulis Mahmudabad, dikutip dari Al Jazeera.
Komisi Wanita Negara Bagian Haryana menuduh Mahmudabad merendahkan martabat perwira wanita dan memicu permusuhan antar kelompok. Mereka mengklaim unggahannya berisiko memicu kerusuhan. Mahmudabad dipanggil pada 15 Mei namun tidak hadir.
"Saya terkejut Komisi Wanita telah salah membaca unggahan saya hingga membalikkan maknanya. Tidak ada hal yang bisa dianggap sebagai ungkapan misoginis dalam komentar saya," bantah Mahmudabad di media sosial.
2. Dukungan dari komunitas akademik dan politisi
Penangkapan Mahmudabad memantik protes dari komunitas akademik India. Sekitar 1.200 akademisi dan pegawai negeri menandatangani surat terbuka mendukungnya dan menuntut permintaan maaf dari Komisi Wanita Haryana.
"Kami mengecam perlakuan buruk terhadap Profesor Mahmudabad. Dia ditangkap pagi-pagi, tidak diberi obat yang dibutuhkan, dan tidak diberi informasi kemana dia dibawa. Kami menuntut pembebasan segera dan pencabutan semua tuduhan," tulis Asosiasi Fakultas Universitas Ashoka, dilansir India Today.
Berbeda dengan sikap keras asosiasi, pihak Universitas Ashoka lebih berhati-hati. Mereka hanya menyatakan sedang memeriksa fakta dan siap bekerja sama dengan polisi. Pihak universitas juga menegaskan bahwa pendapat Mahmudabad bersifat pribadi.
Asaduddin Owaisi, politisi Muslim terkemuka, juga mengecam penangkapan tersebut. Menurutnya, unggahan Mahmudabad tidak bersifat antinegara atau merendahkan wanita, dan penangkapan dilakukan hanya berdasarkan pengaduan anggota BJP, dilansir Middle East Eye.
3. Isu diskriminasi komunitas Muslim di India
Mahmudabad adalah akademisi dengan latar belakang pendidikan dari Universitas Cambridge yang mengajar di Ashoka sejak 2016. Ia fokus pada studi tentang identitas Muslim dan politik di Asia Selatan.
Kasus ini menjadi menambah daftar ketegangan antara Universitas Ashoka dan pemerintahan PM Narendra Modi. Sebelumnya pada 2021, universitas ini mengalami pengunduran diri massal akademisi setelah seorang profesor dianggap merugikan secara politik, dilansir The Independent.
Kasus ini menyoroti perlakuan terhadap minoritas Muslim di India. Dalam unggahannya, Mahmudabad mengkritik praktik penghancuran rumah komunitas Muslim tanpa proses hukum yang adil, yang sering disebut "keadilan buldoser". Praktik ini telah dikecam oleh berbagai organisasi hak asasi manusia internasional.
"Mahmudabad dipenjara bukan karena apa yang dia tulis tetapi karena dia Muslim," kata Aakar Patel, ketua Amnesty International India.