Rakhine Hancur Imbas Serangan Udara Junta Militer Myanmar

Jakarta, IDN Times - Serangan udara yang dilancarkan junta militer Myanmar di Desa Kyauk Ni Maw, Pulau Ramree, Negara Bagian Rakhine, pada Rabu (8/1/2025) menewaskan sedikitnya 40 orang. Peristiwa ini juga mengakibatkan lebih dari 20 korban luka-luka serta menghancurkan sekitar 500 rumah.
Serangan berlangsung sekitar pukul 13.30 waktu setempat. Selain menimbulkan korban jiwa, bom yang dijatuhkan jet tempur tersebut memicu kebakaran besar yang melanda kawasan padat penduduk.
Rakhine dikenal sebagai wilayah dengan ketegangan etnis yang tinggi. Konflik memuncak pada tahun 2017, ketika militer melancarkan operasi besar terhadap Muslim Rohingya. Lebih dari 740 ribu orang terpaksa mengungsi ke Bangladesh.
1. Jet tempur serang wilayah padat penduduk
Juru bicara Arakan Army (AA), Khaing Thu Kha, mengatakan bahwa serangan ini menargetkan pasar utama Desa Kyauk Ni Maw.
Seorang anggota tim penyelamat lokal menggambarkan situasi di lokasi sangat memprihatinkan. Ia mengatakan bahwa korban tewas mencapai 41 orang, sementara 52 lainnya mengalami luka-luka.
“Kami kekurangan betadine dan antiseptik untuk menangani korban karena sulitnya akses transportasi,” katanya kepada CNA dengan syarat anonimitas demi keamanan.
Foto-foto pascaserangan menunjukkan penduduk setempat berjalan di antara reruntuhan bangunan yang hangus terbakar. Pohon-pohon tampak gundul, dan sebagian besar rumah hanya menyisakan puing-puing dinding.
2. Konflik Rakhine terus memburuk sejak kudeta
Pulau Ramree telah menjadi pusat pertempuran antara junta militer dan kelompok etnis bersenjata AA sejak kelompok itu menguasai wilayah tersebut pada Maret 2024.
Dilansir The Irrawaddy, AA kini mendominasi 14 dari 17 kota di Rakhine, menyisakan ibu kota Sittwe dan dua kota lainnya di bawah kontrol junta.
Serangan udara ini terjadi kurang dari dua minggu setelah AA menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi damai.
Khaing Thu Kha menyebut bahwa serangan udara terhadap warga sipil yang tak bersenjata merupakan tindakan pengecut dan termasuk kejahatan perang.
3. Situasi kemanusiaan di Rakhine semakin genting
Sejak kudeta pada Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, Myanmar berada dalam kekacauan. PBB melaporkan lebih dari 3,5 juta orang telah mengungsi akibat konflik bersenjata yang meluas di seluruh negeri.
Melansir Northeast News, Pulau Ramree menjadi lokasi pelabuhan laut dalam yang didukung oleh China, direncanakan sebagai jalur utama bagi Beijing menuju Samudra Hindia. Namun, pembangunan proyek ini terhenti akibat konflik dan ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Ketegangan yang berlarut-larut di Rakhine semakin menambah beban rakyat Myanmar, yang terus hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan krisis kemanusiaan tanpa solusi yang jelas.