Sempat Galau, India Akhirnya Perpanjang Lockdown Hingga 3 Mei

New Delhi, IDN Times - Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan memperpanjang durasi lockdown secara nasional hingga setidaknya 3 Mei mendatang. Keputusan ini disampaikan pada Selasa (14/4) siang, ketika masa lockdown awal selama 21 hari akan berakhir pada tengah malam nanti.
Pada akhir Maret lalu, Sekretaris Kabinet India Rajiv Gauba mengatakan kepada kantor berita ANI bahwa India tak berencana memperpanjang kebijakan tersebut. Sebanyak 1,3 miliar warga India terdampak lockdown yang merupakan terbesar di dunia. Menurut data yang dihimpun John Hopkins University, ada lebih dari 10.000 kasus COVID-19 di India dan 358 kematian akibatnya.
1. Modi mengaku keselamatan warganya lebih penting dibandingkan perekonomian

Modi mendapatkan banyak kritik setelah terburu-buru memberlakukan lockdown, sehingga menimbulkan kekacauan yang menjadi sorotan dunia internasional.
"Dari sudut pandang ekonomi, kita membayar harga mahal," ujar Modi saat memberikan pengumuman, seperti dikutip Al Jazeera. "Namun, nyawa masyarakat India jauh lebih berharga."
Ia hanya memberikan waktu empat jam bagi warga untuk bersiap-siap. Ini membuat para pekerja migran di kota besar seperti Delhi berbondong-bondong pulang kampung. Pemandangan di mana jalanan dipenuhi mereka yang mengantre kendaraan umum maupun terpaksa berjalan kaki, pun tersebar luas di internet.
"Anda takut penyakit, jadi gelandangan. Tapi saya lebih takut kelaparan, bukan [virus] corona," kata seorang migran bernama Papu kepada The New York Times. Ia mengaku tiba di New Delhi pada awal Maret untuk mencari kerja. Kini, ia terpaksa kembali pulang kampung karena tak punya tempat tinggal dan penghasilan.

2. Pemerintah dianggap gagal mengantisipasi situasi terburuk, dan gagap dalam merespons perkembangan kondisi

Lockdown memang tidak semudah hanya berdiam diri di dalam rumah. Masyarakat miskin yang setiap hari menggantungkan hidupnya dari kerja serabutan atau harian, sulit mengerti, mengapa mereka harus mengikuti instruksi pemerintah ketika mereka tidak tahu, apakah besok bisa makan atau anak mereka bisa minum susu.
Human Rights Watch pun ikut bersuara. Dalam sebuah rilis pers, Direktur Asia Selatan Meenakshi Ganguly mengingatkan, pemerintah harus menyeimbangkan antara pengendalian virus corona dengan perlindungan hak asasi manusia. Jika tidak, alih-alih membaik, situasi di India justru akan memburuk.
"Pemerintah India menghadapi tantangan luar biasa untuk melindungi lebih dari satu miliar orang yang tinggal berdesakkan, tapi peningkatan upaya untuk mencegah penyebaran virus corona di India perlu menyertakan perlindungan hak," kata Ganguly.
"Otoritas setempat wajib menyadari bahwa malnutrisi dan penyakit yang tak terawat akan memperburuk masalah, dan wajib memastikan bahwa kelompok paling marjinal tidak menanggung beban tak adil akibat ketiadaan suplai esensial," lanjut Ganguly, merujuk kepada kebutuhan makan, minum dan tempat tinggal.
Mengutip Times of India, pemerintah India baru menggelontorkan dana Rp204 miliar sebagai bagian dari paket stimulus kedua untuk membantu usaha kecil dan menengah bertahan di tengah pandemik COVID-19. Kemudian, sebanyak Rp356 miliar disalurkan untuk bantuan tunai serta pangan kepada masyarakat.
3. India terima pinjaman Bank Dunia

Untuk merespons virus corona, pemerintah India akhirnya memutuskan menerima pinjaman Bank Dunia. Pinjaman kepada India pun merupakan yang terbesar di antara negara-negara lain. Seperti dipublikasikan di situs resmi Bank Dunia, India menerima Rp16,5 triliun dalam bentuk dana darurat.
Dana itu digunakan untuk mendukung pemeriksaan, pelacakan kontak, dan kemampuan diagnosis laboratorium yang lebih baik. Dana itu juga akan dipakai untuk pembelian alat pelindung diri dan pembuatan kamar-kamar isolasi baru pasien virus corona.