PM Malaysia Desak ASEAN Ikut Cari Solusi Atasi Isu Pengungsi Rohingya

Malaysia mengaku tak lagi bisa terima pengungsi Rohingya

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menegaskan pemerintahnya tidak lagi bisa menampung pengungsi etnis Rohingya. Hal itu lantaran Negeri Jiran tengah dijepit krisis ekonomi sebagai akibat terpapar pandemik COVID-19. 

PM Muhyiddin mengangkat isu tersebut di KTT ke-36 ASEAN yang digelar untuk pertama kali secara virtual. Seharusnya KTT digelar di Kota Da Nang, Vietnam. Namun, karena pandemik COVID-19, format pertemuan yang dihadiri oleh 10 pemimpin negara ASEAN diubah menjadi virtual. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Malaysia menjadi tujuan bagi pengungsi etnis Rohingya untuk tinggal. Hal itu lantaran keluarga mereka sebelumnya yang mengungsi berhasil melaut dan tiba di Negeri Jiran. 

Tetapi, Malaysia tidak ikut menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi. Sehingga, mereka memilih untuk mendorong kembali kapal yang ditumpangi oleh pengungsi etnis Rohingya dan menahan ratusan pengungsi yang berhasil mendarat. 

"Kami tidak bisa lagi (menampung pengungsi Rohingya) karena sumber daya dan kapasitas kami sudah terbatas dan itu disebabkan oleh pandemik COVID-19," ungkap Muhyiddin seperti dikutip dari harian New York Times pada Jumat (26/6). 

Ia menambahkan sudah tidak dibantu dalam bentuk sumber daya, lalu Malaysia diperlakukan secara tidak adil untuk mengakomodasi arus pengungsi. 

Lalu, apa harapan PM Muhyiddin terhadap ASEAN?

1. Malaysia berharap ASEAN ikut mencari solusi yang efektif untuk menangani pengungsi Rohingya

PM Malaysia Desak ASEAN Ikut Cari Solusi Atasi Isu Pengungsi Rohingya(Warga Aceh lakukan evakuasi paksa para pengungsi Rohingya) ANTARA FOTO/Rahmad

Di forum itu, Malaysia turut menyerukan kepada badan PBB untuk masalah pengungsi, UNHCR untuk bekerja secara erat dan mempercepat proses penempatan para pengungsi Rohingya ke negara ketiga. Sebab, akar permasalahan di Myanmar dan arus pengungsi yang tidak juga berhenti berdampak luas ke kawasan ASEAN. 

"Apa yang sudah ASEAN lakukan untuk menolong satu sama lain untuk mencari solusi yang efektif untuk negara bagian Rakhine?" tanya PM Muhyiddin dengan menyebut lokasi tempat etnis Rohingya mengalami persekusi di Myanmar. 

"ASEAN harus melakukan lebih untuk membantu Myanmar. Myanmar sendiri juga harus melakukan upaya lebih untuk menolong dirinya sendiri agar krisis ini bisa segera teratasi. Kemudian, pembangunan bisa dilakukan dengan cara yang bermakna," ungkapnya lagi seperti dikutip laman The Star pada Sabtu (27/6). 

Baca Juga: PM Malaysia: Kami Tidak Bisa Lagi Tampung Pengungsi Rohingya

2. Bila tak ditangani, pengungsi Rohingya rentan direkrut oleh kelompok militan

PM Malaysia Desak ASEAN Ikut Cari Solusi Atasi Isu Pengungsi Rohingya(Nelayan Aceh menyelamatkan pengungsi Rohingya yang nyaris tenggelam di laut) ANTARA FOTO/Rahmad

Hal lain yang menjadi fokus PM Muhyiddin terkait pengungsi Rohingya yaitu mereka bukan termasuk negara yang menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi. Sehingga, tidak terasa adil bila diharapkan oleh dunia internasional melakukan lebih dengan terus menerus menampung pengungsi Rohingya. 

"Situasi seperti ini tidak bisa terus berlanjut," kata dia. 

Ia juga menyadari bila isu pengungsi Rohingya ini tidak segera diatasi, maka mereka rentan dieksploitasi oleh kelompok-kelompok tertentu, salah satunya kelompok terorisme. 

"Rasa kehilangan dan frustasi mereka dapat memicu terjadinya potensi rekrutemen oleh kelompok teroris dan ekstrimis yang selama ini terkesan diam selama pandemik. Tapi, diamnya mereka jangan diartikan tidak aktif bergerak, sebab mereka masih memberikan ancaman nyata bagi kawasan ini," tutur PM Muhyiddin. 

3. Organisasi Human Right Watch tuding pemimpin ASEAN tak melakukan apapun untuk menolong pengungsi Rohingya

PM Malaysia Desak ASEAN Ikut Cari Solusi Atasi Isu Pengungsi RohingyaPengungsi Rohingya turun dari kapal di pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/Rahmad

Sementara, Direktur Asia Human Rights Watch, Brad Adams mendesak agar para pemimpin di kawasan ASEAN bisa menyepakati satu rencana konkrit untuk mengatasi krisis pengungsi Rohingya. 

"Para pemimpin ASEAN selama ini tidak melakukan apapun selama bertahun-tahun. Artinya, mereka harus berpikir ulang cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi krisis Rohingya," ungkap Adams seperti dikutip stasiun berita Al-Jazeera pada (26/6). 

Respons yang terkoordinasi di antara pemimpin ASEAN sangat dibutuhkan untuk melindungi etnis Rohingya yang kini masih berada di kamp pengungsian dan laut. Di saat yang bersamaan pemimpin ASEAN harus terus mendorong Myanmar untuk mengambil langkah yang diperlukan supaya warga Rohingya bisa kembali ke Rakhine State. 

Sementara, Direktur Jenderal Keamanan Badan Laut (MMEA), Mohd Zubil Mat Som pada (24/6) lalu mengatakan pihaknya sempat menahan ratusan pengungsi Rohingya usai terdampar di resor Pulau Langkawi. Para pengungsi menyampaikan ke otoritas Malaysia puluhan kolega mereka mati saat terlunta-lunta di laut. 

Zubil menjelaskan saat ini ada 269 pengungsi yang berhasil bertahan hidup dan kini ditahan di rutan imigrasi. Ia mengatakan ada kapal lain yang lebih besar dan membawa sekitar 800 pengungsi Rohingya. Tetapi, otoritas Malaysia belum bisa menemukan kapal besar yang diprediksi kini masih mengangkut 500 pengungsi Rohingya. 

Baca Juga: Terdampar di Laut, 94 Orang Rohingya Ditolong Kapal Nelayan Aceh

Topik:

Berita Terkini Lainnya