Waketum DMI Bertemu Sekjen Liga Muslim Dunia, Bahas Isu Perdamaian
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Purn) Syafruddin Kambo bertemu Sekjen Liga Muslim Dunia Syaikh Muhammad Abdul Karim Al-Isa, di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (31/10/2023).
Syafruddin menjelaskan pertemuan ini membahas soal perdamaian dunia, pendidikan, hingga rencana-rencana penyelenggaraan Konferensi Cendekiawan Muslim Dunia.
"Membahas perdamaian dunia, pendidikan, dan kemanusiaan serta khususnya rencana penyelenggaraan Konferensi Cendekiawan Muslim Dunia yang akan dihadiri oleh para tokoh etnis dan agama dari belahan dunia," kata Syafruddin dalam keterangan tertulis, yang dikutip Rabu (1/11/2023).
1. Indonesia jadi contoh dunia berhasil kelola keberagaman
Pada kesempatan itu, Syaikh Al-Isa menyatakan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, menjadi contoh negara yang berhasil mengelola keragaman.
"Bahkan Indonesia dapat menciptakan harmoni dalam kehidupan masyarakatnya," jelasnya.
2. Dukung perdamaian dunia dan peningkatan kualitas SDM
Sementara itu, Syafruddin yang sekaligus ketua ASFA Foundation pun mengapresiasi peran Rabithah dalam konteks perdamaian dunia dan kerja sama antar budaya.
Keduanya juga sepakat tentang pentingnya menjalin kerja sama untuk mempercepat sumber daya manusia unggul umat Islam, khususnya di Indonesia.
Sebelum bertemu Sekjen Liga Muslim Dunia, Syafruddin yang juga merupakan Wakil Presiden Dunia Melayu Dunia Islam lebih dulu mengunjungi Universitas Al-Azhar, Mesir.
3. ASFA Foundation bergerak di bidang kemanusiaan
ASFA Foundation adalah sebuah yayasan nonprofit yang bergerak dalam bidang lembaga donasi kemanusiaan dan pendidikan berskala nasional maupun internasional, yang telah disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Sebelumnya, ASFA Foundation juga menjalin kerja sama dengan China. Kerja sama itu dalam bidang sumber daya manusia dan teknologi.
"Tadi, sudah ditawarkan kerja sama di bidang teknologi agrikultur dan geologi. Selain itu, pendidikan keislaman, yang tentu akan dipelajari lebih mendalam karena budaya di Xinjiang dan budaya Indonesia tentu berbeda," kata Syafruddin.
