Jakarta, IDN Times - Presiden Volodymyr Zelenskyy, pada Minggu (20/8/2023), mengatakan bahwa Belanda akan memberikan 42 jet tempur F-16 kepada Ukraina. Kesepakatan tersebut tercapai setelah Zelenskyy melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte.
“Mark Rutte dan saya telah menyetujui 42 F-16 yang akan diberikan ke Ukraina setelah pilot dan insinyur kami menyelesaikan pelatihan. Dan itu baru permulaan. Terima kasih, Belanda!” tulis Zelenskyy dalam Telegram, dikutip Novayagazeta.
Dilansir Reuters, Belanda dan Denmark telah berjanji bahwa mereka akan memberikan Ukraina jet tempur F-16, setelah persyaratan untuk transfer dipenuhi.
Rutte mengatakan, secara keseluruhan, saat ini Belanda memiliki jet tempur F-16 sebanyak 42 unit. Namun terlalu dini untuk mengatakan bahwa semua pesawat tersebut akan disumbangkan untuk Ukraina.
“Hari ini kami dapat mengumumkan bahwa Belanda dan Denmark berkomitmen untuk mentransfer Pesawat F-16 ke Ukraina, setelah kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan mitra lainnya terpenuhi persyaratannya," kata Rutte.
Zelenskyy mengatakan, kesepakatan dengan Belanda adalah sebuah terobosan. Dia juga mengatakan bahwa jumlah pasti pesawat yang akan dikirim masih dibahas.
Sebelumnya, Washington telah merestui rencana Belanda dan Denmark untuk mengirim jet tersebut.
Kunjungan Zelenskyy ke Belanda adalah bagian dari dorongan berkelanjutan, untuk meningkatkan pertahanan Ukraina dan diperkirakan akan melanjutkan perjalanannya ke Denmark kemudian hari.
Dilansir Abc News, AS mengatakan bahwa jet tempur F-16 akan memiliki fungsi yang sama dengan tank Abrams AS, akan menjadi sangat penting untuk jangka panjang Kiev menghadapi Moskow.
Saat ini, Ukraina masih mengandalkan pesawat yang lebih tua, termasuk jet MIG29 dan Sukhoi buatan Rusia.
Sementara, F-16 memiliki teknologi dan kemampuan panargetan yang lebih baru dari pesawat yang digunakan Ukraina. Para ahli juga mengatakan bahwa jet tempur F-16 AS juga lebih fleksibel.
Sementara dalam pesan videonya pada Minggu pagi, Zelenskyy bersumpah akan membalas serangan Rusia yang terjadi di kota Chernihiv, yang menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari 100 orang.