[OPINI] Mengukur Bahayanya Gerakan Anarko Sindikalis

 Kelompok itu merupakan fenomena internasional 

Kelompok anarko sindikalis dikabarkan akan menjarah kota-kota di Pulau Jawa pada tanggal 18 Oktober 2020 nanti. Artinya empat hari lagi mereka akan beraksi. Hal itu disampaikan oleh pihak kepolisian setelah menemukan informasi dari grup Whatsapp dan Telegram, ketika beberapa anggota kelompok itu kedapatan melakukan vandalis di .

Vandalis atau aksi coret-coret yang dilakukan kelompok berlambang “A” itu bertuliskan: “Kill the rich! (bunuh orang kaya), sudah krisis saatnya membakar, mau mati konyol atau melawan”. Kalimat-kalimat yang provokatif (versi penguasa) tersebut ternyata membuat gerah Polri karena dianggap bisa menghasut warga.

Pihak Polri juga mengaitkan kegiatan vandalis itu dipengaruhi buku-buku yang dibawa oleh kawanan anarko saat ditangkap. Setidaknya ada novel Tereliye yang berjudul Negeri Para Bedebah, buku Susatyo B. Wibowo berjudul Syech Siti Jenar Sang Kontroversial, buku Eka Kurniawan Corat-Coret di Toilet karangan, dan buku Mark Manson berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.

Dijadikannya buku-buku sebagai alat bukti (turut diamankan versi polisi) untuk melakukan aksi vandalis muncul satire “Rajin membaca jadi pandai, malas membaca jadi Poli… (maaf tidak dilanjutkan, silahkan cari sendiri di internet). Ini merupakan pukulan menohok bagi aparat kita agar lebih berhati-hati lagi dalam bertindak, terlebih lagi soal literasi. Mengingat minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan.

Sebenarnya apa anarko sindikalis?

Sindikalisme merupakan bentuk lain anarkisme sosial. Kaum anarko sindikalis seperti halnya sindikalis lainnya ingin menciptakan gerakan serikat industrial yang didasarkan pada pemikiran anarkis. Karena itu mereka membela serikat-serikat yang terdesentralisasi atau terfedrasi yang menggunakan aksi langsung untuk mencapai perbaikan di bawah kapitalisme hingga mereka cukup kuat untuk merobohkannya (anarkis.org).

Alexander Berkman dalam bukunya ABC Anarkisme menjelaskan bahwa di mana terdapat kebebasan dan bukan pemerintah, adalah anarki. Anarkisme mengajarkan bahwa kita dapat hidup di dalam sebuah masyarakat tidak ada pemaksaan macam apapun juga.

Apakah gerakan anarko sindikalis ada yang berhasil?

Anarkisme selalu berhasil, misalnya di Spanyol. Banyak kolektif-kolektif anarkis yang jadi model, seperti Chiapas di Meksiko dan Rovaza di Suriah. Sementara itu di satu kota, ada kota yang bisa berjalan tanpa negara. Polisi susah masuk, ada musyawarah dalam pengambilan keputusan, ada gotong royong. Misalnya Christiana di Denmark dan Cheran di Meksiko. Jadi anarkisme bukan mengawang-mengawang karena ada wilayah-wilayah yang pernah menerapkan, meski tidak sempurna (harianjogja.com).

Dua tahun terakhir gerakan anarko sindikalis menjadi topik hangat pada hari buruh, yang bertepatan pada tanggal 1 Mei. Sebagaimana tujuan mereka untuk menumbangkan sistem kapitalisme di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Hari Buruh 2018 lalu di Yogyakarta, di persimpangan UIN (Universitas Islam Negeri) Yogyakarta juga terjadi kehebohan yang luar biasa. Pos Polantas di sana dibakar oleh “kemungkinan besar mereka”, dan mencoret-coret area dinding di sana bertuliskan “Bunuh Sultan!”. Sontak saja warga Yogyakarta gerah oleh aksi mereka yang berani mengancam rajanya.

Selanjutnya Hari Buruh 2019 di Bandung, sebanyak 619 (diduga kelompok anarko sindikalis) yang ditangkap dan digunduli oleh pihak kepolisian. Mereka ditangkap karena melakukan aksi vandalis dan membuat ricuh di aksi May Day. Pemerintah melalui kaki tangannya, Polri dan BNPT menilai kelompok itu merupakan fenomena internasional, seperti di Rusia, Eropa, Amerika Selatan, dan Asia. Lalu mulai berkembang di Indonesia beberapa tahun terakhir.

Seberapa berbahayanya gerakan anarko sindikalis?

Menurut penulis sendiri gerakan ini bisa semakin besar dan mengancam kedaulatan negara jika pemerintah tetap mengamalkan sistem perekonomian kapitalisme. Lagi pula tak hanya anarko sindikalis saja yang turut berperang melawan kapitalis, ada gerakan sosialisme-komunisme, yang biasa disebut kaum Marxisme, dan gerakan beberapa organisasi Islam yang biasa disebut penguasa Islam radikal oleh pemerintah.

Jadi meskipun secara ideologi beberapa kubu di atas berbeda, tapi terkadang di lapangan mereka bisa bersama menentang kebijakan pemerintah. Misalnya saja pada kasus-kasus struktural, penggusuran paksa warga, perampasan lahan, dan PHK massal pekerja. Secara taktik dan strategi mereka bisa bersama untuk menyusun kekuatan menghambat kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat kecil.

Soal Penjarahan pada 18 April 2020?

Aksi ini mungkin saja bisa terjadi, tapi berat juga, mengingat warga masih bisa makan. Kecuali warga sudah kehilangan kendali karena kelaparan, penjarahan di kota-kota kemungkinan terjadi. Tapi kalau hanya kelompok anarko saja yang menjarah, tentu anggota mereka tidaklah banyak, bisa langsung diatasi oleh aparat keamanan.

Kekhawatiran Polri tampaknya anarko sindikalis yang memicunya, kemudian warga lain mengikuti penjarahan tersebut. Mengingat bangsa ini punya pengalaman pahit tahun 1998, aksi penjarahan memang mengerikan bagi kalangan tertentu. Ya, bagi pengusaha, dan orang kaya yang punya harta berlimpah.

Menurut penulis untuk menangkan warga pada masa pandemi Covid-19 adalah memenuhi kebutuhan pokok warga. Seperti makan, tempat tinggal, kesehatan, hidup layak, dan pendidikan. Jika terpenuhi kebutuhan dasar warga tentu warga tidak akan mau menjarah yang bukan miliknya, kecuali kebutuhan pokok itu sendiri dikebiri oleh penguasa. Bisa jadi kaum anarko sindikalis menjadi pimpinan gerakan membawa cita-cita mereka, masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara.

Jadi pemerintah harus bijak, dan berlari lebih cepat untuk menyelamatkan rakyatnya, bukan malah mengabaikannya! Di mana sekarang kondisi rakyat semakin sulit dan frustrasi. Semua ada sebab akibatnya, pemberontakan terjadi karena abainya pemerintah memenuhi kebutuhan pokok warganya. Apalagi saat ini bangsa kita dilanda wabah penyakit virus corona yang berdampak pada politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Baca Juga: [OPINI] Manusia, Makhluk Paling Beruntung di Dunia

Asmara Dewo Photo Writer Asmara Dewo

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya