[OPINI] Mengapa Banyak Platform Tak Terduga Digunakan untuk Selingkuh?

- Platform tak romantis dianggap aman untuk menyembunyikan hubungan
- Orang merasa lebih bebas saat tidak diawasi di media sosial utama
- Selingkuh terjadi karena dorongan emosional yang mencari tempat pelarian
Di era digital, selingkuh sudah tidak lagi terbatas pada aplikasi chatting atau media sosial populer. Banyak orang justru mencari celah di tempat yang tidak terlihat mencurigakan mulai dari chat ojek online, spreadsheet kerja, sampai aplikasi belanja. Semua itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi diam-diam tanpa menimbulkan kecurigaan. Lucunya, semakin tidak romantis platform-nya, justru makin aman buat sembunyi.
Fenomena ini menunjukkan satu hal sederhana yaitu selingkuh bukan soal tempat, tapi soal niat. Apa pun platformnya, kalau seseorang punya keinginan untuk bermain dua arah, pasti bisa menemukan jalannya. Teknologi cuma mempermudah cara, bukan menciptakan alasan. Lantas, mengapa selalu ada saja kabar perselingkuhan dari platform-platform tak terduga?
1. Orang menganggap platform tak romantis itu lebih aman untuk menyembunyikan hubungan

Aplikasi seperti chat ojek online atau spreadsheet tidak pernah diasosiasikan dengan urusan pribadi. Itu sebabnya banyak orang memanfaatkannya sebagai tempat berbagi pesan rahasia. Pesan yang diselipkan di tengah permintaan pesanan atau kolom komentar belanja terlihat wajar di mata pasangan. Tidak ada yang curiga kalau obrolan itu punya makna lain di baliknya.
Orang yang selingkuh tahu persis bahwa tempat paling aman adalah tempat yang tidak terlihat berisiko. Mereka sengaja memilih platform seperti itu karena tidak meninggalkan jejak romantis yang jelas. Notifikasi dari aplikasi kerja atau belanja tidak akan memicu tanya. Di situlah mereka bisa bersembunyi di balik rutinitas digital, seolah tidak ada yang salah.
2. Orang merasa lebih bebas saat tidak diawasi di media sosial utama

Di platform besar seperti Instagram atau TikTok, aktivitas lebih mudah terlihat. Setiap like, komentar, repost atau mention bisa menimbulkan kecurigaan. Sementara di aplikasi seperti Pinterest atau spreadsheet, ruangnya lebih sunyi. Pelaku selingkuh merasa lebih tenang karena tidak ada yang bisa menelusuri interaksi mereka.
Kondisi ini menciptakan ilusi privasi. Padahal, bukan platform-nya yang aman orangnya saja yang merasa tidak diawasi. Rasa bebas itu sering membuat mereka semakin berani mengambil risiko. Dari percakapan ringan, lalu lanjut ke obrolan pribadi, hingga akhirnya berubah jadi hubungan lain yang tidak seharusnya ada. Semua dimulai dari tempat yang dianggap tidak mungkin.
3. Selingkuh terjadi karena dorongan emosional yang mencari tempat pelarian

Banyak perselingkuhan yang tidak dimulai dari niat buruk, tapi dari rasa bosan atau kurang diperhatikan. Saat seseorang merasa jenuh atau tidak didengarkan, mereka mencari tempat untuk merasa dihargai. Kadang, pelariannya muncul di ruang obrolan game, grup kerja, atau bahkan kolom chat di e-commerce.
Dari obrolan kecil seperti itu, kedekatan mulai tumbuh. Mereka merasa ada yang mengerti tanpa menuntut. Padahal, pelarian semacam itu bisa dengan cepat berubah jadi keterikatan emosional yang lebih dalam. Ketika hubungan utama terasa hambar, tempat pelarian seperti itu jadi candu. Tanpa sadar, seseorang bisa terjerumus lebih jauh dari yang dia bayangkan.
4. Budaya online membuat flirting terlihat sepele dan tidak dianggap salah

Di dunia maya, menggoda lewat pesan sering dianggap hal biasa. Satu emoji, satu komentar lucu, atau panggilan akrab bisa terasa menyenangkan dan biasa padahal sudah melewati batas. Banyak orang menganggap itu cuma bercanda, apalagi kalau terjadi di platform yang tidak berbau romantis seperti Discord atau Roblox. Tapi dari situlah hubungan tidak sehat bisa mulai tumbuh.
Masalahnya, flirting sering dianggap tidak serius karena tidak melibatkan kontak fisik. Padahal, keterikatan emosional yang terbentuk bisa sama kuatnya. Orang jadi sulit menilai kapan batas wajar terlewati. Lama-lama, kebiasaan menggoda yang “cuma iseng” berubah jadi ketergantungan. Di titik itu, selingkuh tidak lagi soal fisik tapi tentang emosi yang berpindah arah.
5. Teknologi memberi ruang untuk menjadi diri lain tanpa rasa bersalah

Banyak orang menikmati kebebasan digital karena bisa membentuk identitas baru. Di dunia maya, seseorang bisa tampil lebih percaya diri, lucu, atau perhatian dibanding dirinya di dunia nyata. Kadang, peran itu terasa lebih menarik, dan lawan bicara pun ikut hanyut. Di game, forum, atau ruang chat, mereka bisa jadi versi terbaik diri mereka.
Masalahnya, saat seseorang terlalu nyaman dengan versi digitalnya, mereka mulai membandingkan dengan kehidupan nyata. Pasangannya jadi terlihat membosankan, sementara orang lain terasa lebih menyenangkan. Dari situ, batas moral jadi kabur. Selingkuh lewat platform bukan lagi tentang mencari orang lain, tapi tentang mencari pelarian dari diri sendiri yang tidak puas.
Fenomena selingkuh di platform tak terduga memperlihatkan bahwa teknologi hanya alat, bukan penyebab. Orang yang setia tidak akan tergoda sekalipun punya banyak akses. Sebaliknya, orang yang memang berniat selingkuh akan selalu menemukan celah, sekecil apa pun itu. Pada akhirnya, yang menentukan bukan aplikasi apa yang dipakai, tapi pilihan pribadi yang diambil setiap kali seseorang memutuskan untuk tidak jujur dan setia.


















