Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Stanley Fischer
Stanley Fiscaher, mantan Vice Chair The FED (federalreservehistory.org)

Intinya sih...

  • Profesor Stanley Fischer berpulang pada usia 81 tahun setelah meninggalkan jejak prestasi dalam bidang ekonomi dan keuangan.

  • Beliau terkenal sebagai seorang ekonom yang sangat handal, tajam dalam teori dan analisa, serta rendah hati.

  • Almarhum juga dikenal sebagai guru bagi beberapa tokoh terkemuka di dunia ekonomi, seperti Ben Bernanke dan Mario Draghi.

Saya membaca dengan tersentak kaget di koran Financial Times tanggal 7 atau 9 Juni 2025. Pada halaman Obituary diberitakan tentang berita duka, telah berpulangnya Profesor Stanley Fischer yang saya kenal dekat pada usia yang ke-81.

Profesor Stanley Fischer dilahirkan di Rhodesia, Africa. Saya mengenal beliau sejak terjadinya krisis keuangan-perbankan di tahun 1997. Dimulai dengan mata uang Thai Baht yang terdepresiai berat pada bulan April tahun tersebut, tetapi kemudian terjadi efek penyebaran sehingga juga merembet ke rupiah dan seluruh mata uang negara-negara Asia pada bulan Oktober, dan menjadi krisis moeter-perbankan yang dikenal sebagai Asian Financial Crises.

Profesor Fischer waktu itu adalah Deputy I Managing Director Michel Camdessus, tetapi yang memimpin tim menangani Asia adalah Profesor Fischer dengan didampingi direktur untuk Asia Pasifik IMF Hubert Neiss,dan saya menjabat Gubernur Bank Indonesia. Disitulah dimulai persahabatan saya dengan almarhum, seorang ekonom yang sangat handal, tajam dalam teori dan analisa, sangat rendah hati dan menghormati semua lawan bicara.

Semua ini membuat perkenalan kami cepat berubah menjadi pertemanan dekat seperti kawan yang benar-benar dekat. Almarhum sangat percaya kepada saya dengan cara yang tidak dibuat-buat. Ia selalu menyetujui apa yang saya lakukan dan putuskan, termasuk keputusan terberat melikuidasi 16 bank yang tidak solven, yang kebetulan termasuk tiga bank milik keluarga Presiden Soeharto, yakni Bank Jakarta milik Probosutedjo, adik Presiden, lalu Andromeda Bank yang 25 persen sahamnya milik Bambang Trihatmodjo dan Bank Industri yang 12,5 persen sahamnya milik Titiek Prabowo, adik ipar saya.

Profesor Fischer lahir di Rhodesia, Afrika, belajar dan memperoleh doktor ekonomi di MIT, mengajar di University of Chicago dan kemudian MIT. Beliau menulis buku teks Macroeconomics yang sangat terkenal digunakan di banyak universitas. Beliau juga pernah menjadi Vice Chair di The Fed dikala Profesor Janet Yellen menjadi chairperson, dan menjadi Gubernur Bank of Israel (2005-2013), demikian pula sebentar menjadi wakil presiden dari Citi Group.

Di kala saya diberhentikan dari jabatan gubernur BI, karena hal ini diberitakan di banyak media, termasuk Washington Post, Financial Times, New York Times dan International Herald Tribune, karena sejumlah teman membacanya, beliau langsung menulis email ke saya untuk memberikan dukungan moril karena kercaya saya menjalankan tugas saya secara jujur dan benar.

Suatu saat saya dan isteri, Bianti, berkunjung ke Washington DC. Beliau bersama Nyonya Rhoda mengundang makan siang kami berdua untuk bernostaglia cerita ngalor ngidul.

Pada waktu beliau menjadi wakil presiden di Citi Group saya berkunjung ke kantornya di New York. Saya menanyakan apakah kalau saya minta dia untuk bersaksi buat saya di Pengadilan Jakarta beliau bersedia, dengan enteng menjawab, "Tentu saja saya bersedia." Ini bikin para lawyers penasihat Bank City Group gugup dan khawatir. Dan, saya tidak pernah menghadirkan beliau di pengadilan.

Teman lain Ambassador Carla Hills dai USTR waktu saya menjabat Menteri Muda Perdagangan waktu mendengar cerita saya juga menawarkan bilamana saya ke Washington DC dan perlu kerja silakan menggunakan salah satu kamar di kantor penasihat hukumnya di DC. Kembali saya tidak sampai menggunakannya, tetapi itu merupakan moral support yang menguatkan diri saya waktu itu.

Bahkan mantan Menlu Profesor George Schultz beberapa kali bertemu di golf course club terkenal di California, Pebble Beach, untuk bersantai bersama Senator Lugar dari Republic dan Senator Bill Bradley dari Democrat New Jersey. Selain itu juga ada pejabat negara lain yang diundang, Menkeu India Chindarbaram dan Menlu Singapore Singapore George Yeo, serta saya dari Indonesia.

Mereka semua kirim email memberi moral support waktu saya diberhentikan tanpa diberitahu persis apa jalarannya, sekitar dua bulan sebelum masa jabatan berakhir. Saya jadi teringat kata-kata bijak "A friend in need is a friend indeed". Kembali pada almarhum, waktu menjabat gubernur bank sentral Israel, ia tahu saya dan keluarga orang Katholik, Prof Fischer mendorong saya untuk berkunjung ke Israel. Dan saya suatu saat sudah membeli tiket bersama isteri dan anak saya pertama, Tommy, tetapi malang, sebelum berangkat meletus lagi serang menyerang Israel dengan Hamas dan Houthi. Kunjungan batal, diganti dengan Roma, termasuk Vatican dan tempat anggur terkenal Antinori di Tuscany, Italy.

Profesor Fischer, selain terkenal sebagai ekonom hebat dengan buku teks ekonomi akronya, juga mempunyai mantan murid yang hebat-hebat, termasuk Ben Bernanke, mantan Fed Chairman dan guru besar di Princeton University, Prof Ken Rogoff, yang mengajar di Harvard. Lalu Prof Maurice Obsfeld di UC, Berkely, dan Mario Draghi, mantan President ECB. Itulah kenangan saya pada Profesor Stanley Fischer, teman dekat yang saya kagumi.

Beliau telah mengabdikan diri sebagai guru dan pendidik secara sempurna semasa hidup beliau yang cemerlang. Semoga

Profesor Stanley Fischer diterima di sisi Bapa untuk hidup dengan mulia di surga yang penuh Bahagia. Amin. (Dradjad, 19/06/2025).

Guru Besar Ekonomi Emeritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnes, Universitas Indonesia (FEBUI), Jakarta.

Editorial Team