[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemi

Rasanya menjadi mahasiswa akhir di masa pandemi?

Terhitung sudah lebih dari 14 hari sebagian besar kegiatan seperti sekolah, kuliah dan beberapa pekerjaan, melakukan semua kepentingan dari rumah. Work From Home (WFH) yang disarankan oleh pemerintah, membuat sebagian besar dari kita terpaksa untuk tidak berangkat ke tempat kerja atau kampus. Kini semua harus dilakukan serba digital, melalui aplikasi chatting, video call dan lainnya.

Hampir semua perguruan tinggi mulai menerapkan kuliah online sebagai cara menghindari kegiatan tatap muka di kampus. Namun, tak cuma mahasiswa yang sedang mengambil kelas saja, mahasiswa akhir yang sedang melakukan penulisan skripsi pun terpaksa melakukan bimbingan secara online. Bahkan yang sedang sidang akhir pun terpaksa secara online pula.

Namun, apakah ini semua efektif? apakah tidak tebang pilih dan berat sebelah? Menjadi mahasiswa akhir sebenarnya cukup berat bagi sebagian orang, tuntutan untuk segera lulus dan susahnya bertemu dosen pembimbing membuat sebagian mahasiswa akhir merasa terbebani, itu terjadi sebelum masa pandemi berlangsung. Lantas, bagaimana rasanya menjadi mahasiswa akhir di kala pandemi sedang berlangsung?

1. Terlupakan oleh dosen pembimbing?

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/photomix

Dosen pembimbing biasanya diambil dari dosen-dosen yang juga sedang mengajar di kampus. Masa WFH dan pandemi ini sebagian besar dosen tetap bertanggung jawab dalam memberikan pelajaran terhadap mahasiswa yang sedang berkuliah (secara online). Tentunya persiapan bagi dosen akan lebih sibuk dari biasanya, seperti mempersiapkan materi kuliah, alat pendukung seperti laptop untuk melaksanakan kuliah online dan lain sebagainya.

Kesibukan tersebut bisa saja membuat mahasiswa yang tidak lagi mengambil kelas dan sedang dalam penulis skripsi menjadi terabaikan. Kurangnya kontak langsung membuat mahasiswa akhir terlupakan. Kuliah online tetap dilaksanakan karena memang hal tersebut terjadwal oleh masing-masing fakultas maupun jurusan. Namun, untuk mahasiswa akhir mereka harus kembali menyesuaikan jadwal dari dosen pembimbing, tidak ada jadwal tetap yang diberikan seperti kelas kuliah biasa. 

2. Meningkatnya rasa malas

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/tookapic

Menunda pekerjaan selain membuat waktu semakin berkurang juga dapat meningkatkan rasa malas untuk memulai kembali pekerjaan tersebut. Mahasiswa yang sebelumnya seminggu dua kali bertemu langsung dan melakukan bimbingan tatap muka, sekarang hanya bisa bimbingan satu kali seminggu (jika sempat) dan tidak tatap muka. Sisanya di masa pandemi, sebagian mahasiswa hanya menghabiskan waktu di kos atau di rumah mungkin dengan tiduran, nonton dan tidak melakukan apa-apa sembari menunggu respon bimbingan dari dosen pembimbing.

Hal ini membuat tidak adanya target atau deadline yang jelas untuk mahasiswa akhir mengerjakan skripsi. Jika sudah mengumpulkan data skripsi secara online sisanya mahasiswa akhir (yang tidak bekerja) hanya menunggu dan menghabiskan waktu dengan nonton, main game dan lainnya. Sebenarnya hal ini malah menimbulkan rasa malas nantinya untuk memulai kembali penulisan skripsi.

3. Sulit memahami revisian

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/JanVasek

Keuntungan bimbingan tatap muka adalah mendapat penjelasan yang lebih rinci dari revisian. Terlebih mahasiswa dan dosen dapat melakukan interaksi tanya jawab untuk menemukan poin-poin yang harus diperbaiki, ditambah atau dikurangi dari hasil skripsi. Namun, di masa pandemi bimbingan online sedikit kurang efektif dalam mahasiswa mendapat poin-poin yang harus diperbaiki, ditambah atau dikurangi. Hal ini dikarenakan tidak adanya interaksi langsung antara dosen pembimbing dan mahasiswa akhir.

File skripsi dikirimkan melalui aplikasi yang disediakan kampus atau email, kemudian mahasiswa menunggu revisian atau acc. Jika di revisi mahasiswa tidak akan bisa melakukan tanya jawab mengenai poin-poin yang di revisi secara langsung. Hal tersebut semakin membuang waktu dan juga menyulitkan mahasiswa akhir memahami poin-poin revisi.

Baca Juga: [OPINI] Belajar Hanya untuk Pelajar?

4. Lebih hemat

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/stevebuissinne

Eits... Tidak melulu hal negatif ya! Masa pandemi dan mahasiswa akhir bisa mendapat hal positif juga kok. Mahasiswa akhir bisa menjadi lebih hemat di masa pandemi, kok bisa? 

Bagi sebagian dosen pembimbing, mereka lebih senang jika mahasiswa datang dan membawa file cetak skripsi yang nantinya bisa dicoret-coret (mungkin agar lebih mudah diperiksa). Nah! di masa pandemi mahasiswa akhir tidak lagi perlu membuang uang untuk mencetak file skripsi. Cukup dikirim secara online dan dosen pembimbing tidak akan mencoret-coret kertas bimbingan yang sudah kita beli. Selain itu mahasiswa akhir tidak lagi perlu membuat ongkos ke kampus, terutama yang membawa kendaraan, tidak lagi perlu menghabiskan bensin.

5. Melakukan hal produktif

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/stocksnap

Daripada bengong atau hanya tiduran, mending buat sesuatu. Sembari mahasiswa akhir menunggu file bimbingan direvisi atau acc oleh dosen pembimbing, mahasiswa akhir bisa membuat sesuatu yang lebih produktif. Banyak hal-hal simpel yang bisa dilakukan oleh mahasiswa akhir di masa pandemi sambil menunggu dosen pembimbing merespon file skripsi.

Mengerjakan bab selanjutnya merupakan pilihan yang cukup produktif. Jika mahasiswa akhir mengirim file bab 3 dan sambil menunggu revisi atau acc, mahasiswa akhir bisa melanjutkan gambaran kasar dari bab 4. Jadi, tidak perlu berlama-lama lagi. Mahasiswa akhir juga bisa melakukan kegiatan produktif seperti menulis artikel, membuat karya digital seperti konten YouTube atau podcast, olahraga atau hal-hal produktif lainnya.

6. Lebih banyak waktu revisi

[OPINI] Sudut Pandang: Menjadi Mahasiswa Akhir di Masa Pandemipixabay.com/StartupStockPhotos

Sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengirim file skripsi. Mahasiswa akhir bisa mendapat waktu lebih banyak untuk melakukan revisi skripsi. Selain itu juga dapat mencari bahan skripsi lebih lawa daripada biasanya, sambil menunggu dosen pembimbing.

Mahasiswa akhir bisa lebih fokus dan detail lagi dalam melakukan revisi skripsi, agar tidak banyak waktu yang terbuang untuk menunggu bimbingan.

Masa pandemi memang membuat semua pihak merasa dirugikan karena perubahan kebiasaan secara mendadak. Namun, semua dilakukan demi keamanan dan kesehatan bersama.

Menjadi mahasiswa akhir di masa pandemi, memang lebih berat dari biasanya namun di sisi lain juga mendatangkan hal-hal positif lainnya. Yuk, stay at home dulu dan jaga kesehatan.

Baca Juga: [OPINI] Perlukah Menghilangkan Kata “Maha” dalam Mahasiswa Kini?

Daniel Ariyanto Photo Writer Daniel Ariyanto

Movie Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya