Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Swiss dan Liechtenstein Prof. Muliaman Hadad Ph.D, Foto: Dok. KBRI Bern

Swiss, IDN Times - Ketika virus SARS-CoV-2 atau yang lebih kita kenal sebagai COVID-19 telah menyebar di seluruh dunia, berbagai informasi, teori, dan rumor konspirasi pun bersebaran di berbagai platform media sosial dan pesan online lainnya. Informasi, teori, dan rumor konspirasi ini bahkan menyebar lebih cepat daripada virus itu sendiri, dan memiliki bahaya yang tidak kalah dengan virusnya.

Mengapa berbahaya? Di Iran contohnya, dikabarkan bahwa ratusan orang dilaporkan tewas setelah meminum metanol karena meyakini bahwa cairan kimia tersebut dapat memberikan perlindungan dari COVID-19. Berbagai kejadian tragis seperti ini juga terjadi di beberapa negara lainnya, akibat informasi tidak akurat yang diterima.

Pada awal pandemi COVID-19, informasi, teori, dan rumor konspirasi yang beredar adalah tentang asal-usul virus. Kemudian, berkembang membahas tentang bagaimana penyakit itu menyebar, cara penyembuhan, serta pencegahannya. Namun disayangkan, informasi yang beredar tidak hanya terbatas pada soal penyakitnya itu sendiri namun juga telah masuk ke ranah yang lebih luas, seperti soal etnisitas dan politk.

Dalam pertemuan Munich Security Conference pada bulan Februari yang lalu, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan, “Kami tidak hanya memerangi sebuah epidemi, kami juga sedang berjuang melawan infodemik”. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyampaikan bahwa adanya infodemik menyulitkan upaya internasional untuk mengatasi pandemi COVID -19.

Editorial Team

Tonton lebih seru di