[OPINI] Perlukah Menghilangkan Kata “Maha” dalam Mahasiswa Kini?

Menurut kalian perlu atau tidak? 

Sekadar kilas balik dulu, saat menjadi mahasiswa baru begitu banyak alasan seseorang memilih menjadi seorang mahasiswa misalnya agar mudah mencari sebuah pekerjaan, hanya untuk meningkatkan status sosial saja, ada juga yang bingung setelah lulus tamat sekolah mau ke mana lebih baik kuliah dulu layaknya seperti berjalan tanpa tujuan, mendayung tanpa henti. Kini semakin saya sadari bahwa di balik kenyataan tersebut mungkin sebutan mahasiswa ada baiknya perlu kita koreksi bersama. Menilik, perubahan zaman yang begitu pesat serta kondisi lingkungan yang terus menerus mengubah diri.

Maha dalam KBBI diartikan sebagai sangat, amat, teramat. Kata “maha” biasanya digunakan untuk penyebutan kepada Tuhan, seperti yang Maha Kuasa, Maha Mendengar, dan Maha Adil. Namun, di Indonesia kata “maha” juga diberikan kepada manusia yaitu Mahasiswa dan Mahaguru. Entah ada sejarahnya atau tidak saya berpendapat demikian, setelah 12 tahun menempuh pendidikan dengan status sebagai siswa terbentuklah kata mahasiswa yang dianggap sebagai seorang yang terpandang, berilmu, dan berkedudukan agak tinggi.

Mahasiswa sendiri mempunyai dua tanggung jawab yang wajib diemban yaitu memahami teori dari dosen sisanya tergantung pada kesadaran pribadi masing-masing dan kedua terlibat dalam masyarakat memberikan pendapat serta solusi berdasar pada pengetahuan yang sangat terbatas, mengingat salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melakukan pengabdian pada masyarakat. Terwujudkan dalam program KKN, PPL, ataupun KKL semua program universitas tersebut wajib dilewati oleh setiap mahasiswa bukan karena memang kemauan murni kita sendiri kan?

Nyatanya, semakin hari semakin terlihat bahwa kata “maha” dalam mahasiswa itu harus diganti atau lebih baik dihilangkan. Sekarang semakin mudah orang menduduki kursi perkuliahan dan juga kampus-kampus telah banyak bertebaran di sepanjang ruas jalan, sebuah kemajuan yang patut diapresiasi. Untuk akses belajar di universitas tak sesulit zaman mbah dulu, sarjana sudah dianggap biasa dan sekarang syarat mendapatkan pekerjaan juga banyak yang menetapkan harus lulusan S1 mau tidak mau bukan harus menjadi seorang sarjana?

Tenggelamlah esensi bahwa mahasiswa akan memperjuangkan hak-hak rakyat, urusan sendiri saja sudah kompleks ini lagi mengurusi masyarakat -keluh mereka. Padahal, bangsa tercinta dan rakyatnya menaruh harapan besar pada kita untuk memberikan solusi terbaik kepada negara sebagai orang-orang terpilih katanya, justru faktanya kita acuh terhadap kondisi di sekitar apalagi dengan bangsa kita.

Mengejar cumlaude, relasi pertemanan yang begitu luas, hard skill begitu mumpuni dan soft kill yang sangat good execellent. Itulah impian mahasiswa sekarang, jarang terdengar menyampaikan aspirasi untuk rakyat kecil. Dulu, ada suatu hal yang mengganjal dalam urusan pemerintahan mereka sangat peduli akan nasib bangsa tak segan mencanci para wakil rakyat di Senayan.

Sekarang, karena zamannya kekinian mereka dapat mengkritik melalui akun media sosial, langsung mendapatkan beribu-ribu balasan, suka, hingga notif yang tiada henti berdering. Memang cara ini terkesan lebih efektif dan modern, tapi lihatlah para politisi lebih suka digertak jikalau kita bergerak, tidak hanya sekedar sesumbar di media sosial.

Hemat saya, sebagai mahasiswa mari “think to logically”, jangan pernah melupakan hal yang satu ini kita adalah pewaris bangsa yang besar, jangan sampai negara lain dengan mudah mengendalikan kita. Mahasiswa adalah salah satu bibit unggul untuk bangsa Indonesia di masa depan, tak ada perasaan hormatkah kita terhadap bapak Ir. Soekarno melihat pemuda yang sekarang kelakuannya semakin beringas saja, bahkan mencoba untuk mengutak-atik persatuan Indonesia.

Jarang update info terkini soal pemerintahan justru lebih peduli pada gosip-gosip yang bersliweran. Tak perlu lagi memakai kata “maha” lagi kan? Orang bule aja tetap pakai “student”, artine podo wae toh? Agent of movement, agent of change, dan social control tak usahlah digunakan lagi zaman sudah berubah bung!

Baca Juga: [OPINI] Kampus, Perempuan dan Ruang Kesetaraan Gender

Shafira Arifah Photo Verified Writer Shafira Arifah

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya