4 Fakta Flesh-footed Shearwater, si Berisik yang Aktif di Malam Hari saat Musim Kawin

- Mereka bermigrasi ke perairan Jepang, Rusia, Korea, dan Afrika Selatan
- Burung ini mencari makan saat siang hari dengan teknik menyelam dangkal di perairan
- Flesh-footed shearwater aktif di malam hari saat musim kawin dan membuat suara bising yang mengganggu
Bisa saja burung unik yang kamu temui di wilayahmu bukan asli berasal dari situ. Seperti si flesh-footed shearwater yang kadang menjelajah jauh di luar tempat perkembangbiakannya. Mereka berada dalam famili Procellariidae dan memiliki nama ilmiah Ardenna carneipes. Penting untuk tahu penampilannya agar kamu bisa mengenalinya, mungkin saja mereka juga nyasar ke wilayah tempat tinggalmu.
Flesh-footed shearwater berukuran sedang hingga besar, bulunya berwarna cokelat, sayapnya lebar dan ekor panjangnya terlihat runcing ketika terbang. Untuk membedakannya dari shearwater lain, perhatikan paruh pucat merah muda keputihannya yang ujungnya melengkung tajam. Warna paruhnya kontras dengan kakinya yang putih gading. Jika kamu penasaran seberapa berisik burung ini, yuk baca penjelasan di bawah ini!
1. Mereka bermigrasi

Tempat perkembangbiakan flesh-footed shearwater berada di beberapa lokasi, tepatnya di pulau-pulau sekitar Australia dan Selandia Baru. Di luar musim kawin, mereka bermigrasi jauh hingga perairan Jepang, Rusia, Korea dan bahkan hingga Afrika Selatan. Habitat yang disukainya berupa perairan subtropis, terutama di atas landas benua dan lereng laut. Terkadang terlihat juga di dekat pesisir.
Datazone Birdlife menginformasikan bahwa flesh-footed shearwater juga ditemukan di perairan dengan suhu sekitar 11-23 derajat celcius, tapi itu tergantung wilayahnya, ya. Burung ini lebih suka berkembang biak di liang bawah tanah yang digalinya di dekat hutan pantai, semak atau padang rumput.
2. Mereka mencari makan saat siang hari

Burung laut ini ternyata ahli berburu ikan kecil, lho. Sesekali mereka juga memakan cumi-cumi kecil. Teknik berburunya yaitu dengan menyelam dangkal di perairan, tapi kadang juga bisa melakukannya sedalam 30 meter. Anak burung biasanya diberi makan sekitar 80-90 gram setiap 2-3 hari sekali. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa flesh-footed shearwater cenderung mencari makan saat siang hari.
3. Mereka aktif di malam hari saat musim kawin

Sebelumnya disebutkan kalau flesh-footed shearwater aktif saat siang hari, tapi berbeda lagi ketika musim kawin. Anehnya, mereka cenderung aktif saat malam hari! Begitu matahari terbenam, mereka mulai beterbangan di atas pulau dan terus berdatangan sepanjang malam. Di saat yang sama, mereka juga membuat suara bising.
Melansir New Zealand Birds Online, flesh-footed shearwater bisa berisik hingga fajar, lho. Dijelaskan bahwa suaranya mirip seperti kucing yang sedang berkelahi di malam hari. Benar-benar bisa mengganggu tidur tetangga mereka yang tinggal tidak jauh dari tempat perkembangbiakannya.
4. Sistem perkawinan flesh-footed shearwater

Musim kawin flesh-footed shearwater berlangsung dari September hingga Mei. Betina biasanya mulai bertelur pada bulan Desember yang menetas akhir Januari atau awal Februari. Mereka hanya bertelur satu butir dalam sarang yang panjangnya bisa mencapai 1-4 meter. Pada periode tersebut, burung ini sangat sensitif terhadap gangguan manusia dan bisa meninggalkan sarangnya sementara.
Itu bisa berlangsung sampai satu atau dua hari, sebelum kembali ke sarangnya lagi. Perlu kamu catat kalau kondisi laut, terutama ketersediaan sumber makanan sangat berpangruh pada keberhasilan perkembangbiakannya. Burung muda yang mulai menjelajah akan kembali ke koloni saat berusia 4 tahun, tapi baru kawin pada usia 5-6 tahun.
Spesies burung yang penjelajahannya cukup luas, mereka bahkan bisa sampai Afrika Selatan! Sayangnya, di Australia burung ini dikategorikan sebaik near threatened dan di New Zealand tergolong vulnerable, dilansir iNaturalist. Mereka terancam diburu, terdampak perubahan iklim dan pencemaran logam berat. Ancaman paling besar adalah plastik yang dianggapnya sebagai makanan dan bisa berdampak buruk bagi kesehatannya. Jadi, aktivitas pembuangan limbah oleh manusia juga bisa memengaruhi populasinya di alam liar.