5 Burung Ekor Panjang dari Genus Dendrocitta yang Menghuni Benua Asia

- Ekor pada binatang memiliki fungsi stabilisasi dan menarik perhatian lawan jenis saat musim kawin, seperti burung merak.
- Burung dari genus Dendrocitta, seperti grey treepie dan collared treepie, hidup di Asia dengan makanan favoritnya serangga dan buah-buahan.
- Ada tangkar uli Kalimantan yang aktif mencari makan di siang hari, serta Sumatran treepie dan Andaman treepie yang status konservasi mereka berbeda-beda.
Ekor pada binatang bukan hanya sekadar aksesori. Secara umum, ekor berguna untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan. Selain itu, ekor juga berfungsi untuk menarik perhatian lawan jenis saat musim kawin, seperti yang dilakukan oleh burung merak.
Ada banyak hewan yang ekornya lebih panjang dibandingkan tubuhnya, contohnya adalah burung dari genus Dendrocitta. Burung berwarna hitam, putih, dan cokelat ini menghuni Benua Asia, spesifiknya Asia Timur, Selatan, dan Tenggara. Kenali beberapa di antaranya lebih dekat, yuk!
1. Dendrocitta formosae

Mari kita awali dengan Dendrocitta formosae, yang juga dikenal sebagai grey treepie dan Himalayan treepie. Orang yang pertama kali mendeskripsikannya adalah Robert Swinhoe pada tahun 1863. Kamu bisa menjumpainya di China, Bhutan, Nepal, India, Bangladesh, Myanmar, Laos, Pakistan, Vietnam, dan Thailand, pada ketinggian maksimal 2.400 meter.
Panjangnya kurang lebih 36–40 sentimeter dengan berat 89–121 gram. Sebagai omnivora (pemakan segala), mereka mengonsumsi serangga, buah-buahan, biji-bijian, reptil, nektar, serta telur burung lain. Meski terjadi penurunan populasi belakangan ini, status konservasinya masih risiko rendah (least concern).
2. Dendrocitta frontalis

Selanjutnya adalah Dendrocitta frontalis, yang memiliki sebutan collared treepie dan black-faced treepie. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh Thomas Horsfield (naturalis berkebangsaan Amerika Serikat) pada tahun 1840. Mereka tinggal di hutan dataran tinggi di China, Bhutan, Nepal, Bangladesh, India, Vietnam, serta Myanmar.
Burung yang panjangnya 38 sentimeter ini menjadikan serangga (terutama rayap) dan buah-buahan sebagai makanan favoritnya. Mereka membuat sarang di pohon atau semak dan meletakkan 3–5 butir telur di sana. Status konservasinya sama seperti spesies sebelumnya, namun Dendrocitta frontalis lebih beruntung karena populasinya stabil.
3. Dendrocitta cinerascens

Beralih ke Dendrocitta cinerascens atau Bornean treepie, namun masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai tangkar uli Kalimantan. Mereka tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi juga Malaysia. Hutan dan lahan pertanian pada ketinggian 300–2.800 meter di atas permukaan laut adalah rumahnya.
Hewan yang dapat tumbuh sepanjang 40 sentimeter ini aktif di siang hari untuk mencari buah-buahan, biji-bijian, kumbang, serta kecoak. Karena memiliki hubungan kekerabatan dengan burung gagak, Dendrocitta cinerascens juga menunjukkan kecerdasan yang sama. Mereka mampu meniru suara burung lain dan menyimpan makanan berlebih untuk dikonsumsi di kemudian hari.
4. Dendrocitta occipitalis

Spesies lain yang hidup di Indonesia adalah Dendrocitta occipitalis alias Sumatran treepie. Memiliki nama lain tangkar uli Sumatra, burung ini pertama kali dideskripsikan oleh Salomon Müller (naturalis berkebangsaan Jerman) pada tahun 1836. Panjangnya rata-rata 40 sentimeter dengan bobot 88–102 gram.
Di Pulau Sumatra, mereka dapat dijumpai di hutan dataran rendah yang lembap hingga pegunungan. Wilayah persebarannya cukup luas, yaitu sekitar 257.000 kilometer persegi. Belum diketahui total populasinya, namun yang jelas Dendrocitta occipitalis dikategorikan sebagai spesies yang paling tidak mengkhawatirkan.
5. Dendrocitta bayleii

Mari kita tutup daftar ini dengan Dendrocitta bayleii atau Andaman treepie. Sesuai dengan namanya, mereka merupakan hewan endemik Kepulauan Andaman, India. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh Robert Christopher Tytler (naturalis asal Inggris) pada tahun 1863.
Tubuhnya tergolong kecil dengan panjang 32 sentimeter dan berat 92–113 gram. Sayangnya, Dendrocitta bayleii berstatus rentan (vulnerable) karena habitatnya makin lama makin berkurang dan rusak. Diperkirakan, tersisa 250–999 ekor saja di alam liar.
Syukurlah, sebagian besar burung di atas masih terlindungi dari ancaman kepunahan. Tetapi, jangan coba-coba untuk memeliharanya. Biarkan mereka terbang bebas di habitatnya!
Referensi:
Science Direct. Diakses pada Desember 2024. “Why do Birds Have Tails? The Tail as a Drag Reducing Flap and Trim Control”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Grey Treepie”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Collared Treepie”.
Oiseaux. Diakses pada Desember 2024. “Collared Treepie”.
Another Global Eater. Diakses pada Desember 2024. “Treepies, Not Tigers”.
Animalia. Diakses pada Desember 2024. “Bornean Treepie”.
iNaturalist. Diakses pada Desember 2024. “Dendrocitta occipitalis”.
Oiseaux. Diakses pada Desember 2024. “Sumatran Treepie”.
BirdLife International. Diakses pada Desember 2024. “Sumatran Treepie”.
iNaturalist. Diakses pada Desember 2024. “Dendrocitta bayleii”.
Oiseaux. Diakses pada Desember 2024. “Andaman Treepie”.
BirdLife International. Diakses pada Desember 2024. “Andaman Treepie”.