Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Elang Sulawesi, Predator Langit yang Setia dan Memesona

potret elang sulawesi muda
potret elang sulawesi muda (JJ Harrison, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Elang sulawesi memiliki penampilan gagah dengan mahkota khas di kepalanya yang membuatnya terlihat seperti raja langit.
  • Merupakan penghuni setia hutan-hutan di Sulawesi dan sekitarnya, elang ini hidup di berbagai ketinggian dan tidak melakukan migrasi jarak jauh.
  • Sang predator ini mengandalkan teknik berburu yang senyap dan mematikan, namun populasinya terus menurun akibat ancaman kerusakan habitat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kita bicara soal kekayaan fauna Indonesia, rasanya gak akan ada habisnya. Dari ujung Sabang sampai Merauke, negara kita adalah rumah bagi satwa-satwa eksotis yang memesona. Salah satunya adalah sang penguasa langit dari belantara Sulawesi, elang sulawesi (Nisaetus lanceolatus). Burung pemangsa ini bukan hanya sekadar satwa, tetapi juga simbol kegagahan dan keseimbangan ekosistem hutan yang wajib kita kenal lebih dekat.

Elang sulawesi merupakan predator puncak dalam rantai makanan di habitatnya. Keberadaannya menjadi indikator penting bagi kesehatan hutan. Sayangnya, seperti banyak satwa endemik lainnya, kehidupannya gak lepas dari berbagai tantangan, terutama akibat aktivitas manusia yang terus menggerus habitat alaminya. Yuk, kenalan lebih dalam dengan elang yang punya tatapan mata setajam silet ini!

1. Penampilannya gagah dengan mahkota khas di kepalanya

potret elang sulawesi
potret elang sulawesi ( William Stephens, CC BY 4.0, via iNaturalist)

Setiap kali melihat elang sulawesi, kita pasti langsung terkesan dengan penampilannya yang garang sekaligus anggun. Dilansir Oiseaux-Birds, elang ini memiliki panjang tubuh sekitar 56 hingga 64 cm, ukuran yang terbilang sedang untuk seekor elang. Ciri khas utamanya adalah jambul pendek berwarna hitam di atas kepalanya yang membuatnya terlihat seperti memakai mahkota sang raja langit.

Bulu-bulu di tubuh bagian atasnya didominasi warna cokelat kehitaman yang pekat, sementara bagian dadanya berwarna merah-kecokelatan dengan corak garis-garis hitam tebal yang kontras. Uniknya lagi, bagian tenggorokannya berwarna putih bersih dengan strip hitam di tengah dan di kedua sisinya, seolah-olah memakai kalung. Penampilan elang muda sangat berbeda, lho. Menurut Eagle Encyclopedia, elang yang masih remaja memiliki kepala dan tubuh bagian bawah yang berwarna putih bersih, memberikan kesan lebih polos sebelum akhirnya bertransformasi menjadi segagah induknya.

2. Elang sulawesi merupakan penghuni setia hutan-hutan di Sulawesi

potret elang sulawesi muda
potret elang sulawesi muda (Lip Kee CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Seperti namanya, elang sulawesi adalah satwa endemik, yang artinya hanya bisa ditemukan di Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Muna, Buton, Banggai, dan Kepulauan Sula. Mereka adalah penghuni sejati hutan hujan tropis. Elang ini lebih menyukai hutan primer atau hutan tua yang masih lebat dan jarang dijamah manusia, meskipun kadang juga bisa ditemukan di hutan sekunder.

Menurut data dari Eagle Encyclopedia, elang ini dapat hidup di berbagai ketinggian, mulai dari dataran rendah setinggi permukaan laut hingga pegunungan dengan ketinggian 2.000 meter. Namun, mereka paling sering dijumpai pada rentang ketinggian antara 250 hingga 1.500 meter. Elang sulawesi juga termasuk jenis burung yang menetap atau sedenter. Artinya, mereka tidak melakukan migrasi jarak jauh dan cenderung menghabiskan seluruh hidupnya di wilayah yang sama, menjadikannya ikon sejati bagi kekayaan hayati Sulawesi.

3. Sang predator ini mengandalkan teknik berburu yang senyap dan mematikan

potret elang sulawesi muda
potret elang sulawesi muda (JJ Harrison, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Sebagai predator puncak, elang sulawesi memiliki kemampuan berburu yang luar biasa. Makanan utamanya sangat bervariasi, mulai dari burung-burung berukuran kecil hingga sedang, mamalia kecil, ular, dan kadal. Dilansir Eagle Encyclopedia, elang ini terkadang juga memangsa ayam peliharaan warga, yang sayangnya sering memicu konflik antara satwa liar dan manusia.

Meskipun perilakunya belum banyak diteliti secara mendalam, para ahli meyakini cara berburunya mirip dengan elang-elang dari genus Nisaetus lainnya. Mereka biasanya bertengger diam-diam di dahan pohon yang tersembunyi, mengamati mangsa dari kejauhan dengan tatapan tajamnya. Begitu target terkunci, elang ini akan menukik dengan kecepatan tinggi untuk menyergap mangsanya di permukaan tanah. Teknik berburu yang senyap dan penuh perhitungan ini menjadikannya salah satu pemburu paling efisien di hutan Sulawesi.

4. Penganut sistem monogami yang romantis

potret elang sulawesi
potret elang sulawesi (T. R. Shankar Raman, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Di balik penampilannya yang garang, elang sulawesi ternyata punya sisi romantis yang bisa bikin kita baper. Burung ini bersifat monogami. Dalam istilah biologi, ini berarti mereka cenderung hanya memiliki satu pasangan dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan sering kali seumur hidup.

Mereka sering terlihat terbang berdua melakukan patroli di atas wilayah teritori. Musim bersemi cinta mereka biasanya berlangsung antara Mei hingga Agustus. Pasangan elang ini akan bekerja sama membangun sarang besar dari ranting pohon di ketinggian mencapai 20 meter. Menurut Oiseaux-Birds, sang betina kemungkinan besar hanya mengeluarkan sebutir telur dalam satu periode, yang membuat proses regenerasi mereka berjalan lambat dan eksklusif.

5. Populasinya terus menurun akibat ancaman kerusakan habitat

ilustrasi deforestasi
ilustrasi deforestasi (pexels.com/Pok Rie)

Meskipun tampak perkasa, masa depan elang sulawesi tidak sepenuhnya aman. Ancaman terbesar yang mereka hadapi adalah deforestasi atau perusakan hutan. Sebagai satwa yang sangat bergantung pada hutan lebat, hilangnya habitat secara langsung mengancam sumber makanan dan tempat mereka berkembang biak. Ditambah lagi, perburuan liar dan konflik dengan manusia yang merasa ternaknya terancam juga ikut andil dalam menekan populasi mereka.

Menurut data dari Animalia.bio, status konservasi elang sulawesi saat ini terdaftar sebagai "Least Concern" atau Risiko Rendah dalam Daftar Merah IUCN. Namun, perlu dicatat bahwa status ini disertai dengan tren populasi yang terus menurun. Istilah "Risiko Rendah" bukan berarti kita bisa lengah. Justru ini adalah pengingat bahwa jika perusakan habitat terus berlanjut tanpa kendali, statusnya bisa dengan cepat naik menjadi terancam atau bahkan kritis di masa depan.

Elang sulawesi adalah warisan alam yang tak ternilai bagi Indonesia. Keberadaannya di puncak langit Sulawesi menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan kita. Melindungi mereka berarti kita juga melindungi ribuan spesies lain yang hidup di bawah naungan kanopi hutan yang sama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Kori Bustard, Burung Terberat yang Masih Bisa Terbang

09 Des 2025, 13:29 WIBScience