5 Fakta Hujan Meteor Leonid, Puncaknya pada 17 November 2024

Setelah diguyur oleh hujan meteor Taurid Utara pada pekan lalu, Bumi akan kedatangan lagi fenomena langit serupa di pekan ini. Fenomena tersebut tak lain adalah hujan meteor Leonid. Sudah aktif sejak 6 November, Leonid bakal menampilkan meteor-meteor terbaiknya pada puncaknya yang berlangsung di tanggal 17 November 2024.
Seperti diketahui, hujan meteor adalah salah satu fenomena astronomi yang bisa disaksikan dengan mata telanjang. Artinya, kamu tidak membutuhkan alat pengamatan seperti teleskop untuk menyaksikan fenomena hujan meteor. Terkenal karena kecepatannya yang kilat, berikut fakta-fakta mengenai hujan meteor Leonid yang harus kamu ketahui!
1. Berasal dari komet 55P/Temple-Tuttle

Hujan meteor adalah fenomena ketika Bumi melintasi jalur komet dan menangkap puing-puing komet yang tertinggal. Jadi, ketika Bumi berada di lintasan komet, puing-puing yang tertinggal di lintasan tersebut akan tertarik oleh gaya gravitasi Bumi. Kemudian, puing-puing komet masuk ke atmosfer Bumi dan menjadi hujan meteor.
Mengutip dari Earth Sky, hujan meteor Leonid berasal dari komet 55P/Temple-Tuttle. Komet tersebut pertama kali ditemukan oleh William Temple saat melakukan pengamatan di Observatorium Marseilles, Prancis, pada 19 Desember 1865. Diketahui, 55P/Temple-Tuttle merupakan komet periodik, yaitu komet yang memiliki waktu orbit singkat (kurang dari 200 tahun).
2. Muncul dari arah konstelasi Leo

Hujan meteor Leonid akan muncul dari arah konstelasi (rasi bintang) Leo. Dilansir Britannica, Leo adalah konstelasi zodiak yang terletak di langit utara, tepatnya di antara konstelasi Cancer dan Virgo. Konstelasi Leo cukup terkenal lantaran visualnya yang menggambarkan seekor singa di langit malam.
3. Aktif pada tanggal 6 hingga 30 November 2024

Sebagai fenomena astronomi tahunan, pada tahun ini hujan meteor Leonid aktif pada tanggal 6--30 November 2024. Puncak hujan meteor Leonid diperkirakan terjadi pada 17 November 2024. Saat memasuki puncaknya, Leonid bakal memproduksi hingga 15 meteor per jam.
Leonid akan melaju di atmosfer dengan kecepatan kilat, yakni 70 kilometer pe detik. Diketahui, hujan meteor ini pernah menciptakan salah satu badai meteor terbesar sepanjang sejarah. Pada 17 November 1966, Bumi diguyur oleh hujan meteor Leonid dengan intensitas yang mencapai ribuan meteor per menitnya.
Badai hujan meteor Leonid tersebut biasanya berulang dalam siklus 33 hingga 34 tahun sekali. Namun, seiring berjalannya waktu, belum ada yang menandingi badai hujan meteor Leonid yang terjadi pada tahun 1966. Dalam beberapa tahun terakhir, Leonid hanya meluncurkan belasan hingga puluhan meteor saja.
4. Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor Leonid

Hujan meteor Leonid akan mencapai puncaknya pada 17 November 2024. Dilansir In-The-Sky, selama masa periode, kamu bisa memburu hujan meteor ini pada pukul 00.22 WIB setiap malamnya. Namun, waktu terbaik untuk menyaksikan pertunjukkan hujan meteor Leonid yakni pada waktu Subuh atau menjelang fajar.
Titik pancaran hujan meteor Leonid akan memuncak ke atas cakrawala pada pukul 06.00 WIB. Jadi, kemungkinan besar Leonid bakal menampilkan meteor-meteor terbaiknya sebelum fajar menyingsing. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hujan meteor ini bakal muncul dari arah konstelasi Leo.
5. Tidak berbahaya bagi Bumi

Hujan meteor adalah fenomena astronomi yang populer disebut bintang jatuh. Jika kamu masih percaya bahwa objek yang jatuh dari langit tersebut adalah bintang, maka kamu keliru. Faktanya, itu adalah sebuah meteor yang berasal dari puing-puing komet di luar angkasa.
Lalu, apakah hujan meteor berbahaya? Jawaban singkatnya adalah tidak. Hal ini karena meteor akan habis terbakar di atmosfer saat memasuki Bumi. Jadi, batuan luar angkasa tersebut bakal terbakar habis hingga menjadi kerikil kecil saat menyentuh permukaan Bumi.
Setelah mencapai permukaan Bumi, meteor akan berubah menjadi meteorit. Wujud dari meteorit ini tak jauh beda dari kerikil atau bebatuan yang ada di Bumi. Jadi, cukup sulit untuk menemukan meteorit di antara banyaknya kerikil atau bebatuan. Apakah kamu tertarik untuk menyaksikan hujan meteor ini?