Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Udang Kerangka Jepang, Udang Kecil yang Berbisa

udang kerangka jepang
udang kerangka jepang (commons.wikimedia.org/Erling Svensen)
Intinya sih...
  • Udang kerangka jepang bukan spesies udang sejati, masuk ke ordo Amphipoda dan memiliki perbedaan fisik dengan udang lain.
  • Udang ini tak bisa hidup di perairan dengan suhu melebihi 28.3 °C, serta termasuk spesies detritivor yang makanannya adalah material yang sudah membusuk.
  • Udang kerangka jepang punya duri beracun, menjadi hewan invasif di Amerika, Eropa, dan Selandia Baru, serta memberikan dampak ekologis yang besar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jika mendengar nama udang, pasti kamu langsung terbayang krustasea air yang bisa dimakan. Namun, ternyata gak semua udang bisa dimakan, lho. Justru, beberapa spesies seperti Caprella mutica atau udang kerangka jepang punya ukuran kecil, badan yang kurus, dan kemungkinan berbisa. Tak hanya itu, bahkan ia bukan spesies udang sejati.

Karena hal tersebut, udang kerangka jepang memiliki banyak perbedaan dari spesies udang lain. Perbedaannya juga tercermin dari banyak aspek, mulai dari ciri fisik, taksonomi, hingga kebiasannya. Sayangnya, tak banyak orang yang tahu soal eksistensi udang kerangka jepang. Maka dari itu, simak artikel ini agar kamu makin mengenal udang kerangka jepang.

1. Bukan spesies udang sejati

udang kerangka jepang
udang kerangka jepang (inaturalist.org/J Yager)

Walau bernama udang, namun udang kerangka jepang ternyata bukan spesies udang sejati, lho. Pasalnya, ia masuk ke ordo Amphipoda. Di sisi lain, udang sejati masuk ke ordo Decapoda bersamaan dengan kepiting dan lobster. Daripada berkerabat dengan udang, kepiting, atau lobster, udang kerangka jepang memiliki kekerabatan yang lebih dekat ke kutu pasir dan kutu laut.

Lebih lanjut, laman Britannica menerangkan kalau ordo Amphopoda memiliki sekitar 6,000 spesies. Sedikit lebih banyak, setidaknya terdapat 8,000 spesies Decapoda di dunia. Amphioda dan Decapoda juga punya beberapa perbedaan. Contohya, Decapoda memiliki karapas yang keras sementara Amphipoda tidak memilikinya. Kemudian, jumlah kaki dan bentuk tubuh keduanya juga berbeda.

2. Tak bisa hidup di perairan dengan suhu melebihi 28.3 °C

udang kerangka jawa
udang kerangka jawa (inaturalist.org/Marisa Agarwal)

Artikel di jurnal Canadian Manuscript Report of Fisheries and Aquatic Sciences menjelaskan kalau udang kerangka jepang sering ditemukan di laut dangkal yang terlindungi seperti area rumput laut, bebatuan, atau terumbu karang. Secara umum, hewan ini bisa ditemukan di perairan hangat dan wilayah subartik. Uniknya, ia tak bisa bertahan di perairan yang suhunya lebih dari 28.3 °C.

Gak cuma itu, hewan ini juga akan mati dalam waktu lima menit jika ditaruh di air yang suhunya mencapai 40 °C. Jika membahas suhu terendah, udang kerangka jepang mampu hidup di perairan dingin dengan suhu −1.9 °C. Namun, di suhu serendah itu ia akan berhenti bergerak. Terakhir, ia bisa mentoleransi salinitas air di angka 15 psu dan tak bisa hidup di perairan air tawar.

3. Termasuk spesies detritivor

udang kerangka jawa
udang kerangka jawa (inaturalist.org/Hunter Stevens)

Dilansir A-Z Animals, detritivor merupakan penyebutan bagi hewan yang makanan utamanya adalah material yang sudah membusuk. Dalam hal ini, udang kerangka jepang kemungkinan sering memakan bangkai ikan, alga yang sudah mati, karang yang sudah mati, atau bangkai Amphipoda lain. Walau begitu, terkadang udang kerangka jepang juga bisa beradaptasi untuk memakan material lain tergantung ketersediaan makanan di habitatnya. Gak cuma sering makan, udang kerangka jepang juga menjadi makanan bagi hewan laut lain seperti ikan, kepiting, udang, moluska, dan lobster.

4. Punya duri yang kemungkinan berbisa

udang kerangka jepang
udang kerangka jepang (inaturalist.org/dreed41)

Sejatinya, udang kerangka jepang merupakan hewan berukuran kecil yang panjang maksimalnya hanya 5 centimeter. Seperti namanya, ia punya badan yang memanjang dan ramping, mirip seperti tulang atau kerangka. Tubuhnya transparan, berwarna kecokelatan, dan ia punya kaki dan antena yang panjang. Selain itu, tubuhnya juga diselimuti duri-duri kecil.

Lebih lanjut, artikel di jurnal Het Zeepaard menerangkan kalau duri-duri tersebut disebut duri beracun atau duri berbisa. Namun, para ahli masih belum yakin apakah duri-duri tersebut benar-benar berbisa atau tidak. Namun, yang jelas duri-durinya bisa menusuk dan tusukannya cukup menyakitkan. Lagipula, misal pun durinya berbisa, bisanya tidak berbahaya bagi manusia.

5. Jadi hewan invasif di Amerika, Eropa, dan Selandia Baru

udang kerangka jepang
udang kerangka jepang (inaturalist.org/Hunter Stevens)

Dilansir iNaturalist, wilayah penyebaran alami udang kerangka jepang mencakup perairan Asia, khususnya di Jepang, Korea, dan Russia. Walau begitu, sekarang udang kerangka jepang sudah menyebar hingga ke berbagai daerah, mulai dari Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru. Nah, di daerah-daerah tersebut ia berstatus sebagai spesies introduksi dan spesies invasif yang berbahaya.

Artinya, hewan ini menghinvasi semua daerah tersebut dan memberikan dampak ekologis yang cukup besar. Pertama, udang kerangka jepang mampu merusak ekosistem dan rantai makanan. Kemudian, ia bersaing dengan satwa lokal dan kemungkinan mampu memusnahkan satwa lokal. Karena hal tersebut, beberapa upaya pembasmian mulai digayangkan.

Walau bukan udang sejati, namun kamu gak boleh meremehkan udang kerangka jepang. Bayangkan saja, di balik ukuran kecilnya ia memiliki dampak yang besar bagi ekosistem, kemungkinan berbisa, bahkan bentuk tubuhnya sangat unik. Jadi, hewan ini menunjukan pada kita kalau hewan kecil sekalipun juga harus diperhitungkan. Nyatanya, hewan kecil tak bisa dipandang sebelah mata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Leucospermum Cordifolium, Bunga Jarum Mirip Kembang Api

11 Nov 2025, 16:29 WIBScience