Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Penyu Belimbing, Spesies Penyu Terbesar di Dunia

ilustrasi penyu belimbing (instagram.com/ azure27014)
ilustrasi penyu belimbing (instagram.com/ azure27014)

Cangkang atau tempurung penyu identik dengan rupanya yang bersisik dan keras. Namun, tahukah kamu kalau ada satu spesies penyu yang tempurungnya bertekstur seperti kulit/karet dan tidak memiliki sisik? Spesies penyu bertempurung spesial itu bernama leatherback turtle. Di Indonesia satwa ini lebih dikenal dengan nama penyu belimbing karena tempurungnya yang menyerupai buah belimbing.

Penyu belimbing adalah satu dari enam spesies penyu yang terdapat di Indonesia, selain penyu sisik, hijau, tempayan, pipih dan penyu hijau. Di Indonesia, ia dapat ditemukan di Sumatra dan bagian selatan Jawa, Maluku, Papua Barat, dan Paloh di Kalimantan Barat. Pantai-pantai di Papua Barat juga dikatakan sebagai tempat bertelur paling favorit seantero Pasifik bagi penyu belimbing.

Selain bentuk cangkangnya yang unik, penyu belimbing memiliki sejumlah fakta menarik lainnya yang patut disimak. Berikut 5 hal yang perlu kamu ketahui mengenai penyu belimbing. Simak, yuk!

 

1. Merupakan spesies penyu terbesar di dunia

ilustrasi penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Steve Garvie)
ilustrasi penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Steve Garvie)

Selain dikenal sebagai spesies penyu terbesar, penyu belimbing juga merupakan salah satu reptil terbesar di dunia. Dilansir dari Britannica, beratnya ketika dewasa bisa mencapai 900 kilogram dengan panjang sekitar 2,4 meter. Tidak hanya itu, penyu belimbing juga memiliki sepasang tungkai depan berupa kaki pendayung (flippers) yang tumbuh hingga 2,7 meter! 

2. Penjelajah tiga samudra di dunia dan jarang naik ke daratan

ilustrasi penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Ghofar Ismail Putra)
ilustrasi penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Ghofar Ismail Putra)

Penyu belimbing merupakan penjelajah samudra. Populasinya dapat ditemukan di perairan Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik. Tungkai depannya yang seperti dayung memungkinkan penyu belimbing untuk menjelajahi lautan dunia dan hampir tidak pernah naik ke daratan kecuali untuk bertelur.

Dilansir dari The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, penyu belimbing bisa berenang hingga lebih dari 10.000 mil (16.000 km) per tahun, baik itu untuk mencari makan atau pergi ke lokasi bertelur. Seekor penyu belimbing yang diamati oleh peneliti bahkan mampu berenang sejauh 20.000 km dari Indonesia ke Amerika Serikat yang ditempuhnya selama hampir 2 tahun. Tidak heran jika penyu belimbing disebut sebagai penyu dengan jarak tempuh migrasi paling tinggi.

Tidak hanya hebat dalam menempuh perjalanan jauh, penyu belimbing juga penyelam ulung. Satwa bernama latin Dermochelys coriacea ini tercatat pernah mencapai kedalaman 4.000 kaki atau sekitar 1.200 meter di bawah permukaan air laut. Sungguh hebat ya!

 

3. Tidak seperti penyu lain, penyu belimbing bisa renang di laut yang dingin

ilustrasi penyu belimbing (Unsplash/ Max Gotts)
ilustrasi penyu belimbing (Unsplash/ Max Gotts)

Penyu umumnya sensitif terhadap suhu air. Temperatur di bawah 10 derajat celcius bisa menyebabkan kondisi cold-stunned (hipotermia) yang dapat berbahaya bagi penyu sehingga mereka biasanya berada di perairan hangat. Akan tetapi, penyu belimbing mampu bertahan di laut dengan suhu lebih dingin dan mendekati Kutub Utara dan Selatan.

Kemampuan untuk bertahan di perairan dingin ini disebabkan keunikan tubuhnya yang berbeda dari spesies penyu lainnya. Penyu belimbing memiliki lapisan-lapisan lemak dan jaringan pembuluh darah yang membantunya mempertahankan kehangatan pada tubuh dan darah yang mengalir ke jantung.

4. Bisa bertelur hingga 100 butir sekali waktu, cuma 6 persen yang bertahan hidup hingga tahun pertamanya

ilustrasi telur penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Bernard Dupont)
ilustrasi telur penyu belimbing (commons.wikimedia.org/ Bernard Dupont)

Ketika musim bersarang tiba, penyu belimbing betina akan naik ke daratan dan menguburkan telurnya yang seukuran bola biliar ke dalam pasir. Rata-rata jumlah telurnya dalam satu sarang adalah 100 butir. Dilansir dari Mongabay, selama musim tersebut penyu betina bisa bertelur hingga 9 kali atau menghasilkan hingga 900 telur!

Sayangnya, telur-telur penyu belimbing menghadapi berbagai tantangan untuk bisa menetas dan bertahan hingga penyu dewasa. Mulai dari pencurian telur untuk dikonsumsi oleh manusia yang marak di berbagai wilayah hingga ancaman predator (satwa laut dan burung) yang memakan tukik (anak penyu) yang berenang ke lautan. Dilansir dari Britannica, hanya 6 persen anak penyu yang sukses bertahan hidup hingga tahun pertamanya.

5. Sudah eksis sejak zaman Jura, keberadaannya kini diambang kepunahan

ilustrasi penyu belimbing (Pexels/ Jolo Diaz)
ilustrasi penyu belimbing (Pexels/ Jolo Diaz)

Penyu belimbing sudah ada sejak periode Jura dan Kapur (200 hingga 66 juta tahun yang lalu). Namun, menurut IUCN, kini populasinya secara global berstatus rentan (vulnerable) atau menghadapi risiko kepunahan di alam liar. Beberapa subpopulasinya seperti di Pasifik dan Atlantik Barat Daya bahkan berstatus terancam punah. 

Beberapa hal mengancam eksistensi reptil besar ini seperti menjadi korban tangkapan sampingan (bycatch), pencemaran laut, berkurangnya wilayah bertelur akibat aktivitas manusia, perburuan telur dan dagingnya, perubahan iklim dan lain sebagainya. Sampah plastik di laut juga menjadi ancaman penyu belimbing karena kerap disangka sebagai ubur-ubur yang merupakan dietnya. Plastik tersebut bisa melukai organ dalam penyu dan menyebabkan kematian.

Populasi penyu belimbing sepatutnya dilestarikan. Keberadaannya di laut Indonesia tentunya akan membawa manfaat bagi ekosistem dan perekonomian lokal dari sektor ekowisata. Yuk, ikut lindungi penyu belimbing!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us