5 Fakta Silky Medusa, Spesies Ubur-ubur yang Jago Melarikan Diri

- Silky medusa, spesies ubur-ubur dengan taktik melarikan diri cerdik
- Tubuh transparan tanpa epidermis exumbrellar
- Dua mode berenang dengan basis kinetik berbeda
- Kemampuan berenang cepat untuk melarikan diri
- Pelepasan tentakel sebagai taktik pengalihan perhatian
- Adaptasi khas silky medusa
- Habitat mesopelagik dengan distribusi vertikal spesifik
- Habitat mesopelagik dengan distribusi vertikal spesifik
- Distribusi geografis
Laut dalam menyimpan berbagai makhluk misterius yang telah berevolusi untuk bertahan di kondisi ekstrem. Salah satu yang paling menarik ialah silky medusa alias Colobonema sericeum, spesies ubur-ubur penghuni zona mesopelagik dengan taktik melarikan diri yang cerdik.
Walaupun ukurannya hanya selebar telapak tangan dengan diameter maksimal 4,5 sentimeter, makhluk transparan satu ini mempunyai sistem pertahanan yang sangat canggih. Dari tubuh tembus pandang hingga kemampuan melepas tentakel, berikut beberapa fakta silky medusa yang membuatnya sukses bertahan di dunia gelap laut dalam. Yuk, disimak!
1. Tubuh transparan tanpa epidermis exumbrellar

Silky medusa tidak memiliki lapisan epidermis pada permukaan exumbrellar seperti kebanyakan ubur-ubur. Menurut penelitian dalam Zoological Science tahun 2021, permukaan mesoglea pada spesies ini tertutup struktur tiga lapis yang terdiri dari lapisan luar elektron-padat, lapisan tengah heterogen, dan lapisan basal berserat. Ketiadaan epidermis ini membedakan Colobonema sericeum dari spesies epipelagik yang umumnya mempunyai epidermis pelindung.
Transparansi tubuh yang dipertahankan melalui struktur tiga lapis tersebut berfungsi sebagai kamuflase efektif di habitat mesopelagik yang minim cahaya. Berdasarkan observasi MBARI, tubuh transparan ini dilengkapi oleh tentakel yang memancarkan warna biru terang ketika terkena cahaya—biarpun tidak dapat menghasilkan cahaya sendiri. Kombinasi antara transparansi tubuh dan karakteristik tentakel ini menciptakan sistem pertahanan berlapis yang sangat efisien di lingkungan gelap.
2. Dua mode berenang dengan basis kinetik berbeda

Studi dalam Journal of Experimental Biology tahun 2021 menjelaskan bahwa Colobonema sericeum memiliki dua teknik berenang yang disesuaikan dengan kebutuhan energinya. Mode berenang cepat menggunakan seluruh otot payung untuk menghasilkan daya dorong maksimal saat melarikan diri, sementara berenang lambat hanya melibatkan kontraksi tepi payung untuk menghemat tenaga. Adaptasi fisiologis ini memungkinkannya bertahan di lingkungan laut dalam dengan sumber daya terbatas.
Pada mode lambat, silky medusa dapat melakukan manuver dengan kontraksi asimetris pada tepi payungnya yang menghasilkan perubahan arah hingga 13—18 derajat. Presisi navigasi ini dikendalikan oleh reseptor gravitasi yang memungkinkan pergerakan akurat tanpa boros energi. Sistem ini menjamin efisiensi gerakan selama berburu atau menjelajah di habitat mesopelagik.
3. Kemampuan berenang cepat untuk melarikan diri

Kemampuan berenang cepat silky medusa tergolong luar biasa di antara medusa lainnya meskipun tanpa akson raksasa. Penelitian dalam Journal of Experimental Biology mencatat bahwa satu kontraksi cepat mampu mendorong ubur-ubur sejauh dua panjang tubuh dalam waktu 120 hingga 180 milidetik. Kecepatan ini setara dengan performa Aglantha digitale yang memiliki akson raksasa untuk transmisi impuls saraf.
Kontraksi cepat tersebut dipicu oleh sensitivitas tinggi terhadap getaran air di sekitarnya. Menurut Schmidt Ocean Institute, gangguan kecil pada permukaan air atau pergerakan ROV sudah cukup memicu rangkaian kontraksi beruntun untuk melarikan diri. Sensitivitas ini menjadi mekanisme deteksi dini ancaman yang krusial di habitat mesopelagik dengan visibilitas rendah.
4. Pelepasan tentakel sebagai taktik pengalihan perhatian

Salah satu adaptasi paling khas silky medusa ialah kemampuan melepaskan tentakel saat melarikan diri dari predator. Pelepasan tentakel ini mengurangi resistensi air sehingga ubur-ubur dapat bergerak lebih jauh setiap kali mengerutkan tubuhnya untuk berenang. Observasi oleh peneliti Monterey Bay Aquarium Research Institute menunjukkan bahwa ubur-ubur ini kehilangan sebagian atau banyak tentakel selama berenang cepat dengan frekuensi tinggi.
Tentakel yang dilepas berfungsi mengalihkan perhatian predator walaupun tidak memiliki cahaya bioluminesens seperti kerabatnya. Menurut MBARI, perbedaan panjang tentakel pada Colobonema menunjukkan kemampuan regenerasi bagian yang hilang. Strategi pelepasan dan regenerasi ini mencerminkan efisiensi adaptasi silky medusa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya di laut dalam.
5. Habitat mesopelagik dengan distribusi vertikal spesifik

Silky medusa mendiami zona mesopelagik pada kedalaman 200 hingga 700 meter di perairan terbuka. Schmidt Ocean Institute melaporkan bahwa spesies ini umumnya ditemukan pada kedalaman sekitar 500 meter tanpa terpengaruh suhu atau salinitas air. Fenomena ini mengindikasikan bahwa ubur-ubur menentukan kedalaman habitat berdasarkan kemampuan mendeteksi tekanan hidrostatik.
Distribusi geografis spesies ini sangat luas, meliputi Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia. Dilansir SeaLifeBase, spesies ini juga ditemukan di perairan Antarktik dan Arktik dengan sebaran yang mencakup wilayah polar, subtropis, dan boreal. MBARI mencatat populasi Colobonema di Teluk Monterey melimpah pada kedalaman spesifik, tetapi menjadi langka saat peristiwa el nino yang mengindikasikan sensitivitasnya terhadap perubahan iklim global.
Kendati sudah diteliti selama ratusan tahun, laut dalam tetap menyimpan misteri yang membuat para ilmuwan terpesona. Silky medusa hanyalah satu dari ribuan kisah yang belum sepenuhnya terungkap. Mungkin saja di balik setiap denyut tubuhnya, masih tersimpan rahasia yang menunggu untuk diceritakan kembali oleh peneliti laut dalam.