5 Fakta Urine Marking pada Kucing yang Perlu Cat Owner Pahami

Kebanyakan orang sudah tidak asing dengan perilaku urine marking atau spraying, terutama yang dilakukan oleh kucing jantan. Ada tanda-tanda khas ketika kucing hendak melaksanakan tindakan ini, yaitu mendekatkan bagian belakang tubuhnya ke objek tertentu, lalu menyemprotkan urin ke permukaan objek tersebut.
Hal ini biasanya menjadi masalah tatkala kucing dipelihara secara indoor. Pemilik mengeluh karena barang-barang di rumah menjadi sasaran spraying dan menimbulkan aroma tidak sedap.
Namun, apa alasan seekor kucing melakukan hal tersebut? Ayo simak dulu sederet fakta mengenai urine marking berikut ini agar pemilik kucing lebih paham.
1.Dapat dilakukan oleh kucing jantan dan betina

Selama ini mungkin banyak yang mengetahui bahwa urine marking hanya dilakukan oleh kucing jantan. Namun, faktanya kucing betina pun ternyata juga dapat memiliki perilaku yang sama.
Dilansir International Cat Care, kucing jantan dan betina bisa melakukan urine marking, tetapi frekuensi pada jantan jauh lebih tinggi. PetMD melaporkan, perilaku ini biasanya dimulai ketika kucing memasuki fase kematangan seksual, yaitu sekitar usia enam bulan.
2.Memiliki beberapa tujuan khusus

Mungkin telah banyak yang mengetahui bahwa perilaku urine marking pada kucing jantan erat kaitannya dengan usaha untuk menarik perhatian lawan jenis. Namun, ternyata ada beberapa tujuan lain dari tindakan ini.
PetMD melaporkan bahwa urine marking bisa berfungsi sebagai bentuk komunikasi antar kucing dalam rumah yang sama, antara satu kucing dengan kucing lain di lingkungan sekitarnya, untuk menarik betina, dan juga pertanda stres. Guna mengetahui penyebab utamanya, tentu diperlukan observasi lebih lanjut.
3.Urin yang diproduksi punya karakteristik tertentu

Urin yang diproduksi untuk penanda memiliki karakter yang berbeda dengan urin yang dihasilkan pada peristiwa kencing. ASPCA melansir, urin penanda ini biasanya ditemukan pada permukaan vertikal, bervolume kecil, dan beraroma lebih kuat.
Oleh sebab itu, pemilik kucing bisa dengan mudah mengenali tanda tersebut karena sering terdapat pada dinding, kaki kursi, atau bahkan baju. Akibatnya, timbul aroma tidak sedap di dalam dan sekitar rumah.
4.Berbeda dengan masalah perkencingan

Meski sama-sama mengeluarkan urin, tetapi perilaku urine marking ini berbeda dengan kasus kesulitan kencing. Spraying memiliki ciri-ciri seperti yang sudah disebutkan pada poin yang telah disebutkan sebelumnya.
Sedangkan pada kucing yang mengalami gangguan, kebanyakan urin ditemukan di tempat-tempat horizontal, seperti lantai, karpet, atau tempat lain di luar litter box, serta kucing sering mengejan untuk berusaha kencing, seperti dilaporkan PetMD. Bila ternyata kucingmu mengalami masalah ini, segera periksakan ke dokter hewan terdekat.
5.Perilaku berkurang ketika kucing disteril

Banyak pemilik kucing yang merasa resah dengan perilaku urine marking ini, terutama mereka yang memelihara kucing secara indoor karena rumah jadi berbau dan kotor. Namun, ternyata hal ini bisa dikurangi dengan cara melakukan steril.
International Cat Care melansir, urine marking dipicu oleh adanya pengaruh hormon seksual ketika kucing beranjak dewasa. Oleh sebab itu, sterilisasi menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Meski begitu, VCA Animal Hospitals melaporkan bahwa sepuluh persen kucing jantan dan lima persen kucing betina yang telah disteril masih tetap melakukan perilaku urine marking. Hanya saja frekuensinya menurun dan kekuatan aroma urin pun berkurang.
Urine marking memiliki banyak arti, mulai dari tujuan komunikasi, usaha untuk memikat betina, hingga pertanda bahwa kucing mengalami stres. Oleh sebab itu, pemilik kucing harus sadar akan hal tersebut dan mencoba mencari tahu penyebab utamanya agar bisa dikendalikan. Jika merasa bingung, jangan segan meminta bantuan dari dokter hewan agar mendapatkan penanganan yang tepat, ya!