Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Wildebeest, Hewan Unik yang Suka Bermigrasi Setiap Tahun

Wildebeest biru (Connochaetes taurinus) (pixabay.com/xiSerge)
Intinya sih...
  • Wildebeest memiliki karakteristik unik, seperti kepala besar berbentuk persegi, punggung besar berotot, dan tanduk melengkung. Ada dua spesies wildebeest, yaitu wildebeest biru dan wildebeest hitam.
  • Wildebeest hidup di hutan lebat, padang rumput terbuka, dan dataran banjir di sabana Afrika. Mereka adalah hewan herbivora yang suka bersosialisasi dalam kawanan besar.
  • Populasi wildebeest bermigrasi massal mencari makanan yang lebih baik sejauh 800-1.610 km setiap tahun. Migrasi ini penting untuk kelangsungan hidup mereka dan ekosistem sabana.

Wildebeest atau gnu adalah spesies antelop atau mamalia berkuku dari keluarga Bovidae. Nama “wildebeest” berasal dari bahasa Belanda yang berarti “binatang buas” atau “sapi liar” dalam bahasa Afrikaans. Wildebeest adalah hewan endemik yang berasal dari Afrika bagian selatan, timur, dan utara. Hewan berpenampilan unik ini juga berperan penting dalam menjaga ekosistem sabana.

Di balik penampilannya yang unik, mereka menyimpan kisah menakjubkan yang dirangkum dalam lima fakta wildebeest, hewan unik yang suka bermigrasi setiap tahun. Let's see!

1. Karakteristik unik

Ciri fisik wildebeest (pixabay.com/RcN_Helgede1)

Wildebeest memiliki karakteristik yang unik berupa kepala besar berbentuk persegi, punggung besar berotot, tanduk melengkung, tubuh bergaris, surai halus, dan janggut lebat. Afrika Selatan memiliki dua spesies wildebeest, yaitu wildebeest biru (Connochaetes taurinus) dan wildebeest hitam (Connochaetes gnu). Perbedaan paling mencolok di antara keduanya terletak pada ukuran tubuh, tanduk, warna bulu, dan habitatnya.

Dilansir Britannica, wildebeest biru memiliki bahu yang tinggi dan landai ke belakang, leher yang pendek, memiliki surai, berjanggut, bertanduk, kaki kurus, ekor panjang, dan bulu berwarna abu-abu kecokelatan. Wildebeest biru adalah yang terbesar dalam subspesies, beratnya sekitar 230-275 kg dan tinggi 140-152 cm. Sedangkan, wildebeest hitam ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dengan bulu berwarna hitam kecokelatan, ekor berwarna putih, janggut menonjol, dan surai tegak. Beratnya sekitar 110-147 kg dan tinggi 106-121 cm.

2. Habitat dan pola makan

Habitat wildebeest, hidup berdampingan dengan zebra (pixabay.com/Jürgen_Bierlein)

Wildebeest dapat ditemukan di seluruh Afrika bagian timur dan selatan. Lebih tepatnya, wildebeest biru hidup di hutan lebat, padang rumput terbuka, dan dataran banjir di sabana yang tersebar dari Kenya, Tanzania, hingga ke Afrika Selatan. Sedangkan, wildebeest hitam umumnya mendiami padang rumput terbuka dan semak belukar Karoo di dataran tinggi Afrika Selatan.

Wildebeest adalah hewan herbivora yang menyukai air, rumput, dedaunan, dan tanaman sukulen. Mereka seringkali terlihat berdampingan dengan kawanan zebra yang juga memakan rumput tanpa bersaing untuk memperebutkan sumber makanan. Hewan yang aktif mencari makan saat siang dan malam hari ini berperan penting dalam ekosistem sabana, karena gemar memakan rerumputan agar tidak tumbuh berlebihan.

3. Perilaku

Kawanan wildebeest (pixabay.com/AR2019)

Wildebeest adalah hewan teritorial yang suka bersosialisasi. Mereka tinggal dalam kawanan besar untuk melindungi diri dari serangan predator. Dilansir Natural Habitat Adventures, wildebeest betina dan anak-anaknya akan membentuk kawanan kecil di wilayah kekuasaan mereka yang seringkali tumpang tindih. Setelah satu tahun, wildebeest jantan akan meninggalkan kawanannya, dan masuk ke kawanan wildebeest jantan muda. Anak-anak wildebeest juga meninggalkan kawanannya untuk pindah ke kawanan lain saat ada banyak kawanan yang berkerumun di satu area.

Wildebeest jantan dewasa akan sangat teritorial dan meninggalkan kawanan jantan muda saat berusia 4-5 tahun. Jantan dewasa yang hidup berdampingan dengan kawanan wildebeest lain akan saling menantang jika bertemu di tepi wilayah kekuasaannya. Mereka akan mempertahankan wilayahnya dengan cara menendang, mendengus, mencakar tanah, hingga berkelahi dengan tanduknya dan mengeluarkan suara serak.

4. Migrasi besar

Wildebeest menyebrangi sungai untuk bermigrasi (pixabay.com/debush)

Dilansir African Wildlife Foundation, populasi wildebeest Serengeti di Tanzania hidup dalam kawanan yang sangat besar dan bermigrasi massal untuk mencari pasokan makanan yang lebih baik. Wildebeest bermigrasi dari Serengeti menuju Mara di Kenya sejauh 800-1.610 km setiap tahun. Tanpa kenal lelah, meskipun banyak anggota kawanannya yang terluka, hilang, atau mati. Saat hujan turun, mereka mengakhiri perjalanan migrasinya dan kembali ke Serengeti.

Wildebeest berlindung dari serangan predator dengan mengandalkan kekuatan kawanan dan kewaspadaan. Jika terancam, mereka akan mengusir predator dengan cara menghentakkan kaki atau menyerang balik predator. Itu sebabnya mereka bermigrasi secara massal demi menghindari serangan predator, seperti singa, cheetah, dan hiena.

5. Reproduksi

Induk wildebeest dan anaknya (pixabay.com/Jürgen_Bierlein)

Selama musim kawin, ada sekitar 150 ekor wildebeest yang membentuk kawanan besar. Wildebeest jantan yang paling dominan akan menjaga wilayah yang dilalui wildebeest betina. Mereka menandai wilayahnya dengan cara membuang urin dan feses, mencakar tanah, dan menggosokkan kepalanya ke tanah hingga mengeluarkan sekresi.

Selama musim kawin, wildebeest saling menjaga dan memanggil satu sama lain. Kehamilan wildebeest betina berlangsung sekitar 8 bulan. Mayoritas wildebeest betina melahirkan pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu 2-3 minggu. Begitu sang anak lahir, ia dijilati oleh induknya dan mencoba berdiri untuk disusui. Anak wildebeest betina biasanya tetap bersama dengan induknya, sementara anak wildebeest jantan akan meninggalkan induknya pada usia 8 bulan dan membentuk kawanan sebaya.

Migrasi massal mereka tidak hanya penting bagi kelangsungan hidup spesies mereka sendiri, tetapi juga merupakan pilar ekosistem. Meskipun oleh Daftar Merah IUCN wildebeest diklasifikasikan sebagai spesies yang tidak terancam, tetapi ancaman seperti berkurangnya sumber air, penutupan lahan untuk pertanian, dan perburuan liar, dikhawatirkan dapat mengurangi populasi mereka. Maka upaya konservasi berkelanjutan sangat penting dilakukan demi melindungi masa depan hewan unik ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us