Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan Laut Beracun yang Justru Bisa Jadi Obat Masa Depan

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi hewan laut yang beracun tapi berpotensi jadi obat masa depan (inaturalist.org/Phil Garner)
Intinya sih...
  • Siput Laut atau cone snail
    • Racunnya mengandung peptida conotoxins yang bisa menjadi pereda nyeri 1.000 kali lebih kuat dari morfin
    • Ubur-ubur laut atau jellyfish
      • Racunnya mengandung protein bioaktif sebagai antibakteri dan antikanker, serta Green Fluorescent Protein (GFP)
      • Karang laut atau soft coral
        • Zat diterpenoid di karang lunak terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel skuamosa dan karsinoma, berpotensi sebagai obat antikanker
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Laut selalu jadi misteri, karena ia menyimpan kehidupan sekaligus kematian. Banyak hewan laut yang dikenal beracun—dari ubur-ubur, siput laut, hingga kerang—selama berabad-abad hanya dipandang sebagai ancaman. Namun, riset sains modern justru menemukan paradoks mengejutkan, yaitu racun yang ditakuti ternyata menyimpan kunci obat masa depan.

Fakta ini mengingatkan kita bahwa alam bekerja dengan cara yang amat kompleks. Sesuatu yang bisa membunuh, jika diteliti dengan tepat, dapat pula menyelamatkan jutaan nyawa. Mari kita lihat 5 hewan laut yang tadinya dianggap musuh manusia, tapi kini mulai dipuji sebagai calon penyembuh berbagai penyakit.

1. Siput Laut atau cone snail

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi cone snail yang memproduksi ziconotide pengganti morfin (inaturalist.org/adrian2370)

Cone snail sering dijuluki “pembunuh dalam cangkang cantik” karena racunnya bisa melumpuhkan manusia hanya dalam hitungan menit. Jurnal Science telah mempublikasi sejak tiga dekade yang lalu, bahwasanya racun siput laut mengandung lebih dari 200 jenis peptida beracun yang dikenal sebagai conotoxins. Tak heran para penyelam dulu sangat waspada dengan hewan kecil ini.

Namun, sains berhasil membalikkan citra buruknya. Penelitian terbaru dari Journal of Proteomics berhasil menemukan bahwa conotoxin tertentu bisa menjadi pereda nyeri 1.000 kali lebih kuat dari morfin, tetapi tanpa menimbulkan ketergantungan. Obat tersebut bernama ziconotide, turunan racun cone snail, kini bahkan sudah disetujui FDA untuk mengobati nyeri kronis.

Kisah cone snail adalah bukti bahwa keindahan laut yang mematikan bisa berubah menjadi penyelamat medis jika disentuh dengan riset ilmiah.

2. Ubur-ubur laut atau jellyfish

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi jellyfish yang berkontribusi dalam riset genetika dan antikanker (inaturalist.org/hawnzd)

Ubur-ubur dikenal dengan sengatannya yang menyakitkan, bahkan bisa memicu syok anafilaksis pada manusia. Banyak pantai di Australia dan Filipina memasang tanda bahaya ubur-ubur karena bisa mematikan—hal ini dilansir dari laman resmi Queensland Government.

Namun, racun ubur-ubur justru menyimpan molekul penting untuk pengobatan. Studi dari Marine Drugs Journal ternyata menemukan racun dari ubur-ubur laut mengandung protein bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri dan antikanker.

Bahkan, laman resmi The Nobel Prize dari Swedia turut mewartakan penelitian terhadap ubur-ubur bercahaya (Aequorea victoria) yang memberi dunia Green Fluorescent Protein (GFP)—teknologi vital dalam riset genetika dan antikanker. Dari makhluk bening yang sering ditakuti wisatawan, ubur-ubur kini menjadi bintang laboratorium yang membantu manusia memahami penyakit.

3. Karang laut atau soft coral

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi soft coral yang berpotensi sebagai produk alami antikanker (inaturalist.org/juanjo37)

Karang laut biasanya diasosiasikan dengan keindahan terumbu, tapi beberapa jenis karang lunak menghasilkan racun kimiawi untuk melindungi diri dari predator. Zat ini disebut diterpenoid dan bisa berbahaya bagi organisme lain—dilansir dari publikasi ilmiah Porifera Research: Biodiversity, Innovation, and Sustainability.

Namun, penelitian terkini justru melihat zat ini sebagai sumber obat antikanker. Berdasarkan perilisan dari Journal of Dental Sciences, senyawa yang terkandung di karang lunak terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel skuamosa dan karsinoma. Industri farmasi pun mulai mengeksplorasi karang sebagai “tambang kimia” alami.

Ironisnya, keindahan laut yang dulu hanya dipandang untuk pariwisata kini mungkin menyimpan rahasia penyembuhan kanker.

4. Kerang darah atau blood clam

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi kerang darah yang ternyata punya sifat antibakteri (flickr.com/Nelindah)

Kerang darah (Tegillarca granosa) sering dianggap berbahaya karena bisa menyimpan virus hepatitis dan bakteri jika dikonsumsi mentah. Reputasinya cukup menakutkan di dunia kuliner Asia—hal tersebut dirilis dari Pharmacognosy Journal.

Namun, riset baru menemukan peptida antimikroba dalam kerang darah yang berpotensi menjadi antibiotik alami. Studi dari Microbial Pathogenesis menunjukkan senyawa dari hemolimfa kerang darah bisa melawan bakteri akuatik yang patogenik seperti Vibrio parahaemolyticus.

Kerang yang dulu dianggap sumber penyakit kini justru berpotensi menjadi senjata biologis melawan infeksi mematikan.

5. Bintang laut atau starfish

 Hewan Laut Beracun
Ilustrasi bintang laut yang berpotensi jadi antitumor dan antiinflamasi (flickr.com/Peyman Zehtab Fard)

Bintang laut memang tak beracun bagi manusia, tapi beberapa spesiesnya menghasilkan saponin berbahaya yang melindungi diri dari predator laut. Zat ini bisa menyebabkan iritasi bila tertelan atau disentuh dalam jumlah tertentu—dirilis dari Jurnal Toxicon sejak 1988.

Namun, justru dari zat itulah muncul harapan. Penelitian selanjutnya dari Marine Drugs menemukan saponin dari bintang laut punya potensi antitumor dan antiinflamasi. Senyawa ini bisa dikembangkan untuk terapi kanker payudara dan peradangan kronis.

Bintang laut, simbol laut yang indah, ternyata juga menyimpan ramuan kimia penyembuh penyakit di tubuhnya.

Laut bukan hanya dunia yang asing dan berbahaya, tapi juga laboratorium terbesar yang pernah ada. Hewan-hewan yang dulu ditakuti karena racunnya kini menjadi cahaya baru dalam ilmu kedokteran.

Paradoks ini mengingatkan kita: di balik racun, selalu ada kemungkinan lahirnya obat. Laut mengajarkan manusia untuk tidak hanya melihat ancaman, tetapi juga potensi penyelamatan yang tersembunyi di dalamnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us