5 Hewan Tercepat di Darat, Air, dan Udara, Siapa Juaranya?

- Cheetah adalah maestro tercepat di daratan dengan kecepatan hingga 120 km/jam
- Elang peregrine bisa menukik tajam dari ketinggian hingga kecepatan 320 km/jam
- Lalat kuda mampu melesat 145 km/jam saat mengejar pasangannya
Di arena perlombaan terhebat di muka bumi, mulai dari gurun, samudra, hingga langit yang luas, alam telah menciptakan para sprinter sejati. Mereka adalah para pemburu dan penyintas ulung, yang mengandalkan satu keunggulan mutlak untuk bertahan hidup yaitu kecepatan.
Lantas, siapakah yang keluar sebagai juara di masing-masing alam? Mari kita berkenalan dengan lima pelari tercepat di kerajaan hewan menurut International Fund for Animal Welfare.
1. Cheetah adalah maestro tercepat di daratan

Cheetah, sang sprinter tercepat di darat, dirancang sempurna untuk kecepatan. Dengan tubuh ramping, kaki panjang berotot, dan ekor sebagai penyeimbang, ia mampu melesat hingga 120 km/jam dengan akselerasi mematikan yang membuat mangsanya tak sempat bereaksi.
Tanda air mata pada cheetah berfungsi mengurangi silau dan mempertajam fokus saat berburu. Postur tubuhnya yang lebih ramping dibanding kucing besar lain menjadi kunci kecepatan tinggi, bahkan mengungguli macan tutul dalam hal kelincahan.
2. Elang peregrine bisa menukik tajam dari ketinggian hingga kecepatan 320 km/jam

Elang peregrine adalah makhluk tercepat di udara berkat manuver spektakulernya. Dengan postur aerodinamis seperti peluru, ia mampu mencapai kecepatan luar biasa melebihi 320 km/jam saat menukik dari ketinggian.
Strategi berburunya sangat cerdas dan mematikan. Dari ketinggian, mereka mengintai mangsa dengan mata yang tajam. Begitu target ditemukan, mereka langsung menerjangnya dari atas dalam sebuah serangan yang bertenaga penuh.
3. Lalat kuda mampu melesat 145 km/jam saat mengejar pasangannya

Melansir Kids Encyclopedia Facts, lalat kuda atau horsefly sangat pandai terbang. Beberapa spesies bahkan mampu melakukan manuver udara yang memukau, seperti putaran tajam bak jet tempur. Meski sulit diukur secara persis, seekor lalat kuda mampu melesat dengan kecepatan estimasi 145 km/jam, terutama saat mengejar pasangannya.
Di balik kelincahannya, terdapat peran unik antara jantan dan betina. Lalat kuda jantan hanya mengisap nektar dan tidak berbahaya. Sebaliknya, sang betina adalah pemburu darah yang gigih. Ia membutuhkan darah dari hewan, bahkan manusia sebagai sumber protein penting untuk memproduksi dan mematangkan telur-telurnya.
4. Gelar hewan laut tercepat di dunia dipegang oleh ikan layar

Gelar hewan laut tercepat di dunia dipegang oleh ikan layar (istiophorus platypterus), sang pelari cepat samudra. Ciri khasnya yang paling mencolok adalah "layar" raksasa, yaitu sirip punggung yang menjulang tinggi, serta paruh memanjang yang membuatnya tampak gagah bak perahu purba.
Dengan kecepatan hingga 109 km/jam, ikan layar mengandalkan kecepatannya untuk berburu dan menghindar dari predator. Sayangnya, populasi mereka kini terancam dan statusnya dilindungi. Ancaman terbesar mereka datang dari aktivitas penangkapan ikan berlebihan dan rusaknya habitat laut.
5. Kecepatan ikan todak mendukung dalam berburu mangsa dan menghindar dari predator

Ikan todak atau swordfish (xiphias gladius), sang gladiator lautan, mudah dikenali dari "pedang" mematikan yang menjadi ciri khasnya. Paruh panjang dan tajam ini tidak hanya menjadi senjata, tetapi juga membantunya membelah air dengan sempurna untuk mencapai kecepatan renang yang luar biasa.
Ia menjelajahi perairan tropis dan beriklim sedang di berbagai samudra, hidup sebagai perenang tangguh yang selalu siap melesat. Dengan kecepatan hingga 97 km/jam, ikan todak hanya sedikit kalah cepat dari sepupunya, ikan layar. Tubuhnya yang lebih ramping dan panjang mendukung kelincahannya dalam berburu mangsa serta menghindar dari ancaman predator seperti paus orca.
Inilah para sprinter andalan yang menakjubkan dari tiga alam. Sayangnya, ancaman terbesar justru datang dari aktivitas manusia yang mengancam populasi mereka. Melindungi mereka berarti menjaga agar keajaiban kecepatan ini tidak punah, tetap bisa disaksikan oleh generasi mendatang.



















