5 Mamalia Unik yang Bertelur, Tiga di Antaranya Ditemukan di Indonesia!

- Platypus (Ornithorhynchus anatinus) adalah mamalia unik yang bertelur, hidup di Australia dan bergantung pada sungai sebagai tempat tinggalnya.
- Short-beaked echidna (Tachyglossus aculeatus) juga termasuk mamalia yang bertelur, berasal dari Papua Nugini, Australia, dan Indonesia (Papua bagian barat).
- Eastern long-beaked echidna (Zaglossus bartoni), Western long-beaked echidna (Zaglossus bruijnii), dan Sir David's long-beaked echidna (Zaglossus attenboroughi) adalah mamalia lain yang bertelur dan dapat ditemukan di Papua.
Apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata mamalia? Mungkin kamu langsung memikirkan semua hewan yang bisa melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Misalnya, seperti kucing yang sering kamu temui. Tapi, tahukah kamu kalau tidak semua mamalia berkembang biak dengan cara melahirkan? Ada beberapa spesies unik yang justru bertelur. Hewan apa saja itu? Mereka umumnya dikenal sebagai monotremata, kelompok mamalia paling primitif yang masih hidup hingga sekarang.
Belum lagi, mamalia yang bisa bertelur ternyata tidak banyak, hanya ada lima di seluruh dunia. Kelima spesies tersebut menghuni area berbeda dan punya kehidupannya masing-masing. Kalau kamu penasaran, informasi berikut ini bisa sangat membantu untuk mengenali hewan-hewan unik tersebut. Baca dengan teliti, siapa tahu kamu punya kesempatan untuk menemui hewan tersebut secara langsung!
1. Platypus (Ornithorhynchus anatinus)

Tidak hanya sistem reproduksinya saja yang unik, hewan ini juga punya penampilan aneh. Terutama paruhnya yang paling menarik perhatian. Mereka berada dalam famili Ornithorhynchidae dan merupakan hewan endemik Australia. Platypus sangat bergantung pada sungai, aliran sungai dan air tawar sebagai tempat tinggalnya.
Perlu kamu tahu kalau platypus tidak kawin hingga mereka berusia setidaknya 4 tahun. Musim kawinnya pun berbeda-beda, tergantung pada wilayah penyebarannya. Betina biasanya bertelur sebanyak 1-3 butir yang dieraminya sendirian selama 10 hari. Walaupun usia kawinnya terbilang lama, tapi mereka bisa hidup hingga 20 tahun lamanya. Jadi masih banyak waktu bagi mereka untuk berkembang biak, dilansir Australian Museum.
2. Short-beaked echidna (Tachyglossus aculeatus)

Hewan satu ini juga termasuk mamalia yang bertelur, tapi mereka berada dalam famili Tachyglossidae. Jika tertarik melihat spesies ini, tempat terdekat yang bisa kamu kunjungi adalah Papua Nugini, Australia dan Indonesia (Papua bagian barat). Soalnya mereka berasal dari sana, biasanya menghuni berbagai habitat termasuk padang rumput, kawasan hutan, hutan pesisir kering di area pedalaman dan gurun.
Melansir Animalia, short-beaked echidna mulai kawin pada bulan Juni hingga Agustus. Betina hanya bertelur satu butir yang cangkangnya lembut dan kemudian diinkubasi di dalam kantongnya. Butuh waktu 10 hari sebelum telur itu menetas, tapi anaknya tetap berada di dalam kantong selama 3 bulan lagi.
3. Eastern long-beaked echidna (Zaglossus bartoni)

Spesies satu ini juga berada dalam famili Tachyglossidae, tapi penyebarannya berbeda. Eastern long-beaked echidna tersebar di area timur wilayah Danau Paniai, Papua Nugini dan berada di Central Cordillera serta Semenanjung Huon. Habitat yang disukainya berupa hutan pegunungan tropis dan padang rumput sub-alpin. Kamu bisa menemukannya di ketinggian hingga 4.150 meter. Coba perhatikan liang bawah tanah atau semak lebat, karena mereka suka bersarang di sana.
Berdasarkan informasi dari Animal Diversity, sistem reproduksi eastern long-beaked echidna tidak banyak diketahui. Tapi, diperkirakan itu sama dengan sistem reproduksi kerabatnya, betina akan bertelur sebanyak satu butir dan telurnya menetas 10 hari kemudian. Anak-anaknya juga menetap di dalam kantong induknya selama 6-7 minggu hingga duri pada tubuhnya tumbuh dengan sempurna.
4. Western long-beaked echidna (Zaglossus bruijnii)

Sama seperti spesies sebelumnya, western long-beaked echidna juga berada dalam famili yang sama. Hanya saja, mereka tersebar di Papua Barat, tepatnya di Semenanjung Kepala Burung dan Semenanjung Bomberai. Mereka biasanya menghuni hutan perbukitan dan hutan pegunungan yang sejuk serta lembap. Biasanya ditemukan di ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut. Sistem reproduksinya juga mirip dengan para kerabatnya, dikutip dari laman iNaturalist.
5. Sir David's long-beaked echidna (Zaglossus attenboroughi)

Kerabat lain dari famili yang sama kali ini dinobatkan sebagai anggota paling kecil dalam genus Zaglossus. Penyebarannya berada di hutan Pegunungan Cyclops yang berada di dekat Sentani dan Jayapura. Sama seperti dua spesies lainnya, informasi mengenai sistem reproduksi mereka juga sangat terbatas. Diperkirakan sir david's long-beaked echidna mulai kawin pada bulan Juli. Oh iya, spesies ini dinamai untuk menghormati Sir David Attenborough, seorang naturalis terkenal.
Hewan yang sangat menarik, bukan? Bahkan beberapa spesies bisa kamu temukan di Indonesia, tepatnya di Papua. Hanya saja, tiga dari spesies tersebut diklasifikasikan sebagai critically endangered dan satu near threatened (platypus). Sementara itu, hanya short-beaked echidna yang populasinya cenderung stabil dan diklasifikasikan sebagai least concern oleh IUCN. Apakah kamu tertarik untuk mengunjungi hewan unik ini?



















