6 Fakta Ostrakoporia, Model Pungutan Suara Rawan Kecurangan

Ostrakoparia merupakan sistem pemungutan suara yang unik. Alih-alih untuk memilih kandidat untuk duduk di kursi pemerintahan, justru memilih politisi agar nantinya diasingkan dari polis. Pengasingan tersebut bukan tanpa alasan, di antaranya karena kandidat pemimpin memiliki jejak melanggar norma, etika, korup, dan bahkan hanya karena tidak disukai lawan politiknya.
Sistem ini lazim berlaku pada abad ke-5 SM. Waktu itu Athena sebagai negara-kota menerapkan demokrasi yang mengutamakan suara rakyat. Rakyat yang direpresentasikan kepada ekklesia / Dewan Majelis Rakyat yang melaksanakan tugas pemungutan suara. Jadi, bagi masyarakat Athena, sistem ini bertujuan supaya negara terhindar dari pejabat tirani serta membatasi kekuasaan penguasa.
1. Bukti arkeologis adanya sistem ostrakoporia

Bukti arkeologis penting yang menjelaskan sistem pengasingan ini adalah pecahan-pecahan tembikar yang bertuliskan tokoh-tokoh politik pada zaman Athena kuno. Mereka menyebutnya dengan ostrakon. Dilansir laman Smithsonian Magazine, arkeolog pertama kali berhasil mengidentifikasi ostrakon pada tahun 1853. Tembikar tersebut disimpan di museum Agora dan telah dipelajari oleh para sejarawan maupun arkeolog.
Pada tahun 1960-an para arkeolog asal Jerman juga menemukan sekitar 8.500 pecahan tembikar di tempat pembuangan sampah di Athena, tepatnya wilayah Kerameikos. Pecahan tembikar tersebut berasal dari vas bunga, genteng, hingga lampu keramik.
Mereka mengidentifikasnya sebagai surat suara dalam pemilu masa demokrasi Athena kuno yakni tahun 416 SM. Menurut ahli, pecahan-pecahan tembikar yang bertuliskan tokoh-tokoh politik pada masanya itu sengaja dibuang untuk mengaburkan sejarah.
2. Prosedur pengasingan

Proses unik ini tidak dilakukan secara acak atau tanpa aturan. Pertama, sebagaimana dilansir World History Encyclopedia, warga negara yang menduduki kursi Majelis Rakyat Athena / ekklesia berkumpul di bukit Pnyx untuk pengambilan suara apakah harus ada sistem ostraka atau tidak. Hal ini hanya dilakukan sekali dalam satu tahun.
Jika memang keputusannya harus ada sistem ostrakoporia, maka pada hari yang telah disepakati anggota ekklesia akan berkumpul di Agora guna melakukan pungutan suara. Syarat untuk pemungutan suara tersebut adalah harus ada 6.000 warga negara anggota Majelis yang memilih. Selain itu, selama pelaksanaannya harus diawasi oleh 500 dewan eksekutif serta 9 pejabat pemerintah administratif.
Kedua, anggota majelis menuliskan nama satu kandidat yang ingin diasingkan pada pecahan tembikar / ostrakon. Hasil pungutan suara secara anonim tersebut selanjutnya dikumpulkan. Setelah itu, mereka melakukan penghitungan suara lalu mengumumkan kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Kandidat dengan suara terbanyak itulah yang nantinya harus meninggalkan tempat tinggalnya.
Terakhir, kandidat yang terpilih diberi waktu sekitar 10 hari untuk mempersiapkan diri ke pengasingan. Kemudian harus meninggalkan polis selama 10 tahun. Sementara dalam pengasingan, harta kandidat dijamin tetap aman, begitu pula dengan status kewarganegaraannya.
3. Hipparkus adalah orang pertama yang menjalani pengasingan karena sistem ostrakoporia

Sejak sistem demokrasi diperkenalkan oleh Cleisthenes tahun 508 SM, belum ada tokoh politik yang diasingkan hingga tahun 487 SM. Menurut laman Britannica, politikus pertama yang menjalani pengasingan adalah Hipparkus. Ia masih berkerabat dengan seorang tiran, Hippias. Itulah salah satu alasan yang menjadikannya diasingkan.
Bayang-bayang tirani nenek moyangnya masih dirasakan politikus pro demokrasi serta rakyat. Masyarakat takut jika Hipparkus berkuasa akan bersikap tiran sebagaimana keluarganya dahulu. Tak lama di pengasingan, kemudian ia disusul oleh politisi lain seperti Megakles dan Callias karena alasan yang berbeda.
4. Anggota Majelis Rakyat mengasingkan Megakles karena korup dan condong pada tirani

Dilansir laman Jurnal Pallas, Megakles diasingkan tahun 487 SM. Dalam ostrakon, ia terindikasi terkena kasus korupsi hingga sering flexing. Ia sangat menyukai perhiasan, ternak banyak kuda, arogan, dan kehidupannya yang seperti seorang aristokrat. Ia memanjangkan rambutnya yang sering diidentifikasikan layaknya penguasa tiran.
Pada awalnya, menurut catatan Smithsonian Magazine, negarawan Athena tersebut memang diasingkan pada tahun 487 SM. Setelah ia menjalani pengasingan dan kembali ke tempat tinggalnya, sekitar lima tahun kemudian (471 SM) menurut analisa arkeolog ia diasingkan kembali karena beberapa hal. Salah satu penyebabnya yang paling berat yaitu berzina dengan saudara tirinya.
5. Sistem ini pernah disalahgunakan untuk menyingkirkan lawan politik

Tak jarang beberapa politikus Athena memanfaatkan pungutan model ini untuk berbuat kecurangan. Mereka sengaja mempengaruhi rakyat biasa untuk memilih lawan politiknya agar diasingkan. Seperti halnya kasus Themistoklotes.
Laman The Conversation melansir, diduga para pesaingnya menuliskan nama Themistoklotes ke ostraka lalu memberikannya kepada anggota majelis yang buta huruf untuk dikumpulkan. Hal itupun berhasil, sehingga seorang tentara militer Athena dalam pertempuran melawan Persia tersebut diasingkan pada akhir tahun 470-an SM.
Kasus yang hampir sama juga terjadi pada Aristides, seorang politikus sekaligus jendral terkenal Athena pada masanya. Karena itu, namanya disebut-sebut oleh rakyat hingga mendapat julukan 'yang adil'. Banyak rakyat yang mendengar julukan itu, namun tidak mengetahui orangnya asli. Beberapa bahkan muak karena sering disebut-sebut. Hal itu ternyata justeru menjadi alasan bagi anggota majelis untuk memilihnya agar diasingkan.
6. Mendapat kritikan dari Aristoteles

Sistem pungutan suara yang unik dalam demokrasi Athena itu kerap mendapat kritikan dari filsuf ternama, Aristoteles. Dilansir History and Policy, menurutnya ostrakoporia merupakan kelemahan sebuah demokrasi. Ia sangat kesal dan mengkritik keras karena sistem itu sering disalahgunakan elit politik untuk mengusir lawannya yang meskipun itu tidak melanggar hukum dan norma.
Dendam pribadi dan intoleransi seringkali menjadi alasan anggota majelis untuk memilih politisi agar diasingkan. Bukan karena track record masing-masing kandidat. Tentu hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Athena kala itu.
Itulah beberapa fakta ostrakoporia, sistem pungutan suara untuk memilih kandidat yang pantas diasingkan. Tujuannya sangat baik begitu pula dengan praktiknya di awal. Namun, lama kelamaan banyak dimanfaatkan elit politik tertentu untuk berlaku curang.